Update lah, kangen tak? Maljum ditemani Hale😆
Don't forget Vomment, efribadeh❤️|||
London, Greater London, England 08.34 PM.
Seorang pria bertopi fedora dan mantel hitam melangkah kaki lebar bergantian ke salah satu kafe di dalam sebuah klub dengan memperhatikan langkahnya.
Pria itu mendongak setelah melangkah dari pintu kafe, memerhatikan situasi yang terlihat ramai dengan pengunjung yang berada di tiap kursi tempat minum itu yang hampir penuh. Entah di tiap meja, maupun kursi berbaris vertikal yang berbatasan dengan meja barista.
Pria bermata abu-abu itu melepas topi yang ada di kepalanya sembari melangkah ke satu dari empat kursi kosong yang ada di kafe itu.
“Boleh aku duduk di sini, Tuan?” ucapnya sopan menatap sekilas ke arah meja dengan dua kursi yang saling berhadapan.
“Dengan senang hati,” ucap orang yang dimintai izin itu sembari melepaskan satu tangannya yang tadi di majalah yang ia baca menutup wajahnya itu agak mengadah tanda memperbolehkan.
“Terima kasih.” Pria bertopi itu duduk di satu kursi kosong yang berhadapan dengan sesosok pria lain yang meletakkan kembali tangannya di majalah yang menutupi wajahnya.
Pria bertopi itu meletakkan topinya di meja, menatap kopi yang tersisa lebih dari setengah, milik seorang pria dengan kemeja putih dan jas hitam di depannya. Ia memilih duduk di kursi kosong itu sebab tiga kursi lain juga sama berpenghuni di pasangan kursinya. Ia lebih memilih yang paling dekat, dan tak jauh dengan pemandangan jalan raya di kota London yang terparkir mobil-mobil di tepi-tepi jalan, tak sedikit yang lalu lalang dengan sepeda dan kendaraan masing-masing.
Ia menatap ke arah salah satu pelayan di sana sembari mengangkat tangannya dengan tersenyum ramah.
“Apa pesananmu minggu ini, Tuan Halton?” ucap pelayan wanita itu dengan tersenyum, seolah kali itu bukan untuk pertama kalinya sang pria bertopi datang ke sana.
“Satu espresso untuk dibawa pulang, anakku sedang menunggu di mobil,” ucap Halton yang langsung saja dicatat oleh waiters wanita itu.
“Baiklah, harganya 8,5 poundsterling,” ucap sang waiters sembari mencatat lalu Halton terlihat mengeluarkan dompet dari saku mantelnya. “Kau sudah lihat Bugatti La Voiture Noire di luar klub?”
Halton mengeluarkan uangnya sembari memberikan. “Ah, belum. Ini, Sandria.”
Sandria mengambil uang cash itu lalu mencatat kembali. “Coba lihat, katanya pengemudi itu ada di area bar. Uangmu 9 poundsterling, Tuan.”
“Ya, pasti.” Halton menyimpan dompetnya di balik mantel. Tersenyum ke arah Sandria lalu menoleh pandang pada arloji milik pria yang tak dapat ia lihat wajahnya sedang membalik majalah.
“Mohon tunggu pesananmu, Tuan.” Sandria berlalu dari sisi Halton yang mengambil cerutu dari balik mantel. Meletakkan di ujung bibir dan meraih korek api.
Halton mengedarkan matanya kembali pada sekeliling, menikmati suasana malam itu yang terlihat riuh dengan obrolan dan dentingan kaca. Ada sesuatu yang mengganggu hatinya, tapi entah apa.
Halton menatap sekilas pergerakan pria di depannya yang terlihat mengambil cangkir kopi dengan satu tangan. Halton menghembuskan asap dari mulutnya, membuang abu cerutu di asbak.
Ctak,
Bunyi cangkir yang diletakkan di piring kecil tempat semula oleh pria di depannya. Pria itu meletakkan kembali tangannya di majalah yang menutup wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hale's Doll [COMPLETE☑️]
Romance[COMPLETE☑️] ⚠️WARNING! ADULT-DARK ROMANCE STORY! BERADEGAN KEKERASAN⚠️ Boneka. Seutas kata itu yang terpapar oleh pikiran seorang Hale Herachles Burner saat pertama memandang lengkungan bibir seorang gadis yang tak diundang di acaranya. Akalnya hi...