N - 23

769 120 26
                                    

!fiksi !drama !brothership

N - 23

Taehyung menuang air panas dalam teko beling, menuangkannya dalam tujuh sendok pasir gula yang telah dipaparkan pada lapisan terbawah teko, lalu pemuda itu letakkan perlahan panci dengan sisa air panas di atas kompor kecilnya, setelah memastikan gula larut dengan sempurna, mencelupkan teh bubuk kain dan membiarkannya menari di dalam air gula.

Saat pemuda Kang berbalik, seonggok kelinci berotot, ralat; seorang manusia tampan tengah menunggunya, lalu mengulurkan tangan, "Gue aja." berucap acuh namun Taehyung menangkap kegugupan.

Sebelah alisnya terangkat, dan bibirnya dia tahan untuk ciptakan senyuman, jujur saja Jungkook terlihat lucu sekarang. 

Memilih tidak menolak untuk menyerahkan teko teh pada Jungkook yang segera menerimanya, yang kemudian lekas duduk mantap selagi meletakkan teko teh di lantai yang sudah tersusun 7 gelas kosong plastik yang Taehyung pikir dia tidak memilikinya.

Sementara Jungkook menuang teh dengan pelan dan rata, Jimin duduk bersila layaknya raja, menatap wajah-wajah yang menjadi tamu pada pertengahan sore berangin ini, tatapan mata tajam dengan kedua netra sipitnya membuat Hoseok menelan ludah. Sejujurnya dia menahan tawa, karena muka Jimin benar-benar tak cocok saat marah.

"Setelah membuat hidup rumah tangga kami berbahaya. APA YANG INGIN KALIAN LAKUKAN LAGI!" Jimin berteriak drama pada kalimat kedua, yang dibalas dengan lemparan topi hitam dari Yoongi.

"Apasih b*g*. Ngoceh ayam lu." katanya setelah lemparan topinya berhasil membuat Jimin bungkam dan mundur, dia meraih topi itu dan bersembunyi dibalik punggung Taehyung yang sudah duduk di sampingnya selagi memperhatikan Jungkook.

Dengan telaten Jungkook menyudahi gelas kelimanya, sangat hati-hati menuang teh pada gelas ke enam. Taehyung sedikit menarik sudut bibirnya, menyadari betapa seriusnya si anak baru dengan teko di tangan.

Kemudian Taehyung menoleh begitu merasakan Jimin mendengkur takut, mengintip pada wajah mengintimidasi Yoongi yang selalu membuatnya sepucat pasi. Mungkin lain kali, Taehyung akan meminta jawaban yang pasti mengapa Jimin begitu waswas pada Yoongi.

Namun Taehyung harus singkirkan rasa penasarannya itu di lain waktu, karena sebagai tuan rumah yang menerima beberapa tamu pada waktu tiba-tiba ini tak mungkin dengan alasan klise seperti hanya berkunjung, lagi pula mereka semua tak sedekat itu walau Seokjin dan Yoongi sempat datang (dengan tiba-tiba juga).

"Kalian semua ada perlu apa kemari?"

"Ini pasti mau ngerepotin lu Ta, jangan mau." Jimin mengintip dan berkata pada Taehyung namun semua orang kesal karena Jimin tidak repot mengecilkan suaranya lagi.

"Lu diem aja." celetuk Yoongi, lebih menatap Jimin kesal membuat pemuda Han beringsuk lebih dalam pada Taehyung namun tetap mengintip.

Taehyung meraih tangan Jimin pada bahunya, diusapnya pelan memberikan ketenangan karena Jimin memang sangat sensitif dengan siapapun yang mungkin mengganggu Taehyung. Mereka bicara banyak semalam, sebelum melakukan panggilan video bersama Mingyu dan membahas mengenai ibu biologisnya.

Jujur, memiliki Jimin dalam hidupnya adalah sebuah hadiah tertinggi. Taehyung bahkan tak bisa membayangkan jika satu hari tanpa melihat wajah temannya, walau mungkin mereka akan berpisah karena Jimin memiliki minat pada tarian yang serius, dan Taehyung akan kembali ke perusahaan.

"Gue minta maaf." Namjoon memotong hening mendadak itu, hanya dua detik sebelum Taehyung kerutkan alis dan fokus padanya.

"Untuk?"

Namjoon tersentak, dia menoleh ke semua arah sebelum fokus kembali pada Taehyung, terkejut karena Taehyung bahkan tidak mengingat kesalahannya, walau tidak menganggu fisik, Taehyung pasti merasa sakit hati.

Nethink [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang