"Tinggal bareng kamu mendekatkan diriku sama Allah. Bawaannya pengen istighfar terus."-Ayla Nur Afifah
***
Alan melempar bantal di bawah lantai tepat di depan kaki Ayla. Membuat perempuan dengan baju tidur bermotif bunga itu mengerutkan dahinya.
"Lo tidur di bawah."
"Kok di bawah?" tanyanya bingung.
Alan memutar bola matanya malas. "Jadi lo mau di mana? Di atas gitu sama gue? Gue sih ogah."
Ayla bergidik. Siapa juga yang ingin tidur satu ranjang dengan seorang Alano Putra Mahendra, laki-laki dingin dengan mulut pedas itu.
Ayla merapikan tempat yang akan ia gunakan untuk tidur. Dia sedikit menggerutu, tidak bisakah Alan mengalah padanya? Alan saja yang tidur di bawah dan dia di atas.
Ayla berbaring, telentang, telungkup, miring ke kanan, miring ke kiri, entahlah, rasanya ia tidak nyaman. Karena ini bukan kamarnya.
Ayla menyerah, rasanya ia tidak betah berlama-lama di kamar Alan. Kakinya melangkah keluar kamar. Diam-diam Alan melirik kepergian perempuan itu dari kamarnya.
"Jadi rindu budhe, kira-kira budhe lagi apa ya?" monolognya sendiri sambil sesekali meneguk air di dalam gelas.
"Lo ngomong sendiri?"
"Eh, astagfirullah, kaget."
Cowok yang baru saja membuatnya terkejut berdecak. Diraihnya gelas yang berada di depan Ayla dan menuangkan air ke dalamnya. Ayla terus memandangi cowok yang wajahnya begitu mirip dengan Alan.
"Kalau minum itu duduk. Nggak baik minum sambil berdiri."
Cowok itu berdecak lagi. "Cerewet lo. Lagian lo ngapain ada di sini? Bukannya ini malem pertama lo?"
Ayla kembali bergidik, membayangkannya saja membuat kepalanya hampir meledak. Ditelannya air minum itu dengan sedikit kesusahan.
"Kamu kembaran Alan, kan?"
Cowok itu mengulurkan tangannya di hadapan Ayla. "Hmm, kenalin, gue Elan."
Ayla memandangi tangan yang masih menggantung di udara itu tapi tak kunjung membalas jabatan tangannya, hal itu membuat sebelah alis Elan terangkat.
"Lo nggak mau jabat tangan gue?"
Ayla meringis, "Maaf, Elan. Tapi aku nggak mau nyentuh yang bukan mahramku."
Elan menarik tangannya. Sedikit heran dengan cewek di depannya ini. Bukankah dia ketahuan tidur dengan kembarannya? Tapi kenapa di sini dia berlaku seolah tidak ingin bersentuhan dengannya.
"Aku masuk duluan." Ayla berjalan dengan cepat menuju kamarnya.
Elan tersenyum memandangi kepergian Ayla, sejujurnya dia sedikit kagum dengan gadis itu. Wajah alami yang tanpa polesan make up sedikit pun. Juga hijabnya yang selalu menempel di kepalanya.
"Dia unik."
Elan langsung menggelengkan kepalanya. Mana mungkin dia suka pada cewek yang tidur dengan sembarang pria. Cowok itu kembali masuk ke dalam kamarnya untuk melanjutkan bermain game yang ia tinggalkan tadi.
***
"Yah, kita pamit, ya."
Alan mencium punggung tangan Johan diikuti Ayla. Johan mengelus kepala menantunya sayang. Sedikit merasa prihatin dengannya, karena anaknya mereka harus merelakan masa mudanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alan : Mendadak Jadi Suami (Tamat)
ДуховныеKehidupan Ayla Nur Afifah berubah jungkir balik karena dia dituduh tidur dengan seorang laki-laki yang ia kenal hanya sebatas namanya saja. Menjalani hari-hari sebagai istri seorang laki-laki bermulut pedas, sepedas bon cabe bernama Alan. Sifat mer...