| Extra Part I |

16K 1.3K 208
                                    

New York City, New York, United States of America 02.34 PM.

“Lelah juga, ya mendengar orang-orang bermuka dua mengucapkan selamat?” Hale terlihat meletakkan sebelah tangannya di atas dahi sembari menutup mata.

Berbaring di king size lebar muat untuk empat orang dewasa, kasur yang sangat lebar itu dilapisi seprai sutra berwarna putih bersih begitu bersinar dengan taburan kelopak-kelopak mawar putih yang begitu harum.

Bahkan furnitur di kamar selebar 300 meter itu yang tadinya berwarna emas dan hitam satin, kini diubah dengan warna silver dan putih bersih. Mansion milik Hale bertingkat lima di kota New York dengan gedung mansion selebar 700 meter persegi. Memiliki lahan 100 hektar sebab diberikan warisan yang bahkan ia tak tahu harus dibuat apa selain mengikuti gengsi keluarga-keluarganya yang menentang ia ingin membangun kolam renang selebar itu. Dengan alasan tak masuk akal.

Sial, jika saja dulu ia memang membangun kolam renang selebar 100 hektar di sini, maka dia akan memberikan rekor sebagai kolam renang terpanjang dan terbesar sedunia. Hanya saja itu tak terjadi, dan ia kemudian memilih membuat mansion yang kini ia tempati dengan Luziele di sampingnya.

Mereka berbaring di kasur itu setelah menggelar pernikahan mereka di gedung Moxas milik Burner yang memang dijuluki gedung terbesar di kota itu untuk acara yang bisa menampung lebih dari 5.000 orang. Ia bahkan tak tahu ada berapa hadirin yang tak ia kenal dan ia kenal di sana saking banyaknya, orang elite dunia yang diundang, elite politik, dan banyaknya orang penting juga rekan kerja keluarganya. Sial, begitu banyak orang. Dan yang paling membuat menarik antara hadirin tadi adalah anak-anak di yayasan yang semuanya diundang dengan pakaian putih dan mewah yang sama.

Luzie yang berbaring dengan masih full pakaian pernikahannya dari atas sampai bawah. Bahkan veil putih di kepalanya masih terpasang, dengan gaun putih besar dan mengambang yang menyeret 10 meter dari kakinya, Alf yang mendesain gaun begitu mewah dan besar itu, masih ia pakai sekarang sebab terlalu lelah sejak pagi.

Bahkan ada 1.000 butir berlian putih yang dijahit begitu detail dan hati-hati oleh Alf selama tiga bulan sejak pengumuman Hale dan Luzie akan menikah.

Luzie yang berbaring telentang itu menatap ke arah Hale di samping yang masih menutup mata.  “Kenapa kau dari dulu suka bicara tentang orang-orang bermuka dua?”

“Mereka semua palsu, orang kaya yang berteman dengan Burner hanya memandang nama dan reputasi. Jika saja kami tak kaya, kau lihat saja mereka pasti akan menghilang.”

“Kau juga orang kaya, kau sedang membicarakan dirimu sendiri.”

“Benar sekali, karena jika aku tak palsu seperti mereka, aku tak akan membalas ucapan selamat mereka tadi,” ucap Hale tampak tak mengubah posisinya sama sekali. Bahkan ia tampak masih mengenakan pakaian putih sebagai pasangan baju Luziele yang juga mengenakan berlian sebagai material bajunya. Hanya saja dasinya sudah hilang sekarang.

Luzie berbalik untuk tiarap dan menghadap pada Hale. Menopang dagunya dengan kedua tangan. “Hale, kau ingin tahu sesuatu?”

Hale diam selama beberapa detik lalu menyingkirkan tangan dari dahinya menoleh ke arah kiri untuk menatap Luzie yang memperhatikannya.

“Apa?”

Luzie terdiam selama beberapa detik seperti menahan senyumannya. “Sepertinya ... aku merasa aku tak sendiri.”

Hale terdiam lalu berkedip satu kali. “Tentu saja, kau bersamaku sekarang. Kau punya ibu dan ayah mertua, kakak ipar, paman, bibi, juga keponakan yang sialnya sangat mahal, Aksel bajingan, lihat saja nanti sebab dia tak membiarkan Eizer datang ke pernikahan kita. Ketiga kembar itu saja diperlihatkan. Awas saja dia, aku akan—”

“Hale, aku tak membicarakan itu,” ucap Luzie terlihat menyembunyikan senyumannya.

