Kesedihan Ayla

8.4K 338 1
                                    

"Nggak ada yang namanya anak haram. Semua anak terlahir suci. Orangtuanya aja yang salah."

-Alano Putra Mahendra




***
Ayla memandang heran mobil sedan yang terparkir di halaman rumah Erni.

Dia meletakkan sepeda di dekat pagar bambu rumah Erni. Samar-samar telinganya mendengar sebuah perdebatan di dalam rumah.

"Mbak yu itu bagaimana, sih, capek aku bilanginnya."

"Sudahlah, Las. Aku nggak mau ribut sama kamu. Kalau kamu datang hanya untuk membahas hal itu lebih baik kamu pulang." Itu suara Erni. Ayla masih berdiri di depan pintu yang tertutup.

"Apa lagi alasan mbak yu miara anak pelacur itu? Mbak yu tau sendiri mas Roni menikah dengan pelacur. Tapi mbak yu tetap dukung mereka."

Jantung Ayla seketika serasa berhenti berdetak. Kata-kata bibinya masih terdengar jelas di telinganya. Lastri mengatakan ibunya adalah seorang pelacur.

"Belum tentu juga si Ayla itu anak kandung mas Roni. Bisa jadi dia anak hasil melacur si Ratna. Dia itu anak haram."

"Tutup mulutmu, Lastri. Ratna sudah meninggal, kamu masih saja membicarakan hal buruk tentangnya."

"Terserah mbak yu mau ngomong apa. Besok aku balik ke sini. Buat ambil surat tanah milik mas Roni yang atas nama Ayla itu."

Lastri terkejut saat membuka pintu. Di depannya berdiri Ayla dengan hati yang sudah hancur lebur karena mendengar bibinya mengatakan hal buruk tentangnya.

"Oh, kamu. Baguslah kalau denger semuanya. Aku harap kamu sadar siapa kamu sebenarnya," ucap Lastri bak panah yang langsung menembus jantungnya.

Setelah menghancurkan hati Ayla dia pergi dengan tidak memiliki rasa bersalah. Erni menghampiri Ayla. Dia hendak memeluk keponakannya, tapi Ayla menghindar. Dia menatap Erni dengan tatapan kecewa.

"Ayla, itu semua nggak bener."

Ayla tetap bungkam. Dia memilih pergi dari rumah Erni. Hatinya begitu sakit. Seperti ribuan sembilu menusuk relung hati.

Alan yang sedang bermain game online dikejutkan dengan kedatangan Ayla yang masuk begitu saja. Biasanya perempuan itu akan mengucapkan salam, kali ini tidak.

"Oy, Udik. Tumben lo masuk gitu aja. Biasa pake salam."

Ayla mengabaikan Alan. Dia masuk begitu saja ke dalam kamarnya. Kedua alis Alan tertaut melihat Ayla yang sedikit aneh dari biasanya.

"Tadi dia baik-baik aja, kok sekarang aneh, ya?"

Alan meninggalkan gamenya. Dia berjalan memasuki kamar Ayla. Terdengar suara isak tangis dari dalam kamar Ayla.

Alan langsung membuka pintu kamar Ayla dan mendapati perempuan itu tengah menangis. Ayla duduk di lantai dengan wajah menangkup di atas lututnya.

"Ayla," panggil Alan pelan. Laki-laki itu berjongkok di hadapan Ayla.

Suara tangisan Ayla terdengar pilu, membuat Alan turut merasakan kepedihan yang Ayla rasakan. Tubuh Ayla bahkan sampai bergetar. Tangan Alan tergerak mengelus kepala Ayla yang senantiasa tertutup oleh hijab itu.

"Ayla," panggil Alan lagi. Dia menarik kepala Ayla hingga wajah Ayla terlihat. "Lo kenapa? Siapa yang buat lo begini?"

Ayla tidak menjawab. Tangisnya semakin pecah. Membuat Alan langsung menarik tubuh Ayla ke pelukannya.

"Nangis, nangis sepuas lo."

Ayla menurut, tangannya mencengkram lengan Alan. Dia menumpahkan segala kesedihannya di dada Alan.

Alan : Mendadak Jadi Suami (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang