"Dalam hidup ditinggalkan atau meninggalkan itu udah biasa terjadi. Intinya di peran manapun kamu, sebelum terjadi jangan sampai kamu mengukirkan luka."
-Ayla Nur Afifah
***
Ayla pulang lebih awal karena sakit kepala yang menderanya. Farhan menyuruhnya untuk beristirahat di rumah. Dia juga menyuruh Mela untuk mengantarkan Ayla.
Membuat jiwa keponya meronta-ronta. "Lo tinggal di sini?"
"Iya."
"Gila suami lo, ya. Kaya bener. Bisa tinggal di sini."
"Kenalin gue ke temannya, dong, siapa tau gue jadi tajir juga."
"Makasih, ya, udah nganterin."
Daripada Mela semakin membuat kepalanya pusing Ayla memilih pergi. Membuat Mela berdecak sebal. Lalu dia men-stater motornya dan kembali ke toko.
"Assalamu'alaikum."
Sambil memegangi kepalanya Ayla duduk di atas sofa. Tangannya tak berhenti memijat kepalanya yang entah kenapa terasa amat pusing.
Alan keluar dari kamarnya sambil bersiul. Di tangannya ada kaleng berisi minuman soda kesukaannya. Seharian ini dia di unit tanpa melakukan apa pun.
"Woy, Udik," panggilnya.
"Kenapa, Lan?"
Mendengar suara Ayla yang berbeda dari biasanya Alan menghampiri perempuan itu. Dilihatnya wajah putih Ayla yang terlihat begitu pucat.
"Lo sakit?"
Ayla menggelengkan kepalanya. Mata itu terus terpejam merasakan pusing yang luar biasa.
Alan mendekatkan tangannya ke dahi Ayla. "Nggak panas."
"Aku cuma pusing dikit aja, kok."
"Udah minum obat?" tanya Alan. Kini dia sudah duduk di sebelah Ayla.
"Udah, tadi dikasih Farhan."
Mendengar nama itu mood Alan seketika menghilang. Ditenggaknya minuman soda itu dalam sekali teguk. Lalu, dia melemparkan kaleng soda itu ke dalam tong sampah.
Alan mengeluarkan handphone lalu mulai bermain game online. Cukup lama mereka ada pada posisi itu. Akhirnya Ayla merasa kepalanya sudah membaik.
"Alhamdulillah," ucapnya pelan.
Dia melihat Alan yang begitu sibuk dengan handphonenya.
"Alan?"
"Hmm," jawabnya.
"Kamu nggak sholat Jumat?"
Kedua alis Alan tertaut. Tidak biasanya perempuan itu menanyainya prihal ibadah. Alan sampai tidak fokus pada gamenya hingga dia kalah.
"Kok lo tiba-tiba nanya gue itu?"
"Ini hari Jumat, alangkah baiknya kalau kamu segera ke masjid buat sholat Jumat."
Alan berdecak, dia menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. "Ribet lo."
Ayla menghela napasnya. "Alan, sholat Jumat itu wajib hukumnya bagi laki-laki," kata Ayla.
Alan melirik Ayla malas. Tapi tak kunjung bersuara.
"Kalau kamu 3 kali nggak mengerjakan sholat Jumat berturut-turut, dan dengan sengaja, maka kamu termasuk ke dalam bagian orang-orang yang kafir."
"Alan, sholat Jumat nggak buat kamu kehilangan banyak waktu. Sholat Jumat itu bisa merekatkan persaudaraan antar sesama muslim."
Alan menegakkan tubuhnya. Dia menatap Ayla yang sedikit takut melihat ekspresi yang ditunjukkan Alan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alan : Mendadak Jadi Suami (Tamat)
SpiritualeKehidupan Ayla Nur Afifah berubah jungkir balik karena dia dituduh tidur dengan seorang laki-laki yang ia kenal hanya sebatas namanya saja. Menjalani hari-hari sebagai istri seorang laki-laki bermulut pedas, sepedas bon cabe bernama Alan. Sifat mer...