17:30 pm
Senaru mematikan mesin mobilnya setelah memarkirkannya pada area parkir di salah satu pusat perbelanjaan.
"Bentar! Bentar!" Seru Hansel yang datang bersamanya.
PSSTT!
PSSTT!
"Hmph--" Senaru menutup hidungnya dengan parfum maskulin yang menyengat ketika Hansel memakaikan parfum dengan penuh semangat ke tubuhnya sendiri.
"Biar kecantol doi hehe," Ujar Hansel.
"Kalian baru ketemu hari ini."
"So what? Kalo jodoh? Kalo jodoh mah mau ketemu sekali dua kali ya cocok-cocok aja bro! Namanya juga jodoh," Ujar Hansel merapikan rambutnya dengan santai.
"At least, kalo gue nggak dapet dia, gue dapet duit dari proyekan yang dia kasih! Kalo dia bukan jodoh gue, berarti dia ladang rejeki gue. Gitu aja! Hidup nggak usah dibawa ribet! Ayok!"
Senaru menghela nafas dan mengikuti Hansel turun dari mobil lalu memasuki area pusat perbelanjaan, menuju kafe di mana mereka sudah berjanji untuk bertemu.
Sesampainya di sana, mata Hansel berpendar dan seulas senyum tergambar di wajahnya ketika Ia melihat seorang gadis berambut sebahu, melambaikan tangannya dari kejauhan.
"Halo," Sapa Hansel ramah, "Ah kenalin ini temenku," Ujarnya.
Senaru membalas jabatan tangan gadis itu, "Senaru."
"Aku Yovanka-- oh?? Kamu--"
"Sorry?"
"Ah maaf! Kamu...mirip banget sama orang yang pernah diceritain temenku," Ujar Yovanka.
"Temen kamu kenal dia?" Tanya Hansel menunjuk Senaru setelah keduanya duduk di hadapan Yovanka.
"Lo punya temen lain selain gue?"
"Apaan sih--" sungut Senaru.
"Temen ku cerita kalo dia lagi deket sama seseorang. Dia pernah nunjukin fotonya sekali, and he really looks like you, without glasses," Ujar Yovanka ramah.
Senaru mengernyitkan dahinya, "Siapa nama temennya?"
"Senada, Nada, kamu kenal?"
"Ya??" Balas Senaru terkejut.
***
1
9:00 WIB
Alea berdiri termenung di halte bis dekat kantornya.
Hari ini Ia memilih pulang sendiri, padahal biasanya Raga selalu mengajaknya pulang bersama demi menemani pria itu mengobrol selama menyetir.
Tapi karena hari ini Raga mendapat tugas untuk memandu sesi on-site check, di mana Senada datang berkunjung ke kantor mereka demi keperluan proyek kantor, maka pria itu menghabiskan waktunya hampir seharian ini bersama Senada.
Ia bahkan rela menjemput dan mengantar gadis itu pulang.
Alea menghela nafas, mencoba meredam sesak dalam dadanya. Jika saja Ia bisa lebih terbuka dan jujur pada Raga tentang perasaannya.
Bahwa semenjak gagalnya rencana pernikahannya dengan sang mantan kekasih, Banyu, dua tahun lalu, hanya pria itu dan Aluna yang selalu ada untuknya, terutama setelah kepergian Syaira.
Karena peristiwa menyakitkan yang dialaminya dan Raga, membuat keduanya saling menguatkan satu sama lain. Hadirnya Aluna juga menjadi suntikan semangat sendiri bagi Alea.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] SENARU
RomanceCoretan cerita cinta singkat tiga babak dalam sebuah buku tahunan usang tak bertuan Senada Aluna Livia menerima paket berupa barang-barangnya semasa SMA, dari sang Ibu, tak lama setelah Ia pindah tempat tinggal: Sebuah kardus berisi peralatannya se...