| HD 48 : Shit |

10.6K 1.1K 126
                                    

“Hale, aku rasa ini sudah tak benar,” ucap Luzie terlihat menghindar dari Hale yang menahan tangannya.

Matahari sudah tinggi di atas sana untuk memimpin pagi itu yang begitu panas. Berada di mansion keluarga Burner yang ada di Doha.

“Apa yang tak benar?”

“Hubungan ini, aku merasa seperti orang ketiga ketika Ms. Riverac berucap demikian kemarin. Orang tuamu ingin menjodohkanmu dengan dia, bukan denganku, Mr. Burner.”

“Orang ketiga? Jalang itu yang orang ketiga, lagi pula dia tak punya hak untuk mengaturku ingin menikahi siapa,” bela Hale melihat keraguan di mana Luzie ketika menatapnya sekarang.

“Dia orang tuamu—”

“Ayahku,” koreksi Hale akan perkataan Luzie. “Ibuku tak pernah mengaturku ingin menikahi siapa pun, ingat itu, Luzie.”

Luzie terlihat menghela napasnya akan perkataan Hale yang terus kekuh dengan pendiriannya tak ingin menikahi Elsie.

“Hale, ayahmu menunggu,” ucap Claviera yang muncul di antara mereka berdua dari balik pintu. Menatap tangan Hale yang menggenggam tangan Luziele yang terlihat ingin melepaskannya.

“Aku tak mau ke sana!” balas Hale kesal. “Jika dad mau, dad saja yang menikahi jalang itu.”

“Hale!” tegur Claviera akan perkataan Hale barusan. “Apa kalian benar-benar sepasang kekasih?” ucap Clav dengan senyuman yang ia tahan menatap ke arah tangan Hale yang tak mau melepaskan tangan Luzie yang sedari tadi ditarik-tarik pemiliknya.

“Tentu saja.” Perkataan Hale membuat senyuman Clav makin terukir dan Luzie yang memerah wajahnya.

Clav menyimpan senyumannya tadi sedetik kemudian lalu mengubah rautnya menjadi penuh pertanyaan. “Luzie, kau tak dipaksa olehnya, bukan?”

Hale terbengong akan perkataan Claviera. “Apa yang Mom katakan? Seolah aku adalah seorang pemaksa! Mom lupa, aku pria paling baik di sini!”

“Diam, Hale! Mom bicara pada Luzie, bukan padamu.” Clav menatap ke arah Luziele yang menggelengkan kepala. “Benar, kau tak dipaksa oleh Hale?” Luzie mengangguk pelan.

“Mom!” kesal Hale yang mendengar hal itu seolah ia adalah orang bejat yang tak patut dipercayai ucapannya.

“Yap!” Claviera kemudian tanpa keraguan lagi menerbitkan senyuman di wajahnya. Ia terlihat bahagia dengan berita yang sempat ia pertanyakan kebenarannya kemarin di acara ketika Hale berucap demikian.

“Kenapa Mom terlihat senang seperti itu?” Hale menekuk alisnya bingung.

“Tentu saja karena berita itu.”

“Jika begitu bujuk dad untukku, aku tak mau menikahi jalang yang sedang duduk di sana!” Hale menunjuk pintu keluar, tahu bahwa ada keluarga Riverac datang tadi ke sana.

Mom akan mencobanya, berhenti bersikap seperti kau bukan anakku! Bahkan Mom masih tak percaya jika kau tak memaksa kehendakmu dengan Luzie.”

Mereka bertiga yang berada di koridor mansion besar itu menoleh pada sosok yang tengah berjalan menatap ke arah mereka dengan dingin. Aksel dengan segala wibawanya menatap tajam ingin ke ruang rapat keluarga yang sedang ada keluarga Riverac dan yang lain.

“Apa Mom pernah melihat singa hanya mengelus daging di cakarnya?” ucap Aksel tak berhenti melangkah melewati mereka.

Mereka bertiga mencerna ucapan orang itu. Hale memutar bola matanya kemudian melepas tangan Luzie untuk berjalan di belakang Aksel dengan menyimpan kedua tangannya di saku. Kemeja hitam yang keluar dari lingkaran celana hitam yang ia pakai dilengkapi pula dengan dasi maroon yang ia renggangkan. Ia terlihat berbanding terbalik dengan penampilan rapi dan wibawa Aksel saat itu yang mengenakan jas lengkap dengan blazer di bahunya, ia melipat kedua tangannya di depan dada.

Hale menoleh pada arloji yang terlihat di pergelangan tangan yang kemejanya ia lipat sampai bawah siku. Menyimpan kedua tangan di saku celana. Mereka terus berjalan ke arah ruangan yang dibukakan pintunya oleh bodyguard.

Menatap Kanzie yang sudah duduk di sebuah kursi dengan meja bundar di sana, menatap kedua anaknya dengan dingin. Aksel duduk dengan tenang di samping Hale yang menarik kursi yang tersimpan di bawah meja dengan wajah malas memutar bola matanya. Enggan melihat ke arah Elsie juga ayahnya—Steven yang sudah ada di sana lebih dahulu sebelum mereka berdua.

Suasana canggung menjadi santapan di sana ketika Kanzie sudah hadir dan ditambah dengan kehadiran Aksel pula membuat suasana di sana makin serius. Bahkan ada Nikolai juga dua bawahannya di sana memenuhi kursi.

“Bisa kita bahas sekarang, Hale?” ucap Kanzie melirik Hale yang memang enggan menatap Kanzie makin membuang wajahnya dengan putaran bola mata untuk ke sekian kali, tanpa menjawab membuat mereka tahu apa jawabannya.

Steven, Nikolai, dan Elsie menatap ke arah Kanzie yang mengangguk pelan, terlihat tak terusik dengan penolakan Hale.

“Lihat, aku berada di tahun 70-an sekarang,” gumam Hale ketus dengan menumpu sebelah tangannya di meja untuk menopang kepala dengan tangan yang terkepal. Mengikat kontrak pernikahan untuk kelompok? Sial, ia tak membayangkan ada di posisi sekarang.

“Tiga bulan dari sekarang adalah hari baik, aku dan Nikolai sudah memperhitungkannya,” ucap Steven tanpa peduli respons Hale. Sebab mereka semua sudah tahu bahwa anak bungsu itu tak setuju dari awal.

“Satu bulan dari sekarang, pertunangannya akan digelar saat itu, di Moskow,” ucap Kanzie membuat Nikolai dan Steven yang sudah menyimpan rekomendasi untuk tempat segera terdiam dan menatap satu sama lain sebentar. “Kemudian untuk tempat pernikahannya aku serahkan pada pendapat kalian.”

“Aku memikirkan tentang Riyadh.” Nikolai berucap membuat mereka semua bergantian menatap pada dia. Termasuk Aksel yang menoleh dengan agak memiringkan kepalanya nyaris tak terlihat tanda memperingati apa yang baru ia intimidasi yang ia berikan di pertemuan pertama mereka.

“Apa yang kau pikirkan tentang Riyadh, Orlov?” ucap Aksel dengan seringai amat tipis di ujung bibirnya.

Hale menggebrak meja dengan sebelah tangan yang tadi untuk menopang kepala. “In your fucking hell.” Hale segera berdiri dari kursinya, tak bisa berlama sedetik saja di sana. “Don’t gimme that shit,” lanjutnya mengumpat.

Hale membuat kursi yang ia duduki terjatuh ketika pergi dari sana, membuat Elsie yang menatap kepergian Hale segera berdiri dari tempatnya. “Hale!” seru wanita itu dengan agak menggebrak meja tak membuat Hale berbalik, ia tetap membuka pintu ruangan itu dan menutupnya amat keras sampai berbunyi benturan kuat.

Elsie menatap ayahnya sebentar dengan ekspresi marah sebelum pergi juga dari ruangan itu untuk menyusul Hale yang hilang dari sana, bahkan tak sampai diskusi itu selesai.

To be Continued

Heloooo, kalian udh makai sabuk pengaman belum😂🤣 mau terbang nih😂

Ohiya, jadwal update sekarang diusahakan tiap hari lagi, ya, soalnya kesibukan udh mulai mereda wkwkwk

Hale's Doll [COMPLETE☑️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang