17:15 WIB
Senada melamun di halte depan kantornya. Ia tengah menunggu kendaraan umum, yang biasa ditumpanginya pulang.
"Gue blak-blakan banget nggak sih tadi?" Gumamnya dalam hati ketika teringat pembicaraannya di telepon dengan Senaru siang tadi.
"Ah nggak tahu lah!" Sungutnya menggaruk-garuk kepalanya, yang sesungguhnya tak gatal, "Lagian juga emang dia bakal peduli? Lo bukan siapa-siapanya dia Nad...ngarep apa sih?" Gumam Senada melamun menatap jalanan hingga tak lama kemudian, lamunannya buyar karena sebuah mobil yang berjalan perlahan dan berhenti tepat di depannya.
"Huh? Mobil ini..." Ucapannya terjawab kala kaca jendela depan mobil diturunkan dan Senada bisa melihat sang supir, "Oh? Naru?"
"Masuk, nanti takut jadi bikin macet."
Senada menghela nafas pelan dan lekas duduk di kursi samping driver.
Clik!
Gadis itu memasang seatbelt lalu menoleh menatap lekat Senaru, yang menjalankan mobilnya perlahan mengikuti arus padat merayap jalanan ibukota sore itu.
Pria itu tak sengaja melirik dan memergoki Senada tengah menatap seperti tengah menunggu sebuah penjelasan darinya, "K-Kenapa?"
Senada menghela nafas dan menyandarkan kepalanya pada kursi penumpang, "Nggak....aku pikir kamu marah karena ucapanku siang tadi," gumam gadis itu melamun menatap jalanan.
"Kenapa aku harus marah kalau apa yang kamu bilang itu fakta?" Balas Senaru tenang.
Senada lekas menoleh pada gadis itu, "Tentang.."
"Tentang Nada yang cuma liat Raga, bukan aku," sambar Senaru.
Senada mendengus sebal karena pria itu tak membahas tentangnya yang hanya melihat Senaru.
Keduanya terdiam selama beberapa saat.
"Apa kamu selalu se-blak-blakan ini?"
Senada kembali menoleh pada Senaru, "Apa itu bikin kamu nggak nyaman?"
"Strangely not, and I wonder why?" gumam Senaru.
Seulas senyum tergambar di wajah Senada setelah mendengar jawaban Senaru, "Itu artinya kamu penasaran sama aku!"
"Tch...said someone yang kayaknya tadi baru confess siang tadi."
"I did! Aku nggak bakal berkilah soal itu!"
"Wait, you like me for real?" Tanya Senaru terkejut.
"Nggak bolehkah?"
"Why? Kita baru kenal satu hari?"
"So what?" Balas Senada tak mau kalah, "I see a handsome and kind guy--"
"Waktu itu kayaknya kamu bilang, kamu nyesel udah mikir kalau nama kita match made in heaven?"
"Semua tergantung dari gimana kamu ngetreat aku hari itu, hari ini, dan seterusnya!" Balas Senada.
"Tch..." Pria itu tertawa sambil menggeleng pelan.
"It's okay though, kamu nggak perlu jawab kalau nggak mau, aku nggak akan maksa," sambung Senada.
"Okay," balas pria itu singkat.
Senada kembali melirik Senaru diam-diam, sementara pria itu fokus menyetir. Ia terlihat rapi dalam balutan t-shirt yang dipadu padankan dengan jeans serta aroma parfum maskulin yang tercium darinya, "Kamu mau ngajak aku pergi kah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] SENARU
RomansaCoretan cerita cinta singkat tiga babak dalam sebuah buku tahunan usang tak bertuan Senada Aluna Livia menerima paket berupa barang-barangnya semasa SMA, dari sang Ibu, tak lama setelah Ia pindah tempat tinggal: Sebuah kardus berisi peralatannya se...