"Aku yakin kamu memang baik, hanya saja belum jadi baik."
-Ayla Nur Afifah
***
Ayla mengetuk pintu kamar Alan. Di tangannya ada setumpuk pakaian Alan yang sudah dia lipat rapi. Dengan kesusahan, Ayla mengangkat tangannya untuk mengetuk lagi pintu itu.
Tidak ada jawaban maupun orang yang membuka pintu. Ayla mengerutkan dahinya. Ke mana perginya Alan? Padahal tadi laki-laki itu ada di unit.
Tangan yang hendak mengetuk itu mengambang karena pintu terbuka. Alan dengan wajah bantal keluar. Dia cemberut.
"Apaan, sih, lo? Gue lagi tidur juga," kata Alan sambil menggaruk-garuk perutnya.
"Alan aku mau kasih baju-baju kamu."
Dia masih belum bisa mencerna perkataan Ayla. Matanya memandang Ayla lalu yang dibawa oleh Ayla di tangannya.
"Apaan, tuh?" tanyanya.
"Baju kamu, aku mau kasih kamu."
"Kok ada di lo?" tanya Alan setelah dia mulai tersadar.
"Iya, numpuk di kamar mandi jadi aku cuci."
Semenjak Alan menempati kamar Ayla, dia selalu meletakan pakaiannya di kamar mandi dapur.a Melihat itu Ayla berinisiatif untuk mencucinya.
"Lo bisa susunin di lemari, nggak?"
Ayla mengangguk. Dia masuk setelah Alan menyingkir dari pintu.
"Padahal mau gue laundry-in."
"Daripada uangnya kamu pake buat laundry. Aku nggak masalah kalau nyuci baju kamu. Sayang uangnya, mending kamu tabung."
"Itung-itung balas budi karena aku udah tinggal di sini."
Alan terus memperhatikan kegiatan Ayla yang begitu luwes. Bahkan kini Ayla merapikan pakaian Alan yang berantakan di lemari. Itu semua karena ulah Alan yang asal-asalan mengambil pakaian.
"Kalau ambil pakaian itu diangkat, bukan ditarik," sindir Ayla.
"Lo ngomong sama gue?"
"Ya iyalah, masa sama hantu. Kan, cuma kamu yang ada di sini."
Alan hanya mengangguk singkat. Kini dia disibukkan dengan game online yang selalu dia mainkan.
Ayla telah selesai, tapi dia merasa heran dengan lemari Alan yang satunya. Dia membuka lemari itu. "Astaghfirullah," ucapnya yang mampu didengar oleh Alan.
"Kenapa lo?"
"Ini pakaian atau urap? Campur aduk."
Meski sambil bersungut-sungut Ayla tetap merapikan lemari itu. Hingga dia menjatuhkan sebuah foto. Dengan rasa penasaran, Ayla memandangi foto itu.
"Jangan lancang!"
Tiba-tiba saja Alan sudah berdiri di sebelah Ayla dan langsung merebut foto itu.
"Alan, itu siapa?"
"Nggak usah kepo, ya, jadi orang. Gue nggak suka."
"Maaf tapi aku tadi nggak sengaja jatuhin itu."
Alan menarik tangan Ayla dan membawanya keluar dari kamar.
"Lain kali biar gue aja yang simpen baju. Lo cukup cuci. Ngerti?"
Ayla mengangguk. Alan benar, tidak seharusnya dia terlalu ingin tahu tentang Alan. Sekarang Alan kembali marah padanya padahal mereka baru saja berbaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alan : Mendadak Jadi Suami (Tamat)
SpiritualKehidupan Ayla Nur Afifah berubah jungkir balik karena dia dituduh tidur dengan seorang laki-laki yang ia kenal hanya sebatas namanya saja. Menjalani hari-hari sebagai istri seorang laki-laki bermulut pedas, sepedas bon cabe bernama Alan. Sifat mer...