Perhatian Ayla

7.7K 359 2
                                    

"Nggak semua masalah itu harus diselesaikan dengan kekerasan. Coba bicara baik-baik dengan kepala dingin."

-Ayla Nur Afifah





***

"Selamat ulangtahun!"

Dor

Perempuan yang baru saja masuk ke dalam rumahnya itu terkejut. Kedua tangannya menutup mulut tidak percaya dengan kejutan yang ia dapat.

Bahkan kini dia menangis karena terharu. Ken mendekati ibunya. Pelukan hangat ia berikan kepada wanita yang telah menghadirkannya di dunia 25 tahun silam.

Dia Anita, mami Ken. Setelah mendapatkan telepon dari rumah yang mengabarkan bahwa Ken sedang sakit. Anita segera meninggalkan restorannya dengan panik.

Setelah mereka melerai pelukan itu Anita menjewer telinga anaknya itu.

"Aduh, ampun, Mi," rengek Ken mengundang tawa teman-temannya.

"Anak nakal! Mami khawatir tau, Ken."

Bimo tertawa kencang melihat seorang Kenzie Aditya yang terkenal dingin dan cuek itu dijewer oleh ibunya. Kini Ken terlihat seperti anak kecil.

"Gue harus fotoin," kata Bimo yang langsung mengeluarkan handphone.

Gilang juga turut mendukung apa yang Bimo lakukan. Sangat jarang melihat Ken seperti ini, ini seperti momen langka yang harus mereka abadikan.

Elan dan Alan saling bertatapan. Ada rasa iri di hati kedua anak kembar itu. Elan cukup paham bagaimana perasaan Alan yang sejak kecil sangat dekat dengan sang mama.

Anita berjalan mendekati Alan. Sahabat anaknya dari kecil itu menyambut pelukan hangat yang diberikan oleh Anita.

"Terima kasih, ya. Kalian udah buat tante terkejut," sindir Anita. Pasalnya tadi dia sangat panik saat teman-teman Ken mengatakan kalau anak itu sedang sakit.

"Tante kita ada hadiah buat tante!" seru Gilang.

Mirza dan Bimo tampak menggotong sebuah dus besar dari arah luar. Anita menutup mulutnya lagi sangking terkejutnya dengan bawaan mereka.

"Buka, dong, Tan," pinta mereka semua.

Anita menurut, dia membuka kotak yang besarnya hampir sama dengan dia. Setelah kotak berhasil terbuka. Mami Ken itu kembali terharu melihat isinya.

Satu set peralatan memasak. Lengkap dengan buku resep masakan. Anita berbalik dan memeluk mereka semua yang ia sudah anggap anak sendiri terkecuali Gilang yang memang tidak ingin bersentuhan dengan lawan jenisnya.

"Terima kasih, ya, anak-anakku, kalian memang terbaik."

"Kita suka sama masakan tante, itulah kenapa kita semua kasih tante peralatan masak. Supaya tante semangat masaknya."

Anita sampai meneteskan air mata mendengarnya. Rumahnya memang sering menjadi tempat anak-anak itu berkumpul. Dia juga sering membuatkan mereka makanan-makanan enak. Sehingga anak-anak itu betah berada di rumahnya.

"Sekarang karena semua udah kumpul, tante mau masakin kalian."

"Alhamdulillah, rejeki anak soleh memang," antusias Bimo yang mendapat jitakan dari Gilang.

"Giliran gini soleh kata lo. Tapi waktu gue ajakin sholat Jumat alasan sakit perut."

"Dia nggak usah heran," kata Elan. "Cucu Sugiono itu."

"Woy, elah. Itu memang nama kakek gue," ujar Bimo tak terima.

Semua orang tertawa. Solidaritas mereka begitu kuat. Alan bersyukur karena memiliki teman-teman yang begitu apa adanya.

Alan : Mendadak Jadi Suami (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang