Jalan Tiga

20.7K 154 0
                                    

Apa mungkin dia masih memendam kesal pada peristiwa saat kecil dulu. Andai dia tahu rasa hatiku saat itu mungkin dia akan memaklumi.

Kala Ghea menyatakan rasa sukanya dan mengajakku menjadi pacarnya, aku bingung. Malu, marah, senang campur berbaur menjadi satu.
Malu karena aku ditaksir anak kecil yg justru keponakan ku.
Marah karena dia begitu beraninya menyukaiku yg notabene adalah tantenya.
Senang karena dia berlaku terbuka, dia yg kuanggap anak yg paling tampan yg pernah kukenal, menyukaiku.

Namum batasan norma dan nilai-nilai adat membuatku berpikir untuk tidak menanggapi. Emosi gadis yang baru saja akil baligh menutup ruang hatiku buatnya. Aku seperti dilecehkan, diajak pacaran dengan anak kecil. Tersisa rasa marah pada diriku terhadap "kenakalannya".

Malam hari sejak peristiwa pengakuan Ghea, aku menelpon kanjeng Romo. Menyatakan keinginanku untuk pindah sekolah. Berbagai alasan kuutarakan pada kanjeng Romo agar menyetujui permintaan ku. Aku ingin menjauh dari dirinya meski berat terasa. Untung kanjeng Romo menyetujui permintaanku. Seminggu kemudian aku pindah sekolah ke daerah tempat tinggal kanjeng Romo dan Ibu.

Ah, seandainya kamu tahu Ghea, aku sangat mengagumi dirimu. Pintar, cerdas dan tampan. Meski sedikit nakal. Sekarang pun aku masih mengagumi dirimu. Ketampanan lebih menyeruak keluar seiring bertambah usiamu. Kamu tetap acuh tak acuh dan tetap slengean. Dulu sejak berpisah darimu, saat kamu sudah terlihat dewasa aku berharap kamu datang menjumpai ku dan kembali menyatakan "pengakuanmu". Persis sama seperti kala kamu kecil dulu. Namun kiranya itu hanya angan belaka. Sampai aku disunting oleh seorang pemuda anak pak lurah, kamu tak jua datang menemui ku.

Kala resepsi pernikahanku, kamu datang dengan wajah muram dan seperti enggan bersua denganku. Padahal aku begitu antusias menyambutmu, entah kenapa. Aku bahkan melupakan pria yg bersanding disampingku. Tanpa senyum manismu, kamu hanya menjabat tanganku antara kena dan tidak,  langsung berlalu. Pun saat keluargamu diminta foto bersama dengan sepasang mempelai, kamu hanya menggeleng menolak ajakan papamu. Kamu lebih memilih ngobrol sambil makan es krim dengan sepupu-sepupumu yg lain.

Sedih dalam hatiku, mungkin ini balasan untukku yg telah menampikmu. Tapi itu saat masih kecil dan sudah berlalu bertahun-tahun. Sebegitu dendamkah dirimu padaku?

Aku masih mengagumi dirimu. Alasanku menerima tawaran kerja dari mamamu adalah dirimu, Ghea. Tak ada yg lain. Aku hanya berharap kita bisa berteman bersaudara seperti dulu. Aku tak berharap lebih. Aku sadar kini aku telah menyandang status janda.
Ah, sudahlah aku hanya ingin menjalani kehidupan...

•••|•••|•••

DI SUDUT SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang