"Kamu hanya belum bisa bukan nggak bisa."
-Ayla Nur Afifah
***
Ayla memasuki kafe yang ada di depan toko buku tempatnya bekerja. Jam makan siang ia gunakan untuk menemui seseorang yang sudah terlibat janji dengannya.
Ayla celingukan, mencari-cari keberadaan orang itu. Akhirnya dia menemukan sosok Johan, ayah mertuanya yang duduk tidak jauh dari tempatnya berada.
Ayla menghampiri Johan yang tengah menatap layar handphonenya dengan fokus. Dia memakai stelan formal.
"Assalamu'alaikum, Ayah."
"Wa'alaikumusalam, Ayla. Duduk, Nak."
Ayla mencium punggung tangan Johan takzim. Lalu dia duduk di depan Johan. Perempuan yang mengenakan kemeja putih dipadukan dengan rok berwarna kuning dengan hijabnya berwarna kuning juga itu terlihat begitu cantik.
"Mau pesan apa?" Johan memanggil pelayan.
Ayla menyebutkan pesanannya. Pada pelayan kafe yang ramah itu.
"Ayah dengar dari Elan Ayla sakit?"
"Iya, tapi udah baikan, kok, Yah."
"Syukur lah."
"Kenapa ayah manggil Ayla ke sini? Bukannya ayah kerja?"
"Iya, tapi ada hal penting yang ingin sekali ayah bicarakan pada Ayla."
"Apa itu, Yah?" tanya Ayla penasaran. Raut wajah Johan yang serius membuat Ayla semakin diliputi rasa penasaran.
Johan belum melanjutkan bicaranya saat pelayan kafe datang membawa pesanan mereka.
"Terima kasih," ucap Ayla pada pelayan itu. Pelayan wanita itu tersenyum lantas mengangguk ramah. Lalu dia pergi dari sana.
"Ini tentang Alan," ucap Johan bersamaan dengan ritme jantung Ayla yang berubah.
"Alan kenapa, Yah?"
"Sejak kecil dia menjadi anak yang dimanjakan oleh mamanya. Alan tumbuh menjadi sosok anak yang pembangkang dan pemarah."
Ayla terus mendengarkan Johan berbicara. Entah kenapa pembicaraan tentang Alan selalu membuat Ayla tertarik untuk mendengarkannya.
"Berbeda dari kedua kakaknya, Alan sangat sulit diatur. Ayah berulangkali mengajaknya untuk membantu bisnis ayah, agar dia bisa bertanggung jawab dirinya, untuk istrinya," ujar Johan membuat Ayla menunduk.
"Tapi dia dengan arogan menolak, dia selalu mengandalkan keahliannya bermain voli."
"Saat ini itu masih bisa dia andalkan, tapi mau sampai kapan? Kalian juga pasti akan memiliki anak, apa dia mau terus seperti sekarang. Sesukanya hidup hura-hura."
"Jadi apa tujuan ayah memanggil Ayla? Apa yang bisa Ayla bantu?" tanya Ayla hati-hati.
Johan tersenyum kecut. "Kalau bisa, Nak, tolonglah batu ayah untuk membujuk Alan agar mau menjadi Alan yang bertanggung jawab."
Ayla tidak langsung menjawab. Dia sadar, selama ini Alan selalu membicarakan tentang posisi padanya. Selama ini Alan selalu menganggap Ayla bukan siapa-siapa dan apa-apa baginya, lantas apa Alan mau mendengarkannya?
"Ayla," panggil Johan. Dia mengelus kepala menantunya dengan lembut. "Ayah yakin Alan akan mendengarkan Ayla."
"Kenapa ayah seyakin itu sama Ayla?"
Johan tersenyum. "Dari awal ayah memperhatikan cara Alan melihat Ayla berbeda. Ayah yakin pasti Ayla bisa membujuk Alan."
"Insyaallah, Ayla akan coba, Yah."
![](https://img.wattpad.com/cover/290648547-288-k875674.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alan : Mendadak Jadi Suami (Tamat)
SpiritualKehidupan Ayla Nur Afifah berubah jungkir balik karena dia dituduh tidur dengan seorang laki-laki yang ia kenal hanya sebatas namanya saja. Menjalani hari-hari sebagai istri seorang laki-laki bermulut pedas, sepedas bon cabe bernama Alan. Sifat mer...