“Luzie,” panggil Hale yang malah mengejar Luziele ke apartemennya. Membuat mereka berdua pulang lebih awal di acara pertunangan Liev.
Hale mengepalkan tinjuannya untuk mengetok pintu apartemen Luzie dua kali, lebih tepatnya menggedor. “Luzie, kenapa kau marah padaku? Aku tak melakukan apa pun,” ucap Hale terlihat kesal ketika ditinggal begitu saja oleh gadis itu. “Luzie, aku sangat berbaik hati tidak langsung membuka pintu ini dengan sensor keamananku untuk menunggumu membukanya.”
Hale mendesah kesal, ia memang bisa membuka seluruh akses keamanan di sana jika saja ia mau, tapi jika ia lakukan sekarang mungkin Luziele akan makin marah pada ia yang padahal ia tak tahu apa kesalahannya.
“Oh my ... god damn, Luzie!!” seru Hale yang terus diacuhkan.
“Pergilah, Hale, aku tak akan membukanya,” balas Luzie dari dalam yang terdengar kesal akibat Hale yang menyusulnya. Padahal ia pulang dengan alasan tak enak badan karena tak ingin menemui Hale, tapi malah dia menyusulnya.
“Luzie, sebelum aku membuat rusuh dan membangunkan seluruh penghuni apartemen di sini,” ancam Hale membuat Luziele menatap jengkel ke arah pintu. “Baiklah, jika itu yang kau inginkan—”
Pintu terbuka sebelum Hale mengakhiri kalimatnya membuat Hale masuk ke sana dengan tersenyum miring menatap wajah marah Luzie yang kesal.
“Kenapa kau menjauh dariku? Aku tak pantas kau jauhi,” ucap pria itu melihat ke arah Luzie yang membanting pintu untuk menutupnya membuat Hale agak mendelik.
Bukan karena terkejut, melainkan ternyata Luzie bisa juga kesal dan melampiaskannya pada barang.
“Hale, berhenti mengikutiku, aku tak mau mendengar penjelasan atau pun bujukanmu.” Luzie melangkah menjauh dari pintu, meninggalkan Hale yang watados tak peduli mengikuti Luzie dari belakang. “Lebih baik kau pulang saja.”
“Pulang ke mana? Aku tak punya rumah,” ucap Hale acuh tak acuh, tetap mengikuti Luzie dari belakang yang tengah sok sibuk dengan tas dompetnya.
“Kau sebaiknya pulang, apa yang akan orang lain katakan ketika melihat kau di sini? Kau ingin membuatku mendengar jika aku adalah selingkuhanmu?” Luzie melempar tasnya, tak mau melihat pada Hale yang duduk di tepi ranjang dengan menopang tubuh menggunakan kedua tangannya.
“Kau terlalu memikirkan perkataan tak berguna orang lain, kau tak akan mati jika mendengar komentar orang lain tentang dirimu. Malah kau akan mati jika menuruti apa keinginan mereka. Mereka tak punya andil, hanya bisa berkomentar. Kau tak akan sempurna di mata orang lain yang melihat kurangnya kau saja,” ucap Hale menatap pada sekeliling apartemen.
Apartemen dengan kamar VVIP itu tentu saja besar dan mewah dengan beberapa ruangan lengkap. Bahkan perabotannya terlihat mahal semua.
Karena ia sering berpindah-pindah negara hanya untuk bersenang-senang, membuat Luziele ikut berpindah-pindah. Hale bahkan tak tahu di mana kediaman tetap Luzie yang ia rasa masih belum mempunyainya.
Luzie akhirnya berbalik untuk melihat ke arah Hale dengan tatapan datar, seolah terusik dengan perkataan Hale barusan. “Tidak, kah kau mengerti jika aku hanya ingin mengusirmu, Sir?”
“You’re so fucking rude!” balas Hale dengan nada jengkel membuat Luzie memutar bola matanya untuk berbalik kembali sok sibuk. Hale hanya melihat punggung gadis itu yang tertutup oleh rambut indahnya yang ia gerai.
Luzie membereskan meja riasnya yang tak berantakan. Luzie berusaha sebiasa mungkin di hadapan Hale, padahal dia sangat sedih jika melihat orang itu mengingat ke depannya bagaimana mereka. Terlihat dari tatapan matanya yang agak menurun ketika berbalik untuk tak menghadap Hale tadi yang langsung agak berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hale's Doll [COMPLETE☑️]
Romance[COMPLETE☑️] ⚠️WARNING! ADULT-DARK ROMANCE STORY! BERADEGAN KEKERASAN⚠️ Boneka. Seutas kata itu yang terpapar oleh pikiran seorang Hale Herachles Burner saat pertama memandang lengkungan bibir seorang gadis yang tak diundang di acaranya. Akalnya hi...