N - 17

710 110 15
                                    

Mata melotot menghadap kaca, hanya berjarak 10 senti meter karena jari kelingking Taehyung harus berada diantaranya.

Sudah sejak 7 menit Taehyung berdiri di samping pintu kosnya, berharap jari kelingkingnya berhasil meraih bulu mata yang terjatuh dan lekat pada sklera matanya namun agak sedikit ke kiri dan menjadi masalah yang menyulitkan Taehyung.

Saat pada akhirnya sehelai bulu mata berhasil lekat pada ujung jarinya, Taehyung dapat bernafas lega, memundurkan diri dan mengerjapkan mata berkali-kali karena rasa pedih dari efek samping sentuhan yang dia lakukan pada lapisan pelindung bola matanya.

tok tok

Kala pemuda itu ingin rebahkan punggung pada kasur kecil yang baru saja dia ganti sprai sore tadi, ketukan pada pintu kosnya membuat dia urungkan diri. Beranjak dan lekas membuka pintu, menampilkan sosok Mingyu yang tersenyum kikuk dengan bungkusan ayam goreng melekat di tangan kirinya.

Mata kantuk Taehyung seketika menyegar, makan di tengah malam adalah kondisi terbaik yang ia taruh di nomor utama. Dan tak perlu bingung mengapa Mingyu datang di larut ini, karena sudah sering terjadi.

"Gue kira lo udah tidur." buka Mingyu, menaikkan bungkus ayam gorengnya agar Taehyung dapat perhatian bahwa dia akan makan malam lagi.

"Maunya, abis ngerjain tugas."

Mingyu masuk setelah melepas sendalnya, meletakkan bungkus ayam goreng lalu melepaskan tas selempangnya di kursi belajar Taehyung, pemuda itu berjalan ke sudut untuk mengambil beberapa alat makan sembari Taehyung membuka bungkusan makanan untuk mencium harumnya.

"Tumben, biasa ngerjain di sekolah lu." ujarnya, membawa peralatan makan di lantai.

Taehyung ambil serbet besar yang dia lipat di atas lemari pakaian, digelar sebelum letakkan alat makan di atasnya.

"Banyak waktu luang setelah berenti kerja."

Keduanya duduk dengan melipat kaki, bergegas membuka kotak ayam dan mengeluarkan beberapa. Mingyu merogoh kantung lainnya untuk saus sambal dan Taehyung menerima saus tomat sebelum membuka minuman dingin tanpa soda.

"Gue rasa Jimin bener, ada yang cepu di tempat kerja lo."

Taehyung menghendikkan bahunya, "Jangan diperpanjang lah, gue gak peduli lagi juga."

Mingyu mengangguk, jika sudah bilang begitu, dia rasa tak ada yang perlu dibicarakan mengenai hal itu.

"Oh iya, "jedanya, Taehyung mengangkat wajah, "Gue jual motor yang Ming, gue bisa naik kendaraan umum aja, atau lo jemput gue setiap pagi."

Sebelah alis Mingyu terangkat saat tangan yang memegang piring juga dia angkat dekat dengan dagu, "Udah ngomong sama Jimin?" tanyanya.

"Udah." Taehyung mengangguk.

"Terus?" 

Dengan wajas sebal teringat pertengkarannya dengan Jimin yang ditonton warga sekolah, Taehyung membalas, "Dia marah, terus pas masuk bk kemarin juga karena kita ribut soal itu."

Mingyu menghela nafas, menurunkan piring makannya dan menatap Taehyung lekat, "Kalo gitu, jawaban gue sama. Gak usah."

"Yaah. Tapi kan gue gak ada duit simpenan. Kalo gue kerja lagi, gajinya nabung buat beli motor lagi aja. Yang bekas tuh adaan 5 atau 6 jutaan. Gampang lah."

"Pala lo gampang. Suka banget ngeremehin."

"Gue gak tau lagi gimana bayar spp dua bulan ke depan." wajah Taehyung memurung.

Satu hal tentang yang membedakan hubungan Taehyung Mingyu dengan Jimin Taehyung, saat bersama Mingyu, Taehyung akan lebih ceritakan tentang keluh kesahnya, bagaimana keadaan berjalan tidak sesuai rencana dan bagaimana Mingyu lebih dewasa menyikapi tentang apa yang harus Taehyung lakukan.

Nethink [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang