16:30 wib
Duk!
Raga menutup pintu mobil dan menguncinya otomatis. Ia melangkah masuk dengan tangan kanan berbicara di telepon sementara tangan kirinya membawa plastik berisi bebungaan, serta karangan bunga dan sebotol air.
Ia berjalan masuk ke dalam, area pemakaman di mana Syaira dimakamkan.
Raga berjongkok di depan makam sang istri. Menaburkan beberapa potongan bunga setelah menyiramkan tanah yang mulai terlihat kering itu dengan botol air yang dibawanya sebelum meletakkan karangan bunga kecil di atasnya.
"Hai…" balas Raga tersenyum getir sambil mengusap nisan sang istri.
"Maaf aku baru nengok kamu lagi...kerjaan aku banyak banget belakangan ini, dan….Aluna, She's doing well and I'm sorry if she grows up to look like me. Kamu pasti sebel karena dia jadinya mirip banget sama aku," Ucapnya tertawa getir.
"There are so many things happened lately, tapi yang paling aneh adalah...munculnya seseorang yang bener bener mirip sama kamu," Ujar Raga termenung, terbayang Senada.
"Is it a good thing? Or a bad thing? Did you send her to me and Aluna? Atau kehadirannya memang bawa arti tersendiri yang belum aku ketahui apa….I'm really confused right now," Ucap Raga getir.
"Aku cuma pengen ada sosok ibu yang bisa ngisi peran kamu demi Aluna. Dia nggak bisa selamanya tinggal sendiri sama aku aja kan? What do you think? Can you give me a sign?" Gumam Raga menatap nisan sang istri, dengan penuh harap.
***
Di lain tempat, Senaru masuk ke dalam mobilnya yang tengah terparkir di satu tempat.
Buku tahunan milik Syaira dan sebuah novel berjudul: Chicken Soup for The Teenage Soul, tergeletak di pangkuannya. Ia membuka novel tersebut dan berhenti pada salah satu kisah di sana yang berjudul: Dear, John.
13 Tahun Lalu
Syaira Nada's POV
Aku melangkah menyusuri lorong sekolah yang begitu sepi pagi itu karena kegiatan belajar mengajar belum lama dimulai.
Tapi wali kelasku belum datang, sehingga aku memutuskan untuk ke toilet, atau lebih tepatnya hanya sekedar ke toilet agar aku bisa melewati kelasnya.
Raga Mumbara Dewantara, siswa tampan ketua kelas 12 IPA 1, yang selama ini mengisi hatiku.
Aku mengetahui Raga sejak kelas enam bangku Sekolah Dasar. Kami belajar di SD yang sama, namun berbeda kelas.
Aku ingat, kami selalu kebetulan sama-sama menunggu kedua orangtua kami menjemput kami sepulang sekolah.
Tapi tentu saja, aku tak pernah benar-benar berinteraksi dengannya.
Bagi anak SD seusia kami saat itu, berinteraksi dengan lawan jenis adalah hal terlarang atau teman-temanmu akan meledek dirimu habis-habisan dan itu begitu memalukan.
Tapi menurutku dia tampan, tapi tentu saja aku hanya menyembunyikan kekaguman itu untukku sendiri.
Waktu berlalu, aku dan Raga melanjutkan jenjang pendidikan kami ke bangku sekolah menengah pertama yang berbeda. Memori tentang anak lelaki bernama Raga, perlahan redup dari ingatanku.
Hingga selepas SMP, takdir kembali mempertemukan kami di sekolah yang sama, SMAN 717 Jakarta.
Tahun demi tahun, setelah sekian lama tak melihatnya, aku baru menyadari jika Raga tumbuh sebagai siswa yang tampan, meskipun aku tahu sejak kecil memang Ia sudah tampan, tapi tak kusangka jika Ia akan menjadi setampan ini ketika dewasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] SENARU
Roman d'amourCoretan cerita cinta singkat tiga babak dalam sebuah buku tahunan usang tak bertuan Senada Aluna Livia menerima paket berupa barang-barangnya semasa SMA, dari sang Ibu, tak lama setelah Ia pindah tempat tinggal: Sebuah kardus berisi peralatannya se...