"Untung kita seagama."
-Alano Putra Mahendra
***
Alan menghentikan motornya di depan markas. Dengan kemejanya yang ia gulung hingga sebatas lengan, Alan berjalan masuk sambil menenteng beberapa bungkus sate padang.
Sepulang kantor, Alan menyempatkan untuk mampir ke markas. Suara ribut teman-temannya memenuhi markas.
"Akhirnya sate datang," seru Bimo dengan mata berbinar melihat bawaan Alan.
Alan meletakkan sate padang bawaannya di atas meja. Langsung saja mereka yang ada di sana menyerbu sate yang mengeluarkan bau sedap itu.
"Lo cuma harapin sate gue bukan gue?"
"Lo juga, cuma sate dulu gue laper banget," ujar Bimo dengan mulut penuh. Membuat Gilang menepuk mulutnya.
"Mulut lo, tuh, ujan meteor." Gilang mengusap wajahnya kasar.
"Hahaha." Bimo tertawa ngakak mendengar keluhan Gilang.
"Selamat malam wahai penghuni surga," sapa Elan yang baru saja masuk.
"Mirza mana?"
Mereka semua menggedikkan bahu. Mirza memang jarang sekali bergabung bersama mereka sejak kejadian Alan dengan Ayla waktu itu.
Bahkan dia juga jarang ikut latihan. Itulah sebabnya coach Indra sering menggantikan posisinya dengan pemain yang lain. Padahal Mirza adalah pemain yang bagus, bahkan dia pernah mendapatkan penghargaan sebagai middle blocker terbaik karena keapikannya bermain.
"Wah, makan-makan, nih. Gue nggak dibagi?"
"Minta aja sama Alan," kata Gilang.
"Al, punya gue mana? Itu, ya?"
Alan mengikuti arah pandang Elan pada bungkus sate yang berada di atas meja. Sebelum Elan menyambarnya Alan sudah lebih dulu mengambilnya.
"Ini buat Ayla."
"Elah, pelit amat lo."
Elan duduk di antara Bimo dan Gilang. Dia mengambil satu tusuk sate milik Bimo.
"El, jangan punya gue, elah. Mana laper banget lagi."
"Al, hukuman lo udah dicabut karena coach Indra negosiasi sama mereka." Ken memasukkan bekas bungkus satenya ke dalam tong sampah.
"Lusa perempat final, lo mau ikut?" tanya Ken.
Mereka semua yang ada di sana mengharapkan jawaban Alan. Alan adalah pemain yang hebat, mereka berharap Alan akan ikut pertandingan dan membawa tim mereka hingga sampai ke final.
"Nggak, lo pada aja."
Terdengar desah kecewa dari mereka. Alan masih marah akan keputusan wasit yang mengeluarkannya waktu itu.
"Bim, temenin gue ntar malem, yak."
"Ke mana, Lang?"
"Biasa."
"Oh... ketemu cewek lo itu."
Gilang langsung menginjak kaki Bimo kuat saat semua mata tertuju padanya.
"Sakit, Lang," keluh Bimo sambil mengelus-elus kakinya yang menjadi sasaran Gilang.
"Lo ada cewek?" tanya Elan penasaran. "Nanti dimarahin ummi, loh, Lang."
Ken tertawa mendengar perkataan Elan. Cowok itu kemudian meraih kotak rokok yang ada di depannya lalu menyalakannya.
"Siapa cewek dia?" tanya Ken.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alan : Mendadak Jadi Suami (Tamat)
SpiritualKehidupan Ayla Nur Afifah berubah jungkir balik karena dia dituduh tidur dengan seorang laki-laki yang ia kenal hanya sebatas namanya saja. Menjalani hari-hari sebagai istri seorang laki-laki bermulut pedas, sepedas bon cabe bernama Alan. Sifat mer...