"Dia selalu punya cara tersendiri buat orang bahagia. Alan kamu memang baik."
-Ayla Nur Afifah
***
Malam ini Alan kembali mengunjungi markas. Ini semua atas ajakan Elan yang katanya rindu markas. Padahal baru saja mereka singgah semalam.
Elan yang tidak membawa motor menebeng Alan. Dari kantor mereka langsung singgah di markas. Di depan markas ada beberapa motor, yang menandakan saat ini markas tengah ramai.
"Upin Ipin dateng, Guys."
Mereka semua menyambut Alan dan Elan. Ada Mirza yang duduk di ujung sana, tapi dia tidak berniat menyambut kedatangan mereka berdua. Dia malah sibuk melihat layar handphonenya.
Tapi Alan mengabaikannya. Dia lebih memilih duduk di dekat Ken yang sedang bermain handphone.
"Guys, party kita? Ridho menang tadi malem lawan Hiro. Gila, padahal lawannya anak Kangguru."
"Wah, iya skuy la."
Memang baik budi sekali anak-anak markas ini, party yang mereka maksud yaitu makan kacang kulit dan minum teh gelas. Hanya ada tambahan musik yang lumayan keras.
Agar mirip diskotik kalau kata Bimo.
Alan memperhatikan gerak-gerik Ken yang tidak tenang. Sesekali dia berdecak sambil terus memandangi handphonenya.
"Gue tau apa permasalahan lo, Ken."
Ken beralih menatap Alan. Dia langsung menyimpan handphonenya di dalam saku celana jeans-nya.
"Ayla yang ngasih tau lo?"
"They are besties."
Alan yang mengerti maksud Ken mengikuti langkah laki-laki itu menuju taman yang ada di belakang markas. Suara ribut teman-teman mereka membuat 2 orang itu sulit berbicara.
"Kenapa? Lo suka dia juga?"
"Dia baik," ucap Ken pelan.
"Terus sekarang gimana? Apa lo mau terus lanjut?"
Ken menggedikkan bahunya. Asap rokok berhembus keluar dari bibir tipisnya.
"Dia milih nyerah." Tatapan Ken mengarah pada langit malam yang tampak mendung. "Bahkan sebelum kita memulai," katanya lagi.
Alan menghela napas berat. Pembahasan bersama Ayla kemarin malam cukup membuat Alan mengerti sampai di mana perjalanan Ken dan Yura.
"Gue ngerti, ini berat, Ken. Tapi lo harus tau dalam agama Islam, kalian memang nggak harus ada."
"Iya, gue tau itu. Tapi rasa nggak bisa bohong."
"Gue tau lo, Ken," ucap Alan sambil menepuk-nepuk bahu temannya itu.
Alan masuk kembali ke dalam markas meninggalkan Ken yang masih merenung di belakang. Susana riuh membuat kepalanya semakin pusing. Dia memilih mengambil kunci motornya untuk pulang.
"Lo ninggalin Ken sendirian, Al?" tanya Ridho. "Nanti kesurupan, tuh, anak. Soalnya dari tadi dia banyak melamun."
"Al, mau ke mana lo?"
"Balik."
"Lah gue gimana?" tanya Elan.
"Minta anter Bimo."
Alan melangkah keluar. Dia memilih pulang daripada menghadapi kebisingan teman-temannya.
Padahal niatnya datang ke sini untuk menyegarkan pikirannya dari pusing seharian di kantor. Tapi mereka malah membuatnya semakin pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alan : Mendadak Jadi Suami (Tamat)
EspiritualKehidupan Ayla Nur Afifah berubah jungkir balik karena dia dituduh tidur dengan seorang laki-laki yang ia kenal hanya sebatas namanya saja. Menjalani hari-hari sebagai istri seorang laki-laki bermulut pedas, sepedas bon cabe bernama Alan. Sifat mer...