N - 29
Agaknya Taehyung tidak harus cemas mengapa ini terjadi. Yang membuatnya cukup terguncang karena mengapa-dia-begitu-cemas. Cemas yang begitu mengganggu hingga membuat dadanya sesak, bisik di otaknya memburu tanpa aturan. Kalimatnya berbelit di benaknya membuat Taehyung jauh lebih tidak terkendali.
Tubuhnya bergetar dan dia berkeringat dingin, Taehyung merasa pusing padahal kepercayaan dirinya cukup tinggi saat latihan terakhir mereka siang tadi.
Semua orang percaya padanya, mereka katakan dengan yakin bahwa Seokjin akan mendapat nilai terbaik dengan tim terbaik pula.
Dan Taehyung cukup yakin bahwa mereka akan berhasil, namun sekarang kenapa keyakinannya runtuh, pikiran buruk merajalela, apa dia akan mengacau, bagaimana jika hafalan skripnya melenceng dan dia akan membuat semua orang gagal, apakah sekarang masih sempat untuk mengganti pemeran utama, Taehyung rasa Eunwoo sangat cocok menggantikannya.
"Taehyung, 15 menit sebelum ke panggung. Penonton udah rame banget, good luck."
Dia Joshua, kameramen mereka yang sangat handal. Si setia yang sudah berteman dengan Seokjin sejak SMP. Sangat kompeten dan bercita-cita menjadi juru kamera profesional dengan jam terbang tinggi.
Pemuda itu menepuk pundak Taehyung, lalu sedikit kaget dengan raut pucat aktor utama itu, "Lah kenapa lu?"
"G-gak ... papa." nafas Taehyung tercekat saat dia merespon Joshua membuat pemuda itu tahu ada yang tak beres.
Joshua terdiam sedetik, kemudian bicara, "Lo gak bercanda, kan?"
Tak menerima balasan dari Taehyung, Joshua berdecak lalu membawa Taehyung untuk duduk di salah satu sofa, mereka sedang berada di ruang tunggu gedung teater Cempaka.
Para aktor lain tengah bersiap di ruang sebelah, Seokjin sibuk untuk mengkordinator dan Jisoo tak lepas di belakangnya.
Jungkook dan Jimin menawarkan diri untuk menyambut tamu sehingga mereka tak bersama Taehyung dan tidak mengetahui keadaannya.
Sebagai penata musik, Yoongi tetap duduk di kursinya sehingga sedikit kemungkinan dia akan datang kemari.
Sedangkan Hoseok sebagai penari pengatur tarian juga bersiap-siap, dan Namjoon mendapat kepercayaan untuk menyambut area juri.
Joshua segera ambilkan air mineral cangkir, memberikannya pada Taehyung yang tidak perlu repot untuk memasang sedotan karena Joshua perhatian padanya.
"Coba lu atur nafas, ikutin gue." Joshua tahu, demam panggung adalah satu pengganggu terbesar untuk siapapun yang berada di kondisi yang mengharuskan mereka muncul di muka umum.
Dia tidak berpengalaman untuk mengatasi hal itu karena tugasnya berada di belakang layar.
Joshua pun tak bermaksud untuk meninggalkan kameranya begitu lama, dia hanya ingin bertemu Taehyung dan memastikan semuanya baik-baik saja yang ternyata berkebalikan dengan apa yang dia bayangkan.
Taehyung bergetar, sekujur tubuhnya bergetar dan mukanya menjadi lebih pucat, mereka hanya berdua di sini dan tidak ada tanda-tanda kedatangan seseorang di saat orang-orang menjadi lebih sibuk dari biasanya.
Setiap tim diharuskan mandiri dan Seokjin tak memiliki bantuan dari pihak profesional manapun karena pelarangan dari pihak sekolah.
"Gue panggil Seokjin kalo gitu." Joshua tidak memiliki ide apapun untuk menghapus rasa gugup Taehyung. Sehingga satu-satunya orang yang dia pikirkan adalah Seokjin.
Namun, saat dia beranjak, Taehyung mencegatnya, menggeleng pelan dengan suara getar yang menyedihkan.
"G-gak papa–" kalimat Taehyung terpotong kala pintu terbuka.
![](https://img.wattpad.com/cover/287703437-288-k653774.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nethink [END]
JugendliteraturTaehyung, siswa SMA Mawar yang selalu dibicarakan setiap harinya mengenai latar belakang, perilaku, sikap dan sifat buruknya. Teman karib, Jimin yang setia selalu ada di sisinya walau pertengkaran tak pernah selesai. Jungkook, siswa pindahan yang m...