23-D. Cerita Dongeng Milik Devon

1K 107 8
                                    

Kilatan kebencian begitu kentara diiris mata Darrel. Ia tidak bisa menutupi perasaan bencinya saat mengetahui cairan yang kemaren Ia hisap tanpa penolakan sedikit pun. Darrel tidak bodoh. Setelah merasakan cairan tersebut, beberapa kali ia harus menghadapi perasaan sakaw , ketakutan dan berakhir ditenangkan oleh Devon dengan cairan itu kembali.

Tentu reaksi Devon sangat puas. Tujuan lelaki itu tak lain ingin membuat Darrel ketergantungan dengan benda haram tersebut, dan tentu saja Darrel akan merengek dengan meminta benda itu kembali kepada Devon saat perasaan sakaw Darrel kembali kambuh. Hahaha, bagaimana? Sungguh baik bukan tujuan Devon?  Hanya demi mempertahankan adik kecilnya itu, ia rela memberikan benda haram itu terhadap Darrel.

Devon tak henti-henti nya mengusap sayang surai adik kesayangannya itu. Sudut bibir nya mengulas senyum manis. Sampai semut pun rasanya mau pingsan karena saking manisnya. LOL.

"Apa kamu membenci kakak mu ini, hm?" Pertanyaan terbodoh yang pertama kali Devon tanyakan. Tanpa ditanya pun, Devon sudah mengetahui jawabannya melalui sorot mata milik Darrel. Walaupun saat ini Darrel membuang tatapannya ke arah lain, tak dipungkiri bukan rasa benci Darrel masih terlihat begitu jelas.

Darrel diam. Mulutnya begitu malas meladeni pertanyaan bodoh yang dilontarkan oleh Devon.

Devon mendengkus disela-sela usapan. "Baguslah jika kamu membenci kakak. Apa adik kesayangan kakak mau mendengar cerita dongeng?"

Devon tak perlu jawaban dari mulut Darrel. Toh, ia tetap akan menceritakan cerita itu.

"Baiklah. Dengarkan dan resapi karena kakak tidak akan mengulanginya untuk kedua kali."

Diam-diam Devon membuang nafas gusar. Mungkin sudah saatnya ia menceritakan cerita masa kelamnya kepada Darrel.
Tentang reaksi Darrel  yang akan ia dapatkan nantinya, Devon masa bodoh tentunya.

"Delapan belas tahun yang lalu, kamu tau Darrel? Kakak memiliki kebahagiaan yang tak terkira. Mommy melahirkan adek yang saat itu berjenis kelamin laki-laki. Keluarga kecil kakak sangat bahagia menyambut kelahiran putra kedua mommy. Namun....." Devon menjeda ucapannya. Ia mengerjapkan kedua matanya berulang kali demi menghalau air mata kesedihan supaya tidak jatuh mengenai pipinya.

Laki-laki menangis bukan berarti karena lemah? Ada kalanya laki-laki menangis karena beban terberatnya yang ia tanggung telah melewati batas titik terendah. Jadi wajar saja dan maklumi jika melihat laki-laki menangis secara diam-diam. Mereka manusia biasa bukan manusia baja yang selalu kuat menghadapi apa pun.

Jujur saja Devon terlalu lemah jika mengingat kembali kejadian terpahit masa lalunya. Terlagi-lagi mengenai nasib naas yang menimpa adik kecilnya dulu.

Devon membuang nafas sejenak. "Tiba-tiba muncul satu keluarga dengan membawa beberapa bodyguard merebut tubuh rapuh adik, kakak. Kamu ingin tau siapa keluarga itu?" Terdengar geraman lirih milik Devon. Tangan sebelahnya terkepal sempurna disisi tubuh hingga terlihat buku-buku jari akibat kuku panjangnya terlalu menekan kuat kulit telapak tangan.

Darrel sedari tadi diam menyimak, entah dorongan dari mana. Kepalanya mulai tertoleh menatap wajah Devon. "Si-siapa?" ada rasa ketakutan di diri Darrel sebenarnya.

Devon berusaha meredam amarahnya. Sekilas ia pun memejamkan kedua matanya guna meminimalisir gejolak amarah yang siap meledak begitu saja. Tidak! Devon masih sadar, bukankah akan menyakiti Darrel untuk kedua kalinya.

Telapak tangan Devon kembali mengusap surai belakang Darrel sambil tersenyum, "keluarga itu tak lain keluarga mu Darrel."

Reflek Darrel berdiri menjauhi Devon hingga menimbulkan jarak antara mereka agak menjauh beberapa langkah.

KAVAMIRO DARREL (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang