"Terkadang kebenaran memang menyakitkan, namun lebih menyakitkan lagi jika kita tidak pernah tahu kebenaran tersebut."***
Rimbunnya pepohonan disamping jalan, membuat cahaya matahari tak sepenuhnya mengenai jalan. Namun hal tersebut membuat jalan seperti dilukis oleh cat abu abu dari bayangan helaian daun.
Jalan raya ini sepi, bahkan sangat jarang ada kendaraan yang lewat disini. Itulah yang ditangkap berdasarkan penglihatan Vala dan Kevin.
Mereka saja yang sudah lama tinggal di Jakarta tidak pernah melewati jalanan ini.
"Kita mau kemana kak?" Vala memajukan badannya mendekati Za yang berada di kursi kemudi depannya.
Za tak menjawab, ia fokus dengan jalanan didepannya.
"Lo pernah lewat sini gak sihh?" Vala berbisik kepada Kevin yang duduk disamping Za.
"Gak pernah lah, ini pertama kali gue kesini."
"Yakali lo gak tahu?"
"Serius gue gak tahu."
Mendengar jawaban Kevin Vala kembali duduk dengan tenang dan menghempaskan tubuhnya ke sandaran mobil.
"Gue baru nyadar kak, mobil lo kok beda sama yang kemarin?" Vala meneliti bagian dalam mobil Za yang nampak mewah. Ia tahu betul seperti apa mobil mobil mahal, karena dirumahnya banyak mobil mahal yang berjejeran. Namun sayang, mobil-mobil itu seperti dibeli hanya untuk jadi pajangan. Lagian kenapa sih orangtuanya harus membeli mobil jika akhirnya tidak akan terpakai?
"Gue sewa."
"Kalo lo sewa berapa nih lo nyewa mobil ini?" sahut Kevin yang juga mengamati mobil Za.
Za menoleh sebentar, namun tak menjawab. Mobil yang mereka naiki mulai memasuki pekarangan rumah Za. Suasana sejuk langsung mereka rasakan karena angin masuk melalui kaca mobil yang terbuka.
Za memikirkan mobilnya dihalaman luas tersebut, sangat malas jika ia harus memasukkan mobil itu kegarasi.
Melihat Za yang keluar dari mobil, Vala dan Kevin juga ikut keluar dari mobil Za.
"Wow anginnya sejuk," gumam Vala kagum. Rumahnya memang lebih besar dari rumah Za, namun rumah tempat ia menginjakkan kaki kali ini memiliki suasana yang sangat menenangkan. Sepi dan penuh kedamaian.
"Lo berdua mau disana sampai kapan?" Za bertanya kepada Vala dan Kevin yang masih belum beranjak dari tempatnya.
"Kan lo belum ngajak masuk kak," ceplos Vala dengan mudahnya.
"Yaudah kalo gitu." Za hendak mendorong pintu besar itu, namun pintu itu lebih dulu terbuka dan memperlihatkan Nada dengan pakaian santai nya.
"Gak boleh gitu Ka." Nada mengingatkan Za, ia sempat mendengar percakapan Za dengan mereka.
Za hanya mengangguk malas, ia lebih dulu memasuki rumah membiarkan Nada menyambut dua orang yang dibawanya itu.
"Ayok masuk, Ka memang kayak gitu," Nada tersenyum ramah menyambut Vala dan Kevin. Nada mendekat kearah mereka, namun melihat Vala yang juga tersenyum membuat Nada terpikirkan oleh satu hal.
"Tante Nada," ucap Vala tak percaya. Orang yang selama ini ia cari sekarang berada dihadapannya. Orangtuanya selama bertahun tahun mencari perempuan didepannya ini, namun bak ditelan bumi dia hilang begitu saja tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.
"Vala," Nada tersenyum, ia mendekati Vala dan memeluk gadis itu.
"Kamu udah besar yaa?"
"Tante kenapa ngilang?" Vala tak menjawab pertanyaan Nada, namun ia memberikan Nada pertanyaan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
My (Bad) Life-END
Ficção AdolescenteIni tentang Za. Gadis yang terkesan tidak peduli dan bodoamat dengan lingkungan sekitar tempat ia berada. Sengaja menarik diri agar kehadirannya tak disadari oleh banyak pasang mata. "Gue benci manusia. Tapi gue lebih benci fakta bahwa gue juga manu...