04-D. Meninggalkan Bali, Indonesia

5.1K 583 16
                                    

DARREL UP❤

Darrel tersadar dari pingsanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Darrel tersadar dari pingsanya. Seperti biasa disebuah kamar tidur miliknya. Kepalanya bergerak tidak nyaman sembari jari jemarinya memijit tengkuk belakang lehernya yang terasa sakit. Ia pun tidak tau pelaku sebenarnya yang melakukan itu.

Ceklek

Langkah suara sepatu pantofel hitam mengkilat milik Devon terdengar jelas, menepaki keramik. Berjalan tegak nan tegas menuju ranjang Darrel dengan memasukan kedua tangannya disaku celana panjang bahannya. Dan jangan lupakan senyuman bahagia yang Darrel tidak mengerti. Tentang hal apa yang membuat Devon bisa sebahagia ini.

"Apakah tidurmu nyenyak, Darrel?" Devon bertanya kemudian lalu mendaratkan bokongnya diranjang milik Darrel. Terdapat sorot kebinaran dimata Devon yang menatap Darrel disana.

Darrel tidak menjawabnya, terlihat acuh dengan kehadiran Devon yang sangat memuakan setiap kali bertemu.

"Hari ini ada kabar baik untuk mu Darrel?" Devon mengngusap rambut Darrel dengan sayangnya. Sebuah senyuman yang sedari awal masuk ke dalam kamar Darrel tak luntur dari sudut bibirnya.

"Apa?" Akhirnya Darrel membuka suara setelah bungkam beberapa menit yang lalu. Menatap intens wajah Devon kemudian menepis tangan laki-laki itu, yang sedari tadi masih bertengger manis dirambutnya.

Lagi-lagi Devon tersenyum.

"Sebentar lagi pesawat pribadi kak Devon akan tiba di Bandara I Gusti Ngurah Rai untuk membawamu berlibur ke Berlin," jawab Devon."Selamanya." Lanjutnya lagi didalam hati tanpa menyuarakan.

Darrel kontan terkejut. Berlin? Bukankah terletak di Negara Jerman? Berarti, ia akan dibawa oleh Devon untuk menjauh dari keluarganya yang masih menetap di Jakarta. Tidak! Darrel akan menolak keras.

"Gue nggak mau." Tolak Darrel penuh penekanan.

"Kakak tidak memberikan perintah untuk mu memilih. Yang kakak inginkan cuman diam dan menuruti perintah saja."

Ck. Bisa tidak? Darrel untuk memilih kali ini saja. Mendengar kata Berlin saja, membuat pikirannya melayang ke daddynya beserta tiga abangnya. Darrel rasa, keluarganya itu sedang kalang kabut memikirkan kepergiannya tanpa izin itu.

Dan ini. Kelakuan Devon yang tiba-tiba saja memberikan intruksi untuk liburan ke Berlin. Ya benar saja, Devon brengsek.

Devon merogoh benda pipih disaku bahannya. Jari jemarinya tampak asyik menekan layar tersebut seperti mengetikan sesuatu.

KAVAMIRO DARREL (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang