Diabaikan

7.9K 373 2
                                    

"Ingat, karma terus berjalan. Apa pun yang lo lakuin sekarang, lo juga yang akan memetik hasilnya nanti."

-Kenzie Aditya








***

Ayla benar-benar menepati perkataannya. Sekarang dia tidak lagi mengurusi Alan. Bahkan selama beberapa hari ini keduanya sama sekali tidak terlibat percakapan, membuat unit apartemen itu seperti tidak memiliki penghuni, senyap.

Ayla yang sakit hati, dan Alan yang acuh tak acuh. Dia tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh perempuan yang tinggal di apartemennya itu. Hanya saja ada secuil perasaan aneh yang hinggap saat melihat Ayla yang biasanya berisik kini diam.

Seperti sekarang, perempuan itu tengah memasak nasi goreng. Dari dalam kamarnya, Alan dapat mencium bau harum dari masakan Ayla. Perutnya juga tiba-tiba berbunyi.

"Sial banget tuh orang. Masak nggak tepat waktu," katanya sambil meletakkan stick gamenya.

Alan keluar dari kamar. Dia kini melihat Ayla sedang menyantap makanannya sambil sesekali tersenyum menikmatinya.

Alan mendekat, diliriknya Ayla yang sama sekali tidak memperdulikan kehadirannya. Alan juga melihat makanan yang dibuat oleh Ayla hanya sepiring.

"Lo nggak buat untuk gue?"

"Buat apa?" tanya Ayla. Tapi dia tidak menatap Alan sama sekali.

"Rese lo, Udik," ujarnya lalu masuk kembali ke dalam kamarnya.

Diambilnya jaket juga kunci motor. Sebelum keluar dia menatap Ayla sinis ketika mereka berpapasan.

"Bang nasi goreng satu."

"Siap, Mas."

Sembari menunggu Alan men-scroll sosial medianya. Suasana jalanan yang sudah mulai sepi membuatnya merasa nyaman duduk di angkringan ini.

Tangan Alan berhenti saat matanya tidak sengaja melihat sebuah akun yang menarik perhatiannya.

"Farhan Rasyad?"

"Siapa dia?"

Alan langsung men-stalking akun bernama Farhan yang menandai akun media sosial milik Ayla. Ya, dia mendapatkan akun itu dari Elan yang waktu itu tengah melihat akun media sosial Ayla di depan Alan.

Hingga dia berhenti pada suatu foto. Laki-laki bernama Farhan itu mengunggah foto bersama seorang perempuan, yang amat Alan kenali. Di dalam foto itu mereka terlihat tersenyum dengan seragam SMA yang menempel di tubuh mereka.

"Pacarnya, kah?"

"Mas ini nasi gorengnya."

"Oh, iya. Makasih, Bang."

Kunyahannya berhenti saat rasa nasi goreng itu berhasil ia rasakan. Alan menatap nasi goreng yang kelihatan sekali rasanya enak itu. Tapi entah kenapa lidahnya menolak rasa itu.

"Kok gue inget dia, sih?"

Alan kehilangan selera makannya. Nasi itu bahkan baru habis beberapa sendok, tapi Alan sudah meninggalkannya juga uang pecahan seratus ribu di atas meja.

Kini tujuannya adalah markas. Teman-temannya sedang berkumpul di sana.

"Woy, Al. Kemana aja lo?" Bimo menyambut kedatangan Alan. Mereka melakukan tos ala pria.

"Dia, kan, udah punya kesibukan baru," sindir Gilang.

"Oh, ya? Apa, tuh?" tanya Bimo kepo. Cowok itu bahkan mengabaikan game di handphonenya.

"Sibuk sama istrinya lah," kata Gilang lagi.

Alan tidak memperdulikan mereka. Toh mulut mereka memang seperti itu. Kini dia mendekati Ken yang tengah membaca novel.

Alan : Mendadak Jadi Suami (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang