024: Cinta dan Rahasia

478 72 2
                                    

21:45 WIB

"LO TUH YA--"

Senada menjauhkan speaker handphonenya ketika di seberang telepon, suara Yovan terdengar nyaring memarahinya karena Ia pergi begitu saja tadi.

"Ya udahlah...gue udah sampe rumah juga kok..."

"Ya tapi kan--"

"Udah dulu ya Yov? Gue beneran lagi nggak mood banget hari ini," ucap Senada mematikan sambungan teleponnya dengan Yovan.

Keheningan melanda dirinya dan Senaru, yang duduk di sisi kanannya.

Selama perjalanan, tak sepatah katapun keluar dari mulut keduanya.

Senaru sendiri tak tahu bagaimana harus memulai, tapi karena Ia sudah terlanjur berjanji dan Ia tak mau seperti ini terus, maka Dia tetap harus mengutarakan semuanya.

Senaru membuka bungkusan berisi minuman yang lupa Ia serahkan pada Hansel dan Yovan karena Ia lebih dulu melihat Senada keluar dari studionya.

Ia menyerahkan sebuah cup berisi hot choco untuk Senada, karena gadis itu bersikeras tak mau memesan apapun sebelumnya dan Senaru hanya ingat minuman yang Ia belikan untuk Senada di pertemuan pertama mereka dulu; hot choco.

"Udah nggak terlalu hangat lagi, tapi mubazir kalau nggak diminum," ucap Senaru.

Senada melirik sejenak pria itu sebelum menerima minumannya dengan perasaan keki.

Keheningan yang canggung kembali melanda keduanya, hingga akhirnya Senaru mulai bicara.

"Aku cuma bingung saat itu.." gumam pria itu memainkan setirnya demi menekan rasa gugup yang Ia rasakan saat ini.

"Aku bingung dengan diriku sendiri, aku bingung dengan apa yang terjadi di sekitarku belakangan ini terutama setelah kamu muncul gitu aja dengan buku tahunan milik Nada," sambungnya.

Senada terdiam menatap hot choco dalam genggamannya.

"Dan aku rasa kamu tahu, how hard it is for me to express what I feel..." Sambung Senaru.

"Dan aku nggak mau minta kamu untuk ngertiin kebiasaan burukku itu. Aku..."

Pria itu terdiam selama beberapa saat, "Aku justru berharap kamu bisa bantu aku untuk pelan-pelan ubah itu...I want to be as bold as you."

Ucapan Senaru sontak membuat Senada refleks menoleh menatap Senaru, yang ternyata sudah menatapnya lebih dulu.

"We're strangers, indeed...tapi aku nggak pernah ketemu strangers seberani dan seaneh kamu seumur hidupku," canda Senaru mencoba mencairkan suasana di antara dirinya dan Senada.

"Tch...seriously--" Senada tertawa pelan, sedikit tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya dari pria.

"Stop joking, candaan kamu tuh nggak pernah lucu dan menghibur," sungut gadis itu tertunduk.

"Tch..." Senaru tertawa pelan, "Well, ternyata lebih baik dibilang nggak bisa ngelucu dibandingkan didiemin berhari-hari."

Senada melirik sebal pria itu, "Ah to the point aja deh! Yovan waktu itu nelepon aku dan dia bilang kamu--"

"Kabur? Yup, dia bener kok," sambar Senaru, "Aku..berniat mau nemuin kamu."

"Terus? Kenapa nggak jadi?"

"Aku ketemu Raga di jalan."

"Terus? Kenapa?"

"Ya...saat itu aku pikir kalian lagi deket dan aku milih buat pulang--agh!" Keluh Senaru ketika Senada tiba-tiba memukul lengannya.

[COMPLETED] SENARUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang