N - 22
!brothership !fiksi !justforfun
Saat Namjoon membuka pintu karena setelah biarkan ketukan kelima terdengar, pemuda itu kernyitkan dahi, bingung dengan beberapa orang yang berdiri di depan rumahnya. Dua menatapnya biasa, ada yang sesengguk, dan ada yang ceria.
"Sore pak Namjoon." sapaan Hoseok lebih membuat alisnya tertukik. Sapaan aneh dengan awalan 'pak' itu sepertinya tak cukup membuat Namjoon lebih bertanya-tanya, isak tangis yang ditahan oleh salah satu seniornya juga menarik perhatian, pandangan lekat dan juga berbinar Yoongi dan juga si anak baru Jungkook juga tak kalah membuatnya bingung.
Bersamaan itu, seorang wanita datang, sekitar kepala lima dengan senyum merekah menyambut kehadiran keempat orang itu.
Pada dasarnya, wajah yang menurun pada Namjoon tak menyusahkan para tamu untuk mengetahui bahwa pemilik rumah sebenarnya telah menyambut mereka, membuat para pemuda itu secara otomatis menenggakan tubuh, dan Seokjin berhasil menghapus jejak kesedihan diwajahnya. Sepenuhnya.
"Waah. Temen Namjoon yaaa. Masuk masuk." ibu Namjoon membuka slok pintu lainnya, melebarkan pintu sehingga menampilkan empat cagak jenjang orang yang tidak memberi peringatan pada Namjoon tentang kehadiran mereka.
Jungkook dan Yoongi mengangguk pada ibu Namjoon yang mempersilahkan mereka duduk, sekali ibu itu ke dapur dan mempersiapkan banyak hal, tak lupa senyum merekah yang tidak pernah lepas dari wajahnya karena pengalaman pertama didatangi teman anak ketiganya sejak lama.
Hoseok menoleh pada Namjoon, mengangguk kecil, seolah mengatakan bahwa mereka datang bukan tanpa alasan apalagi melihat raut murung Seokjin dengan mata bengkak memerah habis menangis.
Ini hari libur, minggu tepatnya. Namjoon yang tengah berkutat dengan buku olimpiade tahun lalu terkejut begitu mendengar bel berbunyi dan tak ada yang membukanya.
Ayahnya berkebun dan akan kembali pada tengah hari, kedua kakaknya juga pergi dengan rencana mereka, dan tertinggal Namjoon dengan ibunya yang tengah sibuk bersama bebungahan di taman belakang.
Saat mereka sudah duduk di sofa dan kursi besar Namjoon, semuanya menunggu hingga makanan terakhir diletakkan oleh para pegawai rumah. Ibu Namjoon berdiri dengan raut muka bahagia, memperhatikan setiap wajah yang sudah bersudi untuk menjadi teman anaknya yang luar biasa kaku, rasanya dia ingin menangis melihat Namjoon yang ternyata tak seperti yang dia bayangkan.
Setiap memikirkan bahwa anaknya tak akan memiliki teman karena sifat ambisius yang entah menurun dari siapa, ibu Namjoon akan merasa pedih jika suatu hari tak ada yang akan hadir pada pernikahan anaknya. Uh terlalu jauh memikirkan itu tapi ibu Namjoon benar-benar cemas akan jaringan pertemanan Namjoon.
Dan dia cukup peka untuk meninggalkan anaknya bersama teman-temannya selagi dia menyiapkan makanan lebih jika mereka kehabisan. Dia juga harus menghubungi suaminya dan menyuruhnya segera kembali untuk melihat bahwa anak mereka tidak berbeda dari anak orang lain.
"Jadi ..." Namjoon menjeda kalimatnya, dari ekspresi yang dia lihat, sepertinya ada suatu masalah yang harus segera diselesaikan, jika menyangkut Namjoon maka dia tidak akan mengundurkan apapun, "Ada apa?"
"Bantuin gue." buka Seokjin, dengan suara gemetar menahan tangis, tampaknya dia memiliki masalah yang sangat serius hingga tak kuasa menahan derai air mata.
Namjoon edarkan mata memperhatikan semua wajah. Yoongi yang biasa saja, Hoseok yang canggung dan sembari mengusap bahu Seokjin, dan Jungkook yang menunjukkan raut tak nyaman namun perhatiannya terpaku pada meja Namjoon seolah ada yang tengah mengganggu pikirannya. Atau dia hanya lapar?
KAMU SEDANG MEMBACA
Nethink [END]
Teen FictionTaehyung, siswa SMA Mawar yang selalu dibicarakan setiap harinya mengenai latar belakang, perilaku, sikap dan sifat buruknya. Teman karib, Jimin yang setia selalu ada di sisinya walau pertengkaran tak pernah selesai. Jungkook, siswa pindahan yang m...