Hale menaikkan sebelah alisnya, melihat senyuman Luzie yang sialnya sangat manis membuat ia hanya terpaku pada kecantikan dia. Sial, dia sangat cantik hari ini dengan semua riasan itu dan terlebih dengan memperlihatkan senyumannya, ah dia rasa ia akan mati.

“I gonna die,” gumam Hale terlihat yang ada di matanya hanya kekaguman pada Luzie.

“Aku merasa aku tak sendirian.” Senyuman manis Luzie makin mengembang.

Hale terdiam bermenit-menit, ia tak memikirkan perkataan Luzie, ia hanya terpaku pada kecantikan gadis itu. Tanpa menyadari bahwa detik di dunia sedang berdenting, ia merasa semuanya berhenti ketika menyadari gadis ini adalah miliknya.

Luzie menatap wajah tampan pria itu yang sangat berkali-kali lipat hari ini karena kebahagiaan mereka. Bukan sebelumnya tidak tampan, hanya saja ia melihat sesuatu yang berbeda hari ini.

Hale akhirnya tersadar lalu menatap pada wajah dan tubuh Luzie yang masih tiarap, saat sejak tadi melipat kedua tangannya terlipat untuk menumpu tubuhnya. “Kau ....”

“Yes!” seru Luzie tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

Hale langsung bangkit dari posisi baringnya menjadi duduk lalu melihat tubuh Luzie. “Kau serius?!”

Luzie mengangguk. Lalu Hale segera menyentuh kedua bahu Luzie untuk berbaring. Menatap skeptis tubuh Luziele dari atas sampai bawah yang masih tertutup gaun pernikahan yang begitu besar dan mewah itu.

“Sejak kapan?!” seru Hale tak bisa santai menatap ke arah Luzie yang menahan senyumannya.

“Kau tak ingin mengetahuinya sama-sama?” Ia sengaja menyembunyikan hal itu untuk hadiah pernikahan mereka. Terlebih untuk dirinya, karena itulah impiannya sejak dulu, mempunyai keluarga. Bahkan respons Hale melebihi yang ia harapkan membuat ia sangat bahagia.

Hale tercengang, kedua tangannya masih di bahu Luzie menatap gadis itu tak percaya. “Oh my fucking goddess!” Hale menarik Luzie dari kasur dengan meletakkan tangannya di lepatan bahu gadis itu dan menggendongnya kemudian mencium Luzie setelah mengangkat dia itu tinggi.

“Hale, kau tak merasa kesusahan?” Luzie berucap ketika Hale melepaskan ciuman mereka dengan masih menggendongnya.

“Tentu saja susah karena gaunmu yang panjang dan tebal ini, aku tak akan memaafkan Alf membuatmu memakai pakaian seperti ini, tapi kabar baik yang kau berikan akan membuat hukumannya berkurang nanti,” ucap Hale lalu mencium Luziele kembali. Luzie mengelilingi tangannya di leher Hale.

Sebenarnya Hale biasa saja, tapi ia tahu bahwa impian Luzie adalah mempunyai keluarga, dengan kehadiran bayi itu maka itu akan memperlengkap semuanya dan Luzie akan sangat bahagia. Sebab itulah ia ikut merasa senang.

Hale membaringkan Luziele kembali ke kasur megah itu. Melepas veil yang juga menyeret seperti gaunnya di belakang rambut begitu indah yang ditata rapi dan sangat cantik dengan hiasan mahalnya.

“You’re the best thing that’s ever been mine,” bisik Hale pelan. Ia menumpu kedua tangannya di sisi kepala Luzie untuk mencium bibirnya kembali. Tangannya menggerayangi baju Luzie untuk melepaskan benda itu. “Sepertinya dia ingin ikut serta di hari kebahagiaan kedua orang tuanya.”

“Hale!” Luzie tersipu dengan sedikit tertawa menyembunyikan senyumannya ketika pria itu meraba kedua sisi tubuhnya. Menarik ke bawah setelah melonggarkan tali juga melepas ritsleting gaun besar tanpa lengan itu.

Satu lagi extra part, keep waiting my luv😘❤️

Hale's Doll [COMPLETE☑️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang