Sial.
Jungkook tau, istri kedua dari ayahnya ini tak mungkin mengadu. Namun saat salah satu pekerja sang ayah mendatanginya di kafe malam itu, tak menepis tuduhan Jungkook akan dirinya.
Dan mendapat hukuman terburuk seperti ini.
"Jungkook ada yang mau dibeli?"
Wanita itu, istri kedua dari ayahnya. Memegang sebuah jas hitam mengkilat dengan merk mewah, meneliti dengan mata memicing, lalu berbicara pada pegawai toko sebelum meletakkan kembali jas itu dan bertanya padanya.
"Gak usah. Bisa dicepetin, gue gak mau buang waktu"
Wanita itu mengangguk, tersenyum manis, "Iya. Sebentar lagi, setelah dapet dasi kita pulang. Atau Jungkookie mau makan dulu?"
Jungkook melirik sinis, "Bisa dipercepat kan nyari dasinya?"
"Iya ... iya gak jadi makan."
Keduanya berjalan keluar toko, seperti Jungkook yang berada di belakang, memasukkan kedua tangan ke saku celana dan ibu tirinya tampak kesusahan membawa beberapa belanjaan.
Sampai seseorang menambrak Jiwon dan berakibat dengan kantung belanjaan terjatuh, berserak tak jauh dengan seorang pemuda yang reflek menangkap Jiwon yang terdorong.
Jungkook terkejut di belakang, kernyitan timbul di dahinya. Namun tak ada tanda darinya untuk bersuara ataupun menunjukkan keberadaan dirinya setelah melihat orang yang ia kenali sebagai siswa satu sekolahnya berada di sini.
Saat itu pun Jimin datang, sedikit terpekik, "Tata. Hati-hati dong. Rugiin orang kan lu!"
Kang Taehyung, berdiri kaku dengan pandangan yang tak lepas pada raut perih Jiwon. Wanita itu berpegangan pada Taehyung, mencoba menetralkan rasa kaget pada jantungnya.
Jimin mengambil barang belanjaan Jiwon dengan cepat dan telaten, sementara Jiwon mencoba berdiri dengan Taehyung yang masih tak lepas menatapnya.
Mata itu berbinar, seolah menemukan satu kehidupan lain.
Perasaan yang sama kala ia kali pertama bertemu Jimin, perasaan yang sama saat sang papa merayakan hari kelahirannya di umur 14 setelah bekerja terus menerus tanpa pulang, perasaan yang sama di saat Taehyung ingat akan kasih dan cinta seorang ibu yang tak kunjung datang padanya.
Hatinya bergemuruh, jantungnya berdegup, dan semburat merah halus terpantri di kedua pipi Taehyung. Dia bersemu, jatuh cinta dan seolah terlahir kembali.
"Mama?"
"Eh?" bukan hanya Jiwon. Jimin yang mengaitkan semua belanjaan di kedua tangannya pun kaget.
Jungkook yang berdiri di belakang Jiwon dan di depan Taehyung dan Jimin mengernyitkan dahi. Tentu saja tak ada yang paham sebelum Taehyung tersadar dan meminta maaf dengan bungkukan cepat berulang kali.
"Maafkan saya. Tante maafkan kecerobohan saya. Kita bisa ke rumah sakit sekarang untuk pemeriksaan lebih lanjut atau hubungi dokter." Taehyung ucapkan tanpa terbata, namun dengan nada persis seperti operator iklan obat kesehatan.
Jimin tak percaya mendengar itu, Jungkook lebih mengerutkan dahi dan Jiwon justru tertawa, "Kamu mirip itu ... apa ya ... duh kayak iklan gitu ..."
Tawa Jiwon tersedat, dan Taehyung hanya bisa terpana tanpa tindakan. Ia menggaruk tengkuknya canggung dengan tawa kecil setelahnya.
"Ini tante. Maafin kita ya tante." Jimin menyela dengan menyerahkan barang belanjaan Jiwon, disambut baik dengan uluran kedua tangan.
"Gak papa kok, tante gak kaget juga, dan baik-baik aja." wanita itu tersenyum cerah, menenangkan hingga membuat rasa bersalah Jimin memudar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nethink [END]
Teen FictionTaehyung, siswa SMA Mawar yang selalu dibicarakan setiap harinya mengenai latar belakang, perilaku, sikap dan sifat buruknya. Teman karib, Jimin yang setia selalu ada di sisinya walau pertengkaran tak pernah selesai. Jungkook, siswa pindahan yang m...