"Oouuhhh...enak, Gheaa...ssss"?” desah Tante Ninin sedikit senyum. Aku hanya bisa mengangguk. Dia kemudian mendorong tubuhku ke atas. “Ini yang membuat mu bengong kan, Ghee? Sekarang nikmatilah, jangan cuma diam...hmmm.” lanjut Tante Ninin seraya menyorongkan teteknya yang sekal membulat.
Aku tidak tahan lagi, segera kujamah buah dada yang kenyal dan empuk itu. Ukurannya benar-benar proporsional. Aduh! terasa nikmat sekali. Kuelus bulatan daging itu dengan lembut, kuremas pelan-pelan. Putingnya terlihat memerah dan menggemaskan. Kuciumi, kukulum, kubenamkan wajahku di kedua bulatan mungil itu, sampai aku tidak bisa bernapas. Aku mainkan buah dada Tante Ninin sesuai naluri dan pengalaman, jam terbang tinggi. Tante Ninin terlihat menikmati, sangat menikmatinya. Desahan lembut kerap terlontar dari bibirnya
“Ohhh...enak, Ghee! Kami pinter bikin aku keenakan...sssshh..." desah Tante Ninin dengan mata terpejam, "Tetekku enak banget dimainin kayak gini,” lanjut Tante Ninin.
“Mainin dari bagian bawah dulu, Ghee! Baru nanti ke bagian putingnya.” pinta Tante Ninin.
Aku hanya menurut seperti anak TK yang nurut sama ibu gurunya. Mulai kujilati bagian bawah tetek Tante Ninin yg kenyal, melingkar dari kanan ke kiri. Kelihatan puting Tante Ninin tambah menjulang saat aku melakukan itu, mungkin ia benar-benar bergelora, Tante Ninin terlihat menikmatinya. Tanpa diduga, aku langsung menyedot dan melumat putingnya secara bergantian. Tante Ninin kaget tapi tidak menolak. Janda cantik itu malah berkata, ”Aahhh, pinter kamu, Ghee...!. Ughh... enak banget!” racaunya.
Aku masih memainkan kedua buah dada Tante Ninin sesukaku. Janda cantik tanpa anak itu membiarkan dan menikmatinya sambil mengelus kepalaku penuh kasih sayang, seperti perlakuan seorang ibu pada anak bayinya yang lagi netek. Aku tidak bosan-bosannya memainkan gundukan padat itu dengan mulutku, lidah juga tanganku.
Pelan satu tangan Tante Ninin bergerak ke daerah selangkangan ku. Menelusup ke balik celanaku, menemukan sebuah batang. Batang kejantananku. Sudah berdiri bebas tegak mengacung. Tante Ninin meraihnya, digenggamnya dengan lembut, "besar, Ghee!" bisiknya. Aku yg merasa kesetrum karena kejantananku digenggamnya tak menjawab. Selain sibuk dengan payudaranya yg kenyal juga lagi keenakan kejantananku digenggam tangan lembut tante Ninin, "aku gak pernah megang yg segede giniii...." lanjutnya.
"Emang tante usah berapa kali megang kemaluan pria....?" tanyaku menghentikan kerja ku pada bulatan kenyal payudara tante Ninin.
"Kamu gak marah....kalo aku ngaku?"
"Nggak, Tan...itu kan masa lalu Tante..."
Ia memandangku sejenak, lalu mengecup keningku. "Punya pacarku dulu.... suami ku dan sekarang kamu, Ghee!" jelasnya.
Aku tersenyum, "siapapun itu, aku masih mencintai Tante dan akan mencintai apa adanya..."
"Yakin, kamu gak bohong, Ghee?"
"Yakin, Tan..."
"Makasih, Ghee...udah mencintai ku..." balas Tante Ninin penuh senyum. Tangannya tetap menggenggam batang kejantananku.
Tubuhku bergetar, Tante Ninin mulai mengocok-ngocok batang kemaluanku pelan. Sensasinya luar biasa nikmatnya. "Ssshh...eehgg, enak tannn..." lirihku.
Sementara satu tanganku mulai bergerak menelusup ke balik hotpants Tante Ninin. Pelan tanganku merayap di area selangkangan Tante Ninin menuju liang senggamanya. Jari jemariku merasakan "rumput-rumput" segar menghiasi sekeliling liang kenikmatan Tante Ninin. Lebat, pasti indah dan merangsang....batinku. Saat kurasakan benda itu jadi licin, tak tahan aku bertanya. “Basah, Tan, untung gak erosi hutannya lebat...?” tanyaku konyol.
"Nakalll...!" seru Tante Ninin manja. Malu-malu kucing, "spesial untuk kamu, Ghee! Kamu gak suka...hmmm?" lanjut Tante Ninin manja.”Suka, tan....” kubelai dan kuusap-usap belahan tembem itu. Kutusukkan jari telunjukku ke lubangnya yang sempit, terasa sangat hangat dan basah disana. “Ghee, aku gak tahan lagi, Jilati punyaku, Ghee!” pinta tante Ninin sambil mendorongku ke bawah. Tentu aku menurutinya, meninggalkan kedua payudaranya menuju selangkangan Tante Ninin.
Perlahan kulucuti hotpants yg dikenakan janda cantik tanpa anak itu. Kagum. Aku merasa bak melihat tubuh telanjang seorang bidadari. Mulus sekali, kecuali bagian selangkangannya. Daerah itu ditumbuhi oleh rambut-rambut halus lebat tercukur dengan rapi. Kembali aku menelan ludah. Tante Ninin lebih melebarkan kedua belah pahanya. "Aaah, Ghea! Jangan diliatin gitu dong...!" serunya manja.
"Kenapa, aku lagi mengagumi nya Tan