“Babe, bisa, kah kita bertemu? Aku sangat merindukanmu,” ucap seorang wanita dengan suara manjanya di telepon seluler yang Hale pegang di tangan kiri, sedang tangan kanan tengah menopang whiskey yang baru saja ia tegak.
Hale tampak sadar tak sadar, ia mengedipkan matanya beberapa kali lalu menutup netranya sembari mendongak. “Aku sibuk,” tolaknya. Hale terlihat duduk di satu kursi mewah di ruangan pribadi VVIP di sebuah klub milik keluarganya.
Hale menopang kedua sikunya di meja bar elegan yang sudah ada bartender pribadi dari balik sana, menyediakan apa pun yang ia inginkan sejak setengah jam lalu di sana dengan Luziele yang berdiri di sisinya seperti biasa. Berdiri tegap dan tenang dengan raut datarnya menghadap ke arah depan.
“Babe....” rengek satu mignons Hale itu. “Aku merindukanmu.” Terdengar ada nada merajuk dari balik sana yang bahkan Hale tak peduli sama sekali.
Hale menopang kepalanya dengan tangannya yang memegang ponsel itu. Ia tampak hanya mengenakan kemeja putih yang keluar dari celananya dengan dasi hitam yang terenggang sampai depan dada berototnya. Menunjukkan tato bertuliskan ‘Netherworld’ di atas dadanya yang basah akibat keringat yang keluar dari pori-pori, pendingin ruangan sama sekali tak membuat dia dingin dengan efek alkohol yang mengalahkan hal itu.
Jasnya tampak tergantung di lengan bawah Luzie dengan rapi.
“Kau mau apa, huh?” ucapnya terdengar serak lalu Hale meletakkan dengan keras cangkirnya ke meja, membiarkan bartender mengisinya kembali seraya ia menarik kembali tangannya untuk menyisir rambutnya ke belakang dengan frustrasi.
“Aku ingin bertemu denganmu, aku ingin memilih yacht bersamamu, Babe.”
Perkataan itu membuat Luziele sekali lagi untuk ke sekian kalinya mendengar percakapan Hale dan kekasihnya itu sebentar, lalu menatap ke arah depan kembali. Musik di lantai pertama dan kedua terdengar samar-samar di ruangan pribadi Hale yang ada di lantai ketiga membuat Luzie bisa mendengar percakapan itu. Semua orang tahu, banyak wanita mengincar para Burner jika tidak karena ingin pamer menjadi kekasih mereka yang wajahnya dibilang bak dewa, mereka hanya ingin menggerogoti harta mereka yang bahkan pasti hanya meronggoh receh bagi keluarga itu.
Pria tampan itu makin mencengkeram rambut yang ada di tangannya sembari menunduk kembali merasa dunia di kepalanya berputar-putar. “Kau bukannya ....” Hale terdiam lagi, sejak beberapa kali ia terus bicara dengan makna dan kalimat berbeda. “Kartunya berisi lima miliar dolar kemarin, Angelin.”
Luzie kali itu melirik Hale. Lihat, bahkan uang banyak seperti itu dihabiskan satu Burner ini untuk orang lain, bahkan itu baru satu mignons Hale, dan ia yakin Hale punya banyak wanita lainnya. Ingin sekali dia teriak agar tidak perlu membuang uang sebanyak itu untuk orang lain yang tak tulus padanya. Luzie kembali melirik ke arah depan.
Bahkan bartender yang memegang botol itu tampak menelan salivanya di hadapan orang kaya seperti Hale yang tak tanggung-tanggung mengeluarkan uangnya.
“Angelin?! Aku Patricia, Sayang! Siapa itu?”
“Whoever fucking you are,” balas Hale kemudian meminum kembali whiskey miliknya.
“Uh, aku hanya meninggalkan setengah miliar dolar di sana, Babe.”
Perkataan sok manja itu nyaris membuat Luzie memutar kedua matanya jengah. Ia sudah sangat sering sejak 19 tahun lalu mendengar para wanita yang hanya memoroti uang atasannya dan ia masih saja jengah mendengar hal tamak macam itu.
“Kau akan menerima yacht-mu besok malam,” ucap Hale enteng lalu melempar ponsel mahalnya ke meja dan perkataan itu membuat Luzie dan bartender di sana menatapnya lagi dengan terkejut. Bukan hal istimewa memang jika Burner melakukannya, tapi tetap saja. Luzie yakin Hale bahkan tak tahu Patricia mana yang meneleponnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hale's Doll [COMPLETE☑️]
Romance[COMPLETE☑️] ⚠️WARNING! ADULT-DARK ROMANCE STORY! BERADEGAN KEKERASAN⚠️ Boneka. Seutas kata itu yang terpapar oleh pikiran seorang Hale Herachles Burner saat pertama memandang lengkungan bibir seorang gadis yang tak diundang di acaranya. Akalnya hi...