9

2.5K 397 59
                                    

Mau tau dong, apa MBTI kalian? Mau survey iseng aja, kepribadian tuh ngaruh gak sih sama selera bacaan. Trims~





Selamat Membaca (灬º‿º灬)♡

Tak ada yang bersuara pun kalimat penolakan yang keluar dari bibir Jungwon. Ketiganya diam menyelami pikiran masing-masing. Hanya sesekali Daniel melihat ke belakang lewat cermin yang menggantung, memastikan seperti apa interaksi keduanya yang mengeluarkan aura suram.

Setelah Jay mendapati lecet pada wajah Jungwon, Daniel tak berpikir itu akan membuat sahabatnya tersulut amarah.

Memang siapa Jungwon bagi Jay? Sampai sebegitu pedulinya.

Kenal baik seperti apa Jay, hanya lelaki yang tak jauh dari kata player. Dalam hidupnya hanya terlintas satu visi yang merujuk pada kata kesenangan belaka.

Daniel bisa saja bilang, tindakan Jay sekarang juga sama seperti sebelumnya. Hanya menjadikan seseorang target untuk dipermainkan. Tapi masalahnya... Jay tak pernah totalitas dalam berakting, dan cara Jay menampakkan raut khawatir melihat Jungwon terlihat sangat natural.


***


Sesampainya di unit apartemen, Daniel tak berniat mampir. Dengan segera ia putar balik membiarkan keduanya punya waktu bersama.

Jungwon duduk termenung di bawah karpet berbulu halus dengan Jay yang tengah sibuk mencari kotak medis.

Hingga sekarang, Jay masih menampakkan wajah keras. Mendudukkan diri di hadapan Jungwon, tidak langsung eksekusi. Ia menatap lemat sosok di hadapan.

Menembus netra teduh itu dengan hujaman dingin obsidian pekat nya.

Yang menarik dari sosok bernama Yang Jungwon, anak itu punya keberanian menatap balik, seolah menjadi senjatanya untuk berhadapan dengan Jay.

Dan mata kucing itu memicing sesaat sadar jika ia nyaris tersesat lagi.
Sekarang, raut penuh kebencian terpampang jelas dan itu semakin membuat Jay tertantang.

"Beri aku alasan memuaskan tentang kepergian mu yanng tiba-tiba." Masuk ke sesi interogasi dan satu pertanyaan telah ditujukan.

"Haruskah aku?" Oh, Jungwon sudah menaikkan harga dirinya lagi. Jangan harap Jay bisa mendapatkan apa yang ia inginkan dengan mudah.

Tapi sekali lagi, semakin Jungwon membesarkan gengsi semakin Jay tertarik.

"Apakah luka-luka itu menjadi alasan kau menghindar?"

Jungwon diam, pun jika memberikan jawaban itu hanya akan menimbulkan pertanyaan lain.

Seraya menunggu Jay mempersiapkan kapas beserta alkohol dan obat luka. Membunuhi nya di bagian yang terluka.

Sudut bibir menjadi spot pertama yang terkena sapuan kapas.

Tepat saat itu, Jay menekan dengan sengaja hingga tubuh Jungwon tersentak kecil karena merasa linu.

"Kau tahu, kau sudah masuk ke perangkapku jangan harap bisa keluar dari sini sebelum memberi tahu siapa orang itu."

Pancaran mata Jay semakin menghitam. Kalimat itu tidak lain dan tak bukan adalah sebuah ancaman.

Jungwon Menahan diri untuk tidak berteriak. Rasanya tenggorokannya sakit jika terus membiarkan ia menumpahkan segala emosi dengan teriakan.

Tapi sungguh, ini semua membuatnya muak. Kenapa orang-orang berlagak peduli sedang di kondisi lain justru membiarkannya merasa sakit.

✓꧁IRIDESCENT꧂ [ JAYWON ] Jay X Jungwon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang