"Dia udah kehilangan hak itu semenjak dia pergi waktu itu, Ay."
-Alano Putra Mahendra
***
Pesan dari Ayla beberapa waktu lalu Alan abaikan. Dia bersyukur Ayla selalu pulang ke rumah budhenya saat mereka tengah berdiam-diaman. Setidaknya Ayla aman bersama anak-anaknya.
Di markas yang selalu ribut ini, Alan ingin menepikan rasa hatinya yang kurang membaik. Setidaknya teman-temannya masih ada untuk menjadi penghiburnya.
"Gue denger ntar malam Rere turun, Lang? Bener?"
Gilang mengangguk, meski matanya tengah fokus menatap layar handphone, tapi telinganya tetap mendengar pertanyaan Elan barusan.
Alan melirik Ken yang sejak tadi tengah tersenyum menatap layar handphonenya juga. Dia berdecak malas melihat tingkah Ken yang sedang kasmaran itu.
"Kaya bocah lo," komentarnya.
Ken menunjukkan layar yang sejak tadi ia tatap. Memperlihatkan pada Alan Yura sedang mengirimkan fotonya bersama Zayyn dan Zaima, anak-anak Alan.
Alan langsung merebut handphone itu. Dia melihat ada Ayla juga di dalam foto itu. Sebenarnya Alan rindu pada perempuan itu. Dia ingin sekali merengkuh tubuh mungilnya di saat seperti ini. Tapi Alan masih marah karena Ayla selalu menentangnya.
"Lo rindu mereka?" Ken mengeluarkan suara setengah berbisik.
Alan langsung mengembalikan handphone Ken padanya.
"Al, lo boleh marah atas apa yang Ayla lakuin, tapi lo nggak boleh egois. Ayla itu istri lo, dia yang selama ini ada di samping lo apa pun yang terjadi sama lo, Al."
Ken mengetahui segalanya tentang kemarahan Alan pada Ayla. Alan yang menceritakan langsung padanya. Ken selama ini selalu menjadi teman yang selalu ada untuknya.
"Coba lo tanyakan apa alasan dia lakuin itu semua."
"Maksud lo? Udah jelas dia lakuin itu atas perintah perempuan itu."
Ken terkekeh. "Selama ini Ayla nggak pernah melakukan apa pun tanpa izin dari lo, Al. Mungkin kali ini dia punya alasan. Lo pernah tanya?"
Alan menggelengkan kepalanya.
"Al, lo udah kenal dia lumayan lama. Masa lo nggak kenal sama sifatnya."
Alan tidak dapat berkata-kata. Perkataan Ken ada benarnya. Selama ini Ayla tidak pernah sekali pun melakukan hal yang Alan tidak sukai seperti kali ini.
Ken menepuk pundak Alan pelan. "Setiap perbuatan pasti ada alasan."
"Gue nggak mau lo diam-diaman gini sama Ayla. Kasian sikembar."
Alan menghembuskan napasnya sedikit kasar, kemudian dia langsung bangkit membuat teman-temannya heran.
"Woy, Al, mau ke mana?"
"Bukan urusan lo!"
Bimo langsung terdiam. Sementara Gilang laki-laki itu tertawa melihat Bimo yang baru saja kena semprot Alan.
"Biarin dia nyelesain masalahnya."
Alan langsung menjemput anak dan istrinya di rumah Erni. Dia pulang sebentar ke rumah untuk mengambil mobil.
Di dalam mobilnya Alan memperhatikan Ayla yang mengantarkan Yura sampai depan rumah. Dia turun saat Yura sudah pergi.
Ayla terkejut melihat kehadiran Alan. Matanya mengembun seketika, dia ingin berlari menuju Alan, tapi Ayla takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alan : Mendadak Jadi Suami (Tamat)
EspiritualKehidupan Ayla Nur Afifah berubah jungkir balik karena dia dituduh tidur dengan seorang laki-laki yang ia kenal hanya sebatas namanya saja. Menjalani hari-hari sebagai istri seorang laki-laki bermulut pedas, sepedas bon cabe bernama Alan. Sifat mer...