"Nggak ada pertemanan murni antara laki-laki dan perempuan. Pasti salah satunya ada yang terlibat perasaan."
-Alano Putra Mahendra
***
Ayla mematut dirinya di cermin. Sambil berputar-putar dia terus tersenyum. Ayla terlihat begitu senang saat melakukannya. Kebaya berwarna baby blue dipadukan dengan rok batik. Dia terlihat begitu cantik.
Alan yang kebetulan lewat melihat Ayla dari celah pintu yang tidak tertutup rapat merasa aneh. Dia membuka lebar pintu kamar Ayla lalu bersandar di pintu sambil bersedekap.
"Woy, Udik," panggilnya.
"Merasa jadi princess Disney lo muter-muter depan kaca."
"Apa, sih, Lan. Kamu ganggu kebahagiaan orang," kata Ayla.
Dia duduk di tepi ranjang sambil memakai kaus kakinya. Alan yang melihat penampilan Ayla sedikit berbeda hari ini mengerutkan dahinya.
"Lo mau pergi?"
"Iya."
"Ke mana?"
Tatapan mereka beradu. "Kasih tau nggak, ya?"
Alan tercengang mendengar perkataan Ayla. "Berani lo, ya?"
Tawa Ayla menguar, melihat wajah kesal Alan dia begitu puas. "Aku mau ke wisuda temanku di luar kota."
Alan berjalan masuk ke dalam kamar Ayla. Cowok itu baru saja selesai berolahraga, terlihat dari kaus yang ia kenakan sedikit basah oleh keringat.
"Sama siapa lo pergi?"
"Sama orangtua Yura," kata Ayla.
Alan hanya mengangguk. Setidaknya perempuan itu tidak pergi sendirian.
"Oh iya, sama Farhan juga."
Mendengar nama Farhan disebut, Alan langsung menatap Ayla tajam. "Lo nggak boleh pergi."
Ayla berhenti memakai sepatunya. Dia menatap Alan tidak senang.
"Kamu, kok, gitu? Aku udah janji sama Yura bakalan dateng ke wisudanya."
Melihat wajah Ayla ingin menangis, Alan menghela napas berat. "Lo boleh pergi, asal gue anter."
Seketika senyum Ayla mengembang. Dia bangkit dari duduk dan berdiri sejajar dengan Alan yang tingginya sampai membuatnya mendongak. Tangannya tergerak menarik kedua pipi Alan.
"Makasih, Alan. Kamu baik banget."
Setelah itu Ayla keluar dari kamar. Sementara Alan, dia masih belum merespon kejadian yang baru saja terjadi. Dia menyentuh pipinya. Tanpa sadar Alan tersenyum.
"Dasar, Udik."
***
"Kenapa harus gue? Ada Bimo, Gilang, Elan, Mirza. Kenapa harus gue coba?"
Alan mengabaikan ocehan orang di sebelahnya. Ken, cowok dengan wajah kusut itu masih tidak terima Alan mengajaknya untuk ikut ke acara wisuda teman Ayla. Mana di luar kota pula.
"Berisik lo. Diem aja ngapa."
Ken berdecak. Dia sangat kesal karena Alan memaksanya untuk ikut. Setelah tadi malam ia membantu Anita di restoran seharusnya dia bisa tidur sepanjang hari.
"Maaf, ya, Mas Ken. Jadi ngerepotin."
Ken menengok ke belakang, tempat Ayla duduk. Wajah Ayla yang merasa bersalah membuatnya jadi tidak enak. Dia melirik tajam Alan yang tengah menahan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alan : Mendadak Jadi Suami (Tamat)
EspiritualKehidupan Ayla Nur Afifah berubah jungkir balik karena dia dituduh tidur dengan seorang laki-laki yang ia kenal hanya sebatas namanya saja. Menjalani hari-hari sebagai istri seorang laki-laki bermulut pedas, sepedas bon cabe bernama Alan. Sifat mer...