4 years later.
Ottawa, Ontario, Canada 00.23 AM.
Laksana inex, dia yang akan meningkatkan aktivitasnya, dia yang akan menaikkan denyutan nadi yang mengalir dalam darahnya. Walakin, drug addict itu tak menyadarinya, dia menyangkal jika setiap sensorik cahaya yang ia punya selalu mengarah pada inex-nya. Menepis opini insan lain jika integritasnya terlewat agresif pada inex yang selalu ia perhatikan dalam diamnya.
Sang drug addict itu tampak menopang rahang tegasnya dengan tangan, mata berwarna amber itu menoleh pada Henbo—robot asisten yang ada di sisi kanannya, membuang pandangan dari arah jendela yang menampakkan pemandangan halaman mansionnya yang besar malam itu dari jendela kamarnya.
Netra pria tampan itu memang ke arah sana, robot yang ia dapat dari menghirup napas ke dunia yang ia rasakan ekstansinya ketika tepat di detik ke-31.536.000. Yang dinamai oleh ibunya sebagai Henbo. Sudah sering kali diperbarui sistem Henbo agar tidak ketinggalan server baru dari sistem robot-robot modern sekarang, sehingga Henbo bisa dikatakan robot modern walau umurnya hanya berjarak 1 tahun lebih muda dari umur pria 26 tahun yang sedang menatapnya.
“Don’t look at me,” sinis Hale ke arah robot asisten yang ia lihat sistemnya sedang menyala. Ya, Henbo bisa diajak untuk bicara karena sistem yang memproduksinya memberikan kemampuan itu pada Henbo. Kepalanya yang berbentuk elips dengan layar sebagai wajahnya yang membentuk mata dan mulut, ia rasa pencipta Henbo memiliki pemikiran yang sama dengannya, sangat tak penting jika diciptakan hidung. Memiliki tangan, badan, dan kaki serba alumunium.
“According to your command, Mr. Burner.” Henbo mengeluarkan suara dari sistem speaker miliknya, seraya poros yang menghubungkan kapala elips dan tubuhnya membuat Henbo menoleh ke arah lain yang tadinya menatap pada Hale.
Henbo bisa melakukan banyak hal jika kalian ingin tahu.
Hale menghembuskan napas pelan seraya berkedip ke arah jendela kamarnya kembali.
Tok... Tok, Tok,
Hale melirik ujung matanya sekilas kemudian menekan earpiece akustik di salah satu telinganya. “Apa pun yang ingin kau lakukan di tengah malam begini dengan mengganggu waktu orang lain, ketahuilah, jangan masuk.” Hale memutar bola matanya dan tepat ketika itu pintu di belakangnya terbuka. Jarak yang cukup jauh memang dari tempatnya duduk dekat jendela kamar dengan pintu masuk sekitar lebih dari 300 meter.
“Let me in, Boss.” Suara dari akustik di telinga Hale itu dibalas oleh logistik seseorang di seberang sana, tepatnya kini berada di belakangnya.
“Kumohon, Hale, jangan bersikap bahwa kau seorang bos yang tak pernah ingin lembur.” Perkataan Laze terdengar dengan suara dentuman sepatu yang bisa Hale pastikan ada lebih dari dua.
Hale selalu saja seolah bersikap ia bukanlah bagian dari kelompok ilegal, ia bahkan tak ingin memilih keduanya jika nama belakangnya tak ikut serta mengandil kehidupannya secara mutlak.
“Good night, Boss,” ucap Laze, Liev, Mackel, dan Arvie di belakangnya.
Hale yang mendengar perkataan para bawahannya itu menunjukkan respons dengan bergerak bersender punggung di sofa yang ia duduki. Sofa tunggal yang sering ia duduki untuk memantau jendela ketika ia kecil.
“Di mana Luziele?” ucap Mackel yang tampak menggunakan pakaian kasual jas seperti yang lain, hanya saja ada rokok di apitan bibirnya.
“Ini hari Rabu,” tukas Laze yang segera duduk di sisi sofa lain yang berada di belakang tempat sofa Hale berada yang membelakangi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hale's Doll [COMPLETE☑️]
Romansa[COMPLETE☑️] ⚠️WARNING! ADULT-DARK ROMANCE STORY! BERADEGAN KEKERASAN⚠️ Boneka. Seutas kata itu yang terpapar oleh pikiran seorang Hale Herachles Burner saat pertama memandang lengkungan bibir seorang gadis yang tak diundang di acaranya. Akalnya hi...