N - 2
"Ming. Yang kata lo anak baru temen sekelas lo, namanya siapa?"
Saat Jimin melangkah keluar kamar dengan pintu terbuka, pertanyaan Jimin adalah sapaan selamat pagi untuknya. "Random banget lo." balas pemuda bermarga Kang itu sebelum melangkah melewati Jimin untuk menuju tangga.
Jimin segera mengikuti Mingyu, berniat ke lantai ini dengan tujuan membangunkan sepupu dari teman karibnya itu sekaligus mencari tahu mengenai si anak baru.
"Mungkin ya ... Ini cuma mungkin, tapi gue ngerasa semalem tuh kita ketemu dia, tapi–"
Mingyu hentikan langkah, berbalik menghadap Jimin dan mengurungkan niatannya untuk menuruni tangga. "–Semalem? Di Manlin?"
"Iya di sana. Waktunya pas banget setelah lo nyusul temen lo futsal. Tapi ..."
"Tapi paan?"
"Kayaknya dia benci Taehyung."
Mingyu terdiam, Jimin pun tak menambah kalimatnya. Sebelum helaan nafas yang keluar dari bibir Mingyu dengan senyuman tipis. "Lo salah orang kali. Gak mungkin, satu hari pindahan Jungkook udah benci ama Tata, emang lo tau orangnya yang mana?"
"Tau gue, udah masuk grub juga tu anak. Sempet gue cek poto profil dia. Semoga gue salah orang." Mingyu dan Jimin lanjut menuruni tangga sembari sambungan kalimat Jimin terdengar yang menambah pikiran Mingyu. "Tapi ya Ming, tatepannya tuh beda banget. Kayak benci dalem banget gitu."
"Gue sempet papasan sih sama Jungkook, pas masuk pintu depan futsal." gumam Mingyu. Entah terdengar Jimin atau tidak, namun pemuda Han itu hanya melengos mendekat pada Taehyung yang tengah sibuk dengan pembuatan sarapan paginya.
Taehyung meletakkan tiga piring di atas meja dengan kursi yang ia dorong keluar dari kolong. Yang kemudian menolehkan kepala menemukan senyum cerah Jimin. "Wih. Cocok nih daftar master chef"
Mendengar pujian tiba-tiba tanpa keseriusan itu membuat Taehyung menanggapi dengan candaan pula. "Aish. Bisa aja lo. Makanan segini mah cuma orang bego yang gak bisa."
Kalimatnya mendapat balasan cetukan kepala dari kepalan tangan Mingyu. Pemuda itu berdecih. "Si goblok. Gede kepala lo"
"Canda sayang." Taehyung mengerlingkan mata kirinya.
"Idih" Mingyu mengambil tempat duduk di seberang Taehyung, sedangkan Jimin yang terkekeh duduk di sebelah Taehyung saat pemuda itu baru selesai menuangkan teh hangat untuk ketiganya.
"Balik langsung kafe, gak ada ekskul?"
Tanpa menoleh, Taehyung mengangguk karena dia tau pertanyaan Mingyu tak mungkin ditujukan untuk Jimin. "Ada. Dah mulai pentas umum sih, tapi gue harus kerja."
"Wah. Gedung mana?" Mingyu menimpal dengan pertanyaan.
"Entah. Tapi katanya, tahun ini skala besar. Mungkin bakal nyewa gedung teater di Cempaka" balas Taehyung yang mendudukan dirinya di kursi sebelah Jimin.
"Anjing. Gede tuh dananya."
"Ya elo, kayak gak tau gaji pokok guru Mawar aja." sahut Jimin.
Mingyu meringis, satu detik dia lupa dengan fakta itu. "Oh iya, bang Jin masih ngejer lo?"
Mendapat pertanyaan itu, berhasil membuat Taehyung menurunkan sendoknya. Jimin segera menoleh dengan rasa penasaran.
"Gak ada nyerahnya tu orang. Kayak dikejer rentenir gue." katanya, menghela nafas pasrah. "Gak tau mau ngeles apaan lagi."
"Terima aja kali Ta. Mungkin ini jalannya?" Jimin memancing, melirik Mingyu yang sudah menyenderkan punggungnya di badan kursi, melepas satu tangan dari sendok dan mengambil kuping teh untuk dia angkat dan meminum teh hangatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nethink [END]
Teen FictionTaehyung, siswa SMA Mawar yang selalu dibicarakan setiap harinya mengenai latar belakang, perilaku, sikap dan sifat buruknya. Teman karib, Jimin yang setia selalu ada di sisinya walau pertengkaran tak pernah selesai. Jungkook, siswa pindahan yang m...