Perempuan Baik-Baik

7.6K 372 3
                                    

"Nggak ada yang namanya perempuan baik-baik kalau terus berdekatan sama laki-laki yang notabenenya adalah suami orang."

-Ayla Nur Afifah





***

Pagi ini Alan berolahraga di atas treadmill di unit apartemennya. Sambil mendengarkan musik dengan earphone Alan terus berlari sambil memandang ke luar jendela yang menyuguhkan kesibukan kota pagi ini.

"Aaa... ."

Alan melepas earphone-nya saat mendengar teriakan perempuan yang belum lama ini tinggal seatap. Dia langsung memberhentikan treadmill dan mendatangi Ayla yang sedang menutup wajahnya di depan pintu kamarnya.

"Woy, Udik. Kenapa lo?"

"Alan kamu ngapain?"

"Gue? Ya olahraga, lah. Lo nggak liat?"

Ayla masih menutup wajahnya dengan tangan. "Iya tau, tapi kenapa kamu nggak pake baju?"

Alan menatap tubuhnya yang basah akan keringat. Dia tadi melepas kausnya karena telah merasa panas.

"Ya namanya olahraga bebas, dong. Kecuali gue ke pengajian nggak pake baju baru lo bisa nanya."

"Emang kenapa, sih?"

"Pake baju kamu. Kamu nggak malu ada aku di sini?"

"Lebay lo, Udik," ujar Alan sambil berjalan menuju sofa tempat baju yang ia tanggalkan tadi.

Ayla mengintip sedikit dari balik jemarinya. Setelah melihat Alan selesai memakai bajunya barulah dia berani membuka tangannya.

"Padahal gue seksi kalau shirtless," kata Alan sambil tertawa.

Kini dia berjalan menuju dapur. Ditengguknya air minum dengan posisi berdiri. Melihat itu Ayla menghampiri Alan.

"Alangkah baiknya kalau minum sambil duduk."

"Dih, ngatur lo?"

Ayla berdecak malas. Menghadapi sikap Alan yang benar-benar sedikit menguras kesabarannya.

"Dalam hadits, 'Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian minum sambil berdiri. Apabila dia lupa maka hendaknya dia muntahkan.' (HR Muslim)."

"Juga makan dan minum sambil berdiri nggak baik untuk kesehatan," jelas Ayla lagi.

"Ribet lo, Udik."

Tapi Alan tetap duduk. Ayla tersenyum melihat Alan yang menuruti perkataannya.

Hari ini Ayla tidak bekerja. Toko sedang tutup. Perempuan itu berencana untuk membersihkan unit untuk menghilangkan kebosanannya.

Kini dia beralih pada bumbu-bumbu masakan. Dia akan memasak untuk sarapannya dan alan. Sembari memasak, Ayla bersenandung lirih.

Alan yang ternyata masih di dapur tersenyum mendengarnya. "Gue punya julukan baru buat lo."

Ayla tersentak, dengan gerakan cepat dia berbalik. Di sana, Alan bersandar di meja pantry sambil menatap Ayla.

"Alan, kamu masih di sini?"

"Julukan buat lo, artis dapur," kata Alan lalu tertawa terbahak-bahak.

Ayla cemberut, dia kembali berbalik melanjutkan memasaknya. "Apaan, sih. Kamu nggak jelas."

Alan mendekati Ayla yang kembali sibuk dengan kegiatannya. Tangan kecil perempuan itu begitu gesit dalam melakukan pekerjaan.

"Lo biasa banget, ya, masak?"

Ayla melirik Alan yang berdiri di dekatnya. "Iya, di rumah aku sering bantuin budhe."

"Yang ngajarin lo budhe lo?"

Alan : Mendadak Jadi Suami (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang