N - 4

702 106 10
                                    

N - 4

Memilih mata pelajaran teater sebagai ujian kelas peminatan akhir untuknya, Seokjin memang sudah menyiapkan seni teater berskala besar.

Ah tidak juga, para pesaingnya atau teman kelasnya juga tak kalah keren demi menyentuh angka 9,1.

Rekor angka tertinggi yang berhasil didapati senior mereka 4 tahun lalu, bahkan sebelum Seokjin mendaftar sekolah. Namun hingga tahun ini tak ada yang menyaingi ataupun meraih rekor lebih tinggi dari angka tersebut.

"Arg ... Pusing gila." kepala terkulai lemas di atas meja, kaki jenjangnya terjulur tanpa kekuatan, kedua tangan diluruskan disertai wajah yang menyentuh permukaan meja.

Seokjin sudah malas melakukan peregangan punggungnya, lebih baik langsung tertidur dan bangun kembali untuk melanjutkan susunan teaternya.

"Nih."

Tiba-tiba, sesuatu yang dingin menyentuh pergelangan tangannya. Sedikit membuat Seokjin terkesiap namun dirinya tak berminat untuk terkejut selain dengan wajah biasa mengangkat kepala, menemukan Lee Jisoo, wakil ekskul yang sudah menjabat sebagai ketua pengganti sementara ekskul teater yang sudah rela menggantikan tanggung jawab Seokjin sebagai ketua selama persiapan ujian akhirnya.

"Thanks." balas Seokjin, menyenderkan punggungnya pada meja kayu dibelakangnya, sebelum membuka tutup botol dengan malas.

"Lo masih nganggep persiapan lo ini gak kecepetan kak?" tanya Jisoo, mengambil tempat duduk di kursi meja samping sembari menenggak cepat minumannya.

"Lo nanya lagi gue gibeng ya."

Jisoo meringis, "Terus pemeran utamanya tetep mau Kang Taehyung?"

Mendengar nama itu, berhasil membuat punggung Seokjin merosot tak jatuh. "Gimana lagi caranya supaya berhasil ngebujuk tu anak ya. Heran gue, bakat sebagus itu gak mau dikembangin."

"Lah. Urusannya di elo apaan sih kak, itu kan hak dia." sahut Jisoo dengan kebenaran pemikirannya.

Seokjin mendelik, menoleh dengan decakan bibir. "Demi keberhasilan, kesuksesan dan nilai tinggi ujian akhir gue ya."

Jiso tersenyu meledek. "Dasar lo. Peran dari drama lo itu bisa pake siapa aja. Anak-anak lain juga banyak yang jago, seharusnya elo toleh dulu Seongwoo dari pada Kang Taehyung yang gak rajin dateng selama ekskul berjalan. Kalo gak karena lo, udah gue keluarin dia."

"Idih. Siape lo berani ngeluarin anak emas gue."

Jisoo memutar bola matanya jengah, terlalu terbiasa hingga membuatnya malas untuk meladeni Seokjin yang tak akan pernah paham dengan usulannya. Dan lagi, banyaj anak yang lebih mau untuk memerankan peran drama Seokjin.

Ya, dari wajah dan saat Taehyung melihat praktek drama singkat waktu itu sih bagus. Tapi, seorang aktor, harus memiliki pelatihan yang rutin. Jika Kang Taehyung tak pernah rutin latihan, otomatis dia tak akan jadi aktor dan tak akan membaik dalam aktingnya. Justru dia akan langsung tergeser dengan pemain yang lain.

"Gue tu heran deh sama lo kak, heran banget. Apa yang lo liat dari Kang Taehyung?"

Seokjin menoleh, berbicara, "Kesungguhannya, dari matanya. Gerak tangan, dan nada bicaranya. Lo gak akan tau hal itu kecuali liat dia latihan sendirian pas seluruh anggota tim teater pergi ke panggung di cempaka. Pas ujian akhir senior tahun lalu." perjelas Seokjin dengan raut muka tegas, yang mana membuat Jisoo kernyitkan dahi.

Apa maksudnya, "T-tehyung di sana karena–"

"Karena perintah pembina sebab dia paling males dateng ekskul. Tapi bukannya balik, dia malah bacain naskahnya bang Minho sambil peragain gerakannya."

Nethink [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang