Awal Mula

24.7K 523 4
                                    


Di saat kamu menyebutkan namaku binti ayahku, saat itu seluruh jiwa ragaku ini menjadi milikmu.

-Ayla Nur Afifah







***

"Astagfirullah, Ayla! Apa-apaan ini?!"

Suara teriakan itu berhasil mengejutkan seorang gadis yang tengah terlelap dengan mimpi indahnya. Perlahan mata indahnya terbuka.

"Kenapa, Budhe?" tanyanya tidak mengerti kenapa budhenya berteriak di pagi hari, tidak seperti biasanya.

"Bangun, Ayla!" sergah budhenya sambil menarik tangan gadis itu sedikit kasar.

"Kenapa sih, Budhe?" Gadis itu bangun. Dilihatnya budhenya yang sudah menangis. Ia mengerutkan dahinya, bingung dengan sikap budhenya yang aneh. "Ada apa, Budhe?" tanyanya lagi.

Tanpa menjawab pertanyaan keponakannya, wanita paruh baya itu menunjuk ke sebelah gadis itu tidur tadi. Ayla melihat arah yang ditunjuk oleh budhenya. Alangkah terkejutnya ia saat mendapati seorang pria tertidur di sebelahnya. Gadis itu sampai meloncat dari tempat tidurnya.

"Bu-Budhe Ayla nggak tau siapa dia," katanya dengan tubuh yang sudah gemetar hebat.

Erni makin menangis kencang, wanita itu terduduk di lantai. Sementara Ayla, gadis itu sibuk mencari kerudungnya, takut jika laki-laki itu terbangun.

Mendengar suara teriakan, laki-laki yang tertidur di sebelah gadis itu tadi terbangun. Dia mengucek-ucek matanya. "Apa sih, Bi Mina? Teriak-teriak, ganggu orang tidur aja."

"Kamu siapa?" tanya budhe Erni.

Laki-laki itu menautkan alisnya, suara asisten rumah tangganya berbeda. Ia membuka lebar-lebar matanya. Dia menatap heran kedua wanita di depannya yang sedang menangis. "Kalian siapa? Ini gue di mana?"

"Kamu yang siapa? Kenapa bisa di sini?" Ayla angkat suara.

"Lah emang ini rumah siapa?" tanya cowok itu santai, sambil memakai sepatunya.

"Ini, Pak RT, si Ayla kumpul kebo sama laki-laki ini!" Belum sempat gadis itu menjawab pertanyaan laki-laki itu. Sudah banyak warga yang memenuhi rumahnya.

Juminten, tetangga sebelah rumahnya yang mendengar suara jeritan Erni tadi diam-diam mengintip, ia juga penasaran dengan motor yang terparkir di depan rumah Erni. Betapa terkejutnya dia saat melihat Ayla yang tidur dengan seorang cowok. Dengan gerakan cepat, secepat kilat, wanita itu mengadu pada pak RT.

Awalnya dia tidak mempercayai omongan Juminten, karena Juminten itu biang gosip di kampung. Tapi melihat apa yang terjadi pak RT menggelengkan kepalanya.

"Astagfirullah, Ayla. Ternyata bener yang diomongin Juminten, bapak nggak nyangka, bapak pikir kamu anak baik-baik selama ini."

Ayla menggeleng, air mata telah membanjiri wajahnya. "Nggak, Pak RT, ini salah paham. Ayla nggak gitu, Pak RT."

Laki-laki itu menguap malas, dia bangkit dan ingin segera pulang. Tapi pak RT menghentikan langkahnya.

"Weh apa ni? Minggir gue mau balik."

"Kamu nggak bisa pergi gitu aja. Kalian udah buat hal nggak senonoh di sini. Kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu," kata pak RT menahan emosi. Pemuda di depannya ini benar-benar tidak tahu malu. Berbuat hal tidak baik di kampungnya.

"Perbuatan nggak senonoh? Gue nggak ngelakuin itu. Minggir gue mau balik," katanya lagi dengan santai.

"Udah, pak RT, kita arak aja keliling kampung. Biar malu mereka," kata warga yang berada di belakang pak RT.

Alan : Mendadak Jadi Suami (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang