010: Penasaran, Akar Semuanya

403 60 2
                                    

15:15 wib 

Senaru menghampiri Hansel yang sedang sibuk di ruang kerjanya, "Sel."

"Oit? Widih…." Ucap Hansel ketika berbalik dan melihat Senaru sudah terlihat rapi, "Udah ganteng nih mau kemana? Kencan ya?" 

"Apaan sih lo," Sungut Senaru mengeluarkan flashdisk dari saku jaketnya dan melemparkannya pada Hansel, "Deadline gue udah kelar ya." 

"Oke bos! Eh mau kemana sih lo??" Tanya Hansel penasaran.

"Makan mie ayam."

"Mana ada orang makan mie ayam rapi ama wangi begitu? WOY GUE MAU!" Seru Hansel pada Senaru yang berjalan keluar dari studio kerja mereka. 

"Iyee entar gue gofood-in!" Balas Senaru sebelum benar-benar pergi.  

*** 

15:15 wib 

"Ale!" 

Alea menghentikan langkahnya ketika mendengar namanya dipanggil, "Oh? Udah kelar?" Tanya Alea pada Raga yang berlari kecil menghampirinya dan keduanya jalan berdampingan.

"Udah tadi agak lama, karena aku sama Seto liat harga buat semuanya nanti," Ujar Raga berjalan berdampingan dengan Alea di lobby kantor.

"Jemput Aluna, jangan lupa." Balas Alea, "Kangen juga...udah lama nggak main bareng karena belakangan banyak on-site visit." 

Raga tertawa pelan, "Iya, kadang dia nanyain kamu…'Papa, Tante Yeya mana?'" Ucapnya menirukan bagaimana putri kecilnya itu berbicara. 

Alea tertawa mendengar hal itu,
"Ntar malem kabarin kalo udah di rumah, Aku mau video call-an sama Aluna," Balas Alea tersenyum. 

Raga menekan pintu lift dan keduanya berdiri di depan pintu lift, "Tadi...."

Alea menoleh menatap lekat Raga, yang berdiri di sampingnya.

"Aku ketemu seseorang yang mirip banget sama Nada, Le."

TING!

Pintu lift terbuka dan Raga mempersilahkan Alea untuk masuk lebih dulu sebelun menekan tombol pintu.

"Nada?"

"Eum...dan kamu tahu apa yang lucu? Dia bahkan punya nama yang sama dengan Nada dan Aluna, Senada Aluna Livia, itu nama panjangnya."

Alea menghela nafas dan menatap lekat Raga, "Don't tell me, kamu mau coba deketin dia hanya karena dia mirip sama Nada?"

Raga tersenyum tipis seraya berpikir sebelum balas menatap Alea, "Menurut kamu gimana? Bukannya kamu juga yang sering nyaranin aku untuk nikah lagi demi Aluna?"

"I know! Tapi kamu mikirin cewek itu juga nggak sih? Fair nggak kira-kira buat dia kalau kamu deketin dia hanya karena dia mirip istri kamu?"

Raga menghela nafas panjang dan menyandarkan kepalanya pada dinding lift, "Aku juga mikirin itu sih...kayaknya jahat banget."

"Aku paham kamu penasaran. Tapi penasaran itu akar dari semuanya Ga. Entah itu bakal bawa kamu pada akhir yang baik atau buruk. You have Aluna now, you might be happy to be with her, karena dia mirip sama Nada, tapi belum tentu dia cocok dengan Aluna."

"Bener memang aku berharap kamu bisa menikah lagi, tapi dengan wanita yang tepat, wanita yang bener-bener bisa ngurus kamu dan Aluna. Bukan hanya karena sekedar dia mirip sama Nada."

Raga menghela nafas pelan dan mengangguk, "Ya...kamu bener kok..aku cuma bingung aja.."

TING!

Mereka tiba di lantai tujuan dan keduanya berjalan keluar dari lift.

"Bingung karena tiba-tiba dia muncul gitu aja di hadapanku setelah dua tahun Nada pergi, dengan wajah yang mirip banget dan nama yang sama persis," ucap Raga.

"Kadang aku mikir apa maksud dari ini semua? When the world seems against me to get to know her," sambung pria itu.

Alea menghentikan langkahnya dan menatap Raga lekat, "Aku nggak ngelarang kamu Ga, tapi aku cuma berharap bahwa kamu mikirin ini semua baik-baik bukan dibutakan oleh emosi sesaat. Aku cuma mau kamu juga mikirin Aluna. Dia butuh wanita yang baik, bukan wanita yang cuma mirip dengan ibunya."

Raga tertunduk sejenak dan mengangguk pelan, "Okay...thanks ya Le."

Alea tersenyum tipis, namun kemudian perhatiannya teralihkan oleh panggilan telepon pada handphone dalam genggamannya.

Raga menatap gadis itu sejenak, yang mendadak gelisah, "Siapa?"

"Ah b-bukan siapa-siapa! A- aku mau ke toilet dulu!" Ucap Alea gugup sebelum melangkah lebih dulu melewati Raga.

"Jangan bilang..." Gumam Raga menatap lekat kepergian Alea.

***

Beberapa Menit Kemudian

Alea berdiri bersandar pada dinding di depan toilet kantor. Ia tak benar-benar ke toilet, Ia hanya ingin menghindari Raga, yang mungkin tak akan suka, jika pria itu tahu tentang sang penelepon.

Alea menghela nafas dan menyandarkan kepalanya pada dinding, teringat ucapan Raga tentang wanita yang menurutnya begitu mirip dengan Nada, "Apa ini saatnya buat aku untuk resah ya Ga?" Gumamnya dalam hati.

Alea menghela nafas dan menyandarkan kepalanya pada dinding, teringat ucapan Raga tentang wanita yang menurutnya begitu mirip dengan Nada, "Apa ini saatnya buat aku untuk resah ya Ga?" Gumamnya dalam hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di saat bersamaan, handphonenya kembali menyala  memperlihatkan sebuah foto wallpaper muncul di layarnya kala Ia membuka handphonenya, foto dirinya dan Aluna, diikuti dengan sebuah pesan singkat:

Banyu: Please, aku mau jemput kamu Le dan ngomongin semuanya, okay?

***

[COMPLETED] SENARUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang