"Dengan adanya kamu aku bisa memulai hariku dengan indah."
-Alano Putra Mahendra
***
Di dalam ruangan sunyi itu ada dua orang yang tengah berdamai dengan keadaan. Alan menatap wajah orang yang selama ini ia rindukan. Wajah yang kerap hadir di dalam mimpinya.
Dia menunduk, mengusir segala rasa sedihnya. Alan mengusap air mata yang tiba-tiba turun.
Alan menghela napasnya. Ayla benar, Alan tidak pernah benar-benar membenci Mariska. Dia hanya meluapkan emosi karena kepergiannya. Dia hanya meluapkan rasa yang sejak dulu ia bendung dan kini meluap karena orang itu datang kembali.
"Apa kabar, Ma?"
Mariska memandang putranya dengan mata berkaca-kaca. Ingin sekali dia merengkuh tubuh anaknya yang kini telah berubah menjadi laki-laki dewasa. Anak yang dulu bahkan tidak bisa memejamkan mata tanpa adanya Mariska di sebelahnya.
"A-Alan?"
"Iya, Ma, ini Alan. Anak yang dulu mama tinggalin. Ini Alan yang setiap hari menunggu kedatangan mama."
Mariska tidak bisa mengeluarkan kata-kata. Lidahnya terlalu kelu.
"Ini Alan yang setiap malam mimpiin mama. Ini Alan, Ma."
Wajah Mariska sudah dibanjiri air mata. Menatap mata Alan tidak sehangat dulu.
"Kenapa, Ma?"
Mariska mendongak menatap putra yang amat ia sayangi. Alan menatapnya dengan tatapan terluka.
"Kenapa mama ninggalin Alan? Mama nggak sayang Alan?"
Mariska langsung menggeleng. "Maafin mama, Nak. Mama memang bodoh karena udah ninggalin kalian. Mama memang manusia paling bodoh."
"Maafin mama, Nak. Setelah ini mama akan pergi. Semoga Alan bahagia, ya, Nak."
Alan berdiri dan menghampiri Mariska di depannya. Dia memeluk Mariska. Matanya memejam merasakan kehangatan yang dulu hilang. Kehangatannya masih sama.
"Alan sayang sama mama."
"Jangan tinggalin Alan lagi, Ma."
Tangis Mariska semakin menjadi-jadi. Dia menciumi seluruh wajah anaknya.
"Alan anakku sayang."
Cukup lama ibu dan anak itu melepaskan segala kerinduan yang tidak tersirat. Alan meluapkan segala emosinya. Di pelukan ibunya dia terus menangis.
Dari kejauhan Ayla menghapus air matanya. Dia begitu terharu melihat perjuangan Mariska untuk mendapatkan maaf dari Alan.
Johan yang melihat itu semua mengelap sudut matanya. Alan sudah memaafkan Mariska, dia bahagia. Akhirnya Alan mendapatkan kembali apa yang pernah hilang dulu.
"Maafin mama, Sayang."
Elan berjalan mendekat. "Mama, El juga mau dipeluk mama."
"Sini, Nak. Mama juga mau peluk El."
Mereka berpelukan bertiga. Dulu ini yang selalu mereka lakukan, kali ini mereka bersatu kembali.
Evan tidak mau kalah. Dia juga ikut memeluk mama dan adik-adiknya.
Cantika yang baru datang menyentuh tangan Ayla. Mereka berpelukan, bahagia karena akhirnya suami-suami mereka menemukan kembali kebahagiaannya.
"Maafin mama, Nak."
Alan menghapus air mata Mariska. Dia mencium pipi mamanya itu.
"Mama nggak boleh pergi lagi. Mama harus di sini. Mama harus melihat cucu mama sampai mereka besar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alan : Mendadak Jadi Suami (Tamat)
SpiritualKehidupan Ayla Nur Afifah berubah jungkir balik karena dia dituduh tidur dengan seorang laki-laki yang ia kenal hanya sebatas namanya saja. Menjalani hari-hari sebagai istri seorang laki-laki bermulut pedas, sepedas bon cabe bernama Alan. Sifat mer...