Jalan Tiga Puluh Satu

4.3K 47 3
                                    

"Sementara kamu cari hotel saja untuk bermalam...! Pagi seusai ngater saya ke kantor kamu bisa nyari kost atau rumah kontrakan!" ucapku pada Mahardika. Seraya membuka pintu mobil.

"Jangan kuatir, boss. Semua sudah disiapkan pusat. Rumah kontrakan saya cuma 50-an meter dari sini...." jawab Mahardhika.

Aku mengerutkan kening. Cepat sekali, efisien dan efektif pikirku. " Oh, okay kalo gitu....! Jam 8 tepat sudah disini!" perintahku.

Mahardika mengangguk mantap. Ia menyerahkan kunci mobil padaku, "saya permisi dulu, boss..." pamitnya. Aku cuma mengangguk sambil berjalan masuk ke rumah.

---000---

Keesokan paginya, di kantor aku langsung berkutat dengan pekerjaanku. Pukul 9.00, Oom David memintaku untuk ke ruangannya. Aku pun bergegas melangkah menuju ruangan Oom David. Sekretaris Oom David menyuruhku untuk langsung masuk.

Oom David mendengar penjelasan detail dari ku. Tanpa ada yang ku tutupi apa yang kuketahui.

"8-10 tahun yang lalu, seseorang amat berambisi mengambil alih bisnis Oom. Dengan cara baik-baik sampai cara kasar dia pergunakan. Sampai saat ini Oom masih bertahan! Berkembang dan semakin maju. Tidak Oom duga, dia masih menyimpan dendam!" jelas Oom David padaku.

"Boleh tau, siapa orangnya Oom?" tanyaku.

"Kamu akan tau sendiri Ghee! Tapi yang jelas dia sudah melakukan perang terbuka dengan Oom, pasti akan Oom layani!" jawab Oom David.

Aku menarik nafas panjang, menghembuskan perlahan. Selalu saja ada persaingan dalam bisnis dengan cara untuk menjatuhkan pesaing. Gila!

Selesai berdiskusi dengan ku, Oom David memintaku kembali ke ruangan. Aku pun bergegas pergi dari hadapannya. Saat akan berjalan keluar, "Oom akan perintahkan orang untuk melanjutkan penyelidikan mu! Ini perang milik Oom!" ucap Oom David tegas.

"Baik, Oom!" seru ku singkat menjawab. Lalu melanjutkan langkah keluar ruangannya.

Aku kembali ke ruangan ku. Kembali berkutat dengan pekerjaan. Ada beberapa laporan yang perlu ku analisa dan ku feedback. Konsentrasi dan fokus, nalar dan logika selalu menjadi kebutuhan ku dalam bekerja.

Tepat pukul 12.30, gadgetku berbunyi. Ada panggilan suara masuk. Dari Tante Ninin. Aku segera mengangkatnya. Ia menyapaku lembut. Kami ngobrol basa-basi sebentar.

"Ghe, kamu pulang sore atau malam?" tanya Tante Ninin.

"Kayak biasa, Tan, jam 7-an, kenapa emang Tan?" balasku.

"Tante minta ditemenin ke rumah pak Karsa, ambil uang kost-kost'an, bisa?"

"Oh, bisa...sekalian makan malam ya...?"

"Oke, sayang...! Tante tunggu ya..."

"Siap Tante cantik...." godaku.

"Halah....!" balas Tante Ninin.

Kami tertawa dan melanjutkan obrolan sebentar. Sebelum menutup pembicaraan, Tante Ninin menyuruhku untuk segera makan siang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DI SUDUT SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang