N - 12

667 95 6
                                    

N - 12

"Keluar."

"Bang. Tolong, gue bisa jelasin banyak hal. Ini bukan pembelaan, tapi lo harus tau alesa—"

"KANG TAEHYUNG KELUAR!" kali ini suara Bogum lebih menggelegar 2 kali lipat.

Hingga ketukan dari beberapa pasang kaki berdatangan, diam-diam membuka pintu untuk melihat apa yang terjadi.

Bogum yang menjadi pimpinan tersantai ternyaman sejagad raya tak pernah merisaukan siapapun yang datang dan pergi dari kantornya.

Namun kali ini dia muarka. "BERANI NGELANGKAH KAKI MASUK GUE PECAT SEMUA!"

"KANG TAEHYUNG, SELAGI GUE MASIH MARAH. LO KELUAR."

"Bang—" Taehyung membantu sama sekali, bukan meredakan dan mendapat kompensasi pemecatan atau paling tidak diizinkan memilih cara dia keluar seperti surat pengunduran diri, Taehyung akan segera dibabat habis jika tak keluar dari sana.

Dan bersamaan itu. Teman kasirnya, pacar dari adik Bogum berlari masuk. Menarik Taehyung untuk dia bawa keluar dari ruangan.

"Lo gila apa! Lo masih gak kenal Bogum!"

Dirasa cukup untuk menjauh, Taehyung dibawa ke dapur oleh si pacar adik Bogum.

Teman-teman yang lain ikut serta mengelilingi Taehyung, memandang dengan khawatir, tak tahu harus melakukan apa karena mereka takut berbuat kesalahan dan berakhir sama.

Taehyung mengusap wajahnya, air mata menggenang selagi helaan nafas berat ikut menyatu. Pemuda Kang itu harus berkali-kali lipat berusaha menahan tangis agar tak menjadi rengekan yang menyebalkan, namun jujur saja saat ini ia ingin berteriak untuk menenangkan apapun yang berada di otaknya.

"Sumpah ... Gue enggak ... G-gue gak maksud buat bohong ... T-tapi–" Taehyung merunduk, mengusap wajahnya sekali lagi, lalu menyisir surai yang terasa lebih lembab seolah mewakilkan dirinya dalam menangis.

Saat pemuda itu mengangkat wajah, satu bulir air matanya jatuh, sebelum lelehan dari sudut mata ikut menurut, Taehyung menutupi kedua matanya yang ditahan dengan satu telapak tangan. Meredam kesedihannya seolah-olah tak ada yang melihat.

"Taeh—" salah satu teman ingin mendekat, namun saat Taehyung kembali mengangkat pandangan, dia menggeleng, menatap sekeliling yang memiliki ekspresi khawatir di wajah mereka.

Taehyung mengulas senyum tipis dengan mata berair, "Baiknya gue cabut. Maaf udah buat kacau."

"Taehyung enggak—"

Taehyung menggeleng, menatap pacar dari adiknya Bogum, lalu berikan senyum tipis, "Thanks udah bantuin gue. Udah ngasih nasihat ke gue. Kayaknya rejeki gue di sini udah putus. Gue harus cari di tempat lain."

Hujan.

Dan ini sudah malam.

Guyuran air deras jatuh saling menabrak tanah, menimbulkan suara bising yang agaknya membawa rasa tenang.

Harum patrichor merasuk pada hidung bengir yang ujungnya berwarna merah.

Taehyung tidak kenakan jaket tebal karena dia sangka suhu udara tak akan serendah ini.

Memilih memeluk diri sendiri seperti seorang tanpa kekasih walau begitulah faktanya. Tak peduli dengan tatapan orang-orang yang menyelidik aneh begitu dia berjalan di bawah guyuran yang masih sama derasnya.

Orang memilih berteduh sekalipun mereka mengendarai sepeda motor, dan Taehyung meninggalkan kendaraannya diparkiran kafe Bogum karena takut pikirannya teralih dan menimbulkan petaka.

Nethink [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang