12

2.5K 377 42
                                    




Selamat Membaca (灬º‿º灬)♡

Hari sial Jungwon tidak berhenti di Minggu kelabu. Meski di lain sisi merasa tenang akan permasalahan Heeseung menjadi ringan, tetapi kenyataan tentang ia yang menjadi jaminan membuat setiap pergerakannya menjadi gelisah. Seolah kapanpun dan dimanapun Jay mampu memantaunya.

Tidak secara langsung memang, tetapi presensi Daniel adalah salah satu alasan Jungwon tak bisa hidup tenang. Meski lelaki itu kini ditugaskan Jay untuk menjaga 'miliknya'.

Sebegini luasnya sekolah, cukup disesali bahwa kelas Jungwon dan Daniel masih berada di gedung yang sama, hanya berbeda beberapa belokan koridor. Maka tak aneh jika sering kali ia bertemu dengan Daniel. Entah itu di toilet, kantin dan lain-lain, tempat yang masih terjangkau oleh kelas mereka.

Jungwon menatap jengah orang di hadapannya.

Ini jam istirahat, sudah suntuk mendapat penjelasan guru mengenai teori menyebalkan. Tidak bisakah Daniel lenyap sehari saja? Tidak perlu muncul di hadapan.

Mereka bertemu tepat di pintu kelas Jungwon.

Bisa disimpulkan jika kali ini Daniel memang sengaja menemuinya.

"Ada keperluan apa?" Oh, beruntunglah Daniel. Jungwon masih mampu bersikap santai.

"Hanya memastikan peliharaan Jay baik-baik saja."

Yang menyebalkan adalah ketika Jay menyebut Jungwon sebagai miliknya lain hal dengan Daniel dan kawan-kawan. Mereka menyebut Jungwon tak lebih seekor peliharaan. Terpuji sekali cara mereka memandang Jungwon.

"Aku merasa jauh lebih baik jika kau tak menampakkan diri di hadapanku. Kim Daniel." Sorot mata terlampau dingin membuat Daniel gemas sendiri. Ia maju selangkah hendak mendekat sebelum sadar dan terpaksa menjauh lagi.

Daniel terkekeh.

"Sayang sekali, aku tidak bisa bermain denganmu lagi." Cukup sadar dan tahu diri jika Jungwon sudah diklaim oleh Jay.

"Omong-omong kalau Jay membuangmu, datang padaku ya. Aku bersedia jadi majikan barumu." Bisik Daniel di telinga Jungwon. Tidak terlalu dekat memang tapi hembusan napasnya mampu terasa membuat Jungwon bergidik kesal.

"Brengsek!" Desis Jungwon mengepalkan tangan. Percuma jika ia memberi pukulan, buang-buang tenaga sedang Daniel tak akan merasa jera.

"Mau ke kantin bersama?"

Tawar Daniel menyudahi permainannya.

"Kau sudah tahu jawabannya." Siapa yang sudi.

"Oh ayolah... Kita sudah satu klan aku bukan musuhmu dan kau bukan musuhku. Oke?" Penjelasan sampah.

Klan apanya? Jungwon tak pernah mau berada di kelompok yang sama dengan Jay apalagi Daniel.

"Lagi pula ini perintah Jay. Kau tak bisa menolak."

Baru saja Daniel menyeret tangan Jungwon beberapa langkah, suara menghentikan mereka.

"Daniel!"

Heeseung datang dengan Niki. Tidak, sebenarnya Heeseung baru saja menjemput Niki di kelasnya berniat menghabiskan waktu istirahat dengan yang lain.

Dengan sengaja Heeseung melewati kelas Jungwon sekaligus untuk melihat adiknya jika ada kesempatan bertemu.

Tetapi kala kesempatan itu memang ada, yang terlihat justru Jungwon tidak sendirian, lebih mengejutkan lagi adiknya tengah digandeng oleh seseorang yang dianggap sebagai saingannya.

Bukan hanya Heeseung yang terkejut, Niki di sebelah pun dibuat sama.

Jika Heeseung lebih dikuasai amarah Niki berbeda, ia menatap seksama bagaimana Daniel menggandeng Jungwon, menjadi bukti mentah untuk ia proses lebih dalam di otaknya.

✓꧁IRIDESCENT꧂ [ JAYWON ] Jay X Jungwon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang