"Kita semua nggak pernah tau sampai di mana napas ini berhembus. Jadi untuk mewanti-wanti hal itu, coba dengan mendekatkan diri kepada Allah. Maka kamu akan tenang menjalani hidup."
-Ayla Nur Afifah
***
Deringan suara handphone mengganggu tidur nyenyak Alan. Baru saja ia bisa tidur nyenyak pada pukul 3 tadi suara berisik handphonenya membuat Alan harus bangun.
"Halo!"
"Alan, ini aku Kasih."
Alan membuka matanya lebar-lebar, dilihatnya nama yang tertera di layar. Benar, Kasih yang menelponnya.
"Maaf, tadi gue kira siapa," ujar Alan sambil menekan ujung hidungnya. Kepalanya terasa pusing akibat tidurnya terganggu.
"Happy birthday, Alan. Selamat bertambah usia. Semoga kamu selalu jadi Alan yang aku kenal."
Alan melirik kalender di sebelahnya. Tanggal 29 Juni, hari ini adalah ulang tahunnya. Tapi ada rasa mengganjal di hati saat Kasih menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun untuknya. Seolah dia mengharapkan orang lain yang lebih dulu mengucapkan selamat kepadanya.
"Hmm, makasih, ya."
"Oh, iya, hari ini kamu ada pertandingan, kan?"
"Iya."
Terdengar suara-suara bising dari sebrang. Kasih sedang berbicara dengan teman-temannya.
"Alan, maaf banget aku nggak bisa lihat turnamen kamu karena hari ini aku ada UAS."
Sudah biasa Kasih tidak bisa menemani Alan bertanding. Padahal Alan berharap ada yang mendukungnya. Tapi Kasih selalu sibuk.
"Nggak masalah, gue udah biasa sendiri."
"Alan aku harus ke kelas sekarang. Semoga kamu menang, ya."
Sambungan terputus, Kasih memutuskan sepihak panggilan telepon. Helaan napas Alan terdengar berat. Dia bangkit dan keluar dari kamar.
Alan mendengar suara berisik dari dapur. Ternyata Ayla sedang memasak.
"Hatchim!"
Alan tergelak mendengar Ayla bersin. "Heboh bener lo masak," ujar Alan sambil menuang air ke dalam gelas.
"Eh, Alan. Kamu udah bangun."
Alan menanggapi Ayla dengan menaikkan sebelah alisnya. Dia minum air mineral dengan posisi duduk.
Ayla mengecilkan api kompor lalu mendekati Alan. Dia menyerahkan sebuah kotak yang dibalut dengan bungkus kado di depan Alan.
Alan memandang pemberian Ayla lalu perempuan itu secara bergantian. "Apa ni?"
"Selamat ulangtahun, ya, Alan. Semoga panjang umur, sehat selalu dan dilimpahkan segala rahmat Allah."
Alan sampai tercengang, karena ternyata Ayla mengetahui hari ulangtahunnya.
"Maaf, aku cuma bisa kasih ini. Tapi aku harap bisa bermanfaat buat kamu?"
Alan menahan senyumnya. Tangannya tergerak membuka kotak kecil yang Ayla berikan. Setelah kotak itu terbuka sempurna Alan kembali dibuat tercengang. Ayla memberikannya sebuah tasbih berwarna hitam.
"Ini, buat apa?" tanya Alan bingung.
Dengan senyuman Ayla berujar, "Alan, bertambah umur itu sama dengan berkurangnya umur kamu hidup di dunia."
"Kita semua nggak pernah tau sampai di mana napas ini berhembus. Jadi untuk mewanti-wanti hal itu, coba dengan mendekatkan diri kepada Allah. Maka kamu akan tenang menjalani hidup."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alan : Mendadak Jadi Suami (Tamat)
SpiritualKehidupan Ayla Nur Afifah berubah jungkir balik karena dia dituduh tidur dengan seorang laki-laki yang ia kenal hanya sebatas namanya saja. Menjalani hari-hari sebagai istri seorang laki-laki bermulut pedas, sepedas bon cabe bernama Alan. Sifat mer...