14-D. Orang Baru

1.7K 244 10
                                    

Typo dimana mana⚠
.


Iris mata Darrel  jelatatan, melirik satu persatu ke arah ketiga kakaknya dan daddynya yang nampak asik memakan sarapan mereka dikursi  masing-masing. Sementara dirinya, memainkan sendok dimangkuk yang berisikan, sereal gandum. Sungguh, lidahnya sangat bosan ketika makanan bertekstur lembut itu masuk ke dalam mulutnya.

"Makanlah!" Seru Vincent. Duduk disebelah kanan kursi adiknya kemudian membelai rambut yang sedikit acak-acakan dengan gerakan lambat.

Darrel menoleh, memberikan balasan dengan satu gelengan kepala yang berarti 'menolak'.

"Kenapa?" Diego bertanya disela-sela kunyahannya. Posisinya selurus dengan adiknya.

"Bosen," timpal Darrel, mensudahi acara makannya.
Putra bungsu Smith memberengut kesal disenderan kursinya sembari menekuk wajahnya sekesal mungkin.

"Baby Arrel kenapa?" Kini Smith angkat bicara, setelah menjadi penonton setia dari interaksi putra-putranya disana.

"Bosen dad. Apa-apa harus makan sereal gandum. Pagi, siang, malam selalu makan berlembek itu. Lidah Darrel kan bosen," kesalnya mengeluarkan unek-unek yang telah tertahan sejak lama itu, dan baru sekarang ia beranikan untuk mengutarakan.

"Terus baby maunya makan apa?" Arlard mulai bersuara. Pria berusia 21 tahun itu tengah memasukan buah anggur ke mulutnya setelah berhasil menghabiskan sarapan paginya.

"Makanan yang ada Indonesia. Batagor, seblak, bakso, atau apa kek."

Smith mendelik tajam ke arah putranya, "tidak! Cepat habiskan sarapan mu!" Titahnya sambil membersihkan mulutnya dengan tisu makanan yang bersifat wajib dimeja makan.

Darrel tak mau kalah, kala tatapan daddynya mengunus ke arahnya. "Ya udah. Mungkin mie instan." Kesalnya, ngeyel. Beranjak dari kursi duduknya.

Belum sempat kakinya melangkah, sebuah tangan kekar berurat milik Vincent dengan gerakan cepat menarik kerah baju belakang Darrel dalam satu tarikan. Alhasil, tubuh kecil adiknya itu jatuh menubruk dadanya.

"Kakak suapin." Finalnya. Vincent membenarkan posisi tubuh adiknya itu agar nyaman. Berakhirlah, tubuh Darrel berada dipangkuan kakak pertamanya itu dengan menekuk wajahnya--- kusut.

Vincent mendekatkan bibirnya ditelinga Darrel, "jangan membantah!" Bisik Vincent tepat mengenai daun telinga Darrel sehingga mendirikan bulu kuduk tipis Darrel berdiri meremang, menahan geleyar ngeri plus takut. Apalagi daun telinganya terasa begitu hangat saat merasakan hembusan napas beraroma mint yang sangat menguat.

Darrel mengangguk cepat. Berjaga-jaga sekaligus mencari aman agar amarah kakak pertamanya itu tidak muncul. Huh.

Hening. Keempat pawang Darrel tengah menunggu kesayangan mereka dengan sabar kala sarapan pagi mereka telah lenyap dipiring.

"Permisi Tuan Smith. Seorang pria tengah berada didepan pintu utama mansion tujuan kedatangannya untuk melamar pekerjaan sebagai bodyguard." Ujar salah satu bodyguard yang biasa berjaga didepan mansion dengan menunduk hormat.

"Beri dia masuk!" Bodyguard tersebut mengngangguk patuh setelah mendapatkan perintah untuk segera dilaksanakan.

Kembali hening. Hanya terdapat suara dentingan sendok dimangkuk Darrel yang tengah disuapi oleh tangan Vincent dengan telaten, ibarat sosok remaja yang berumur lima belas tahun itu seperti layaknya seorang balita.

KAVAMIRO DARREL (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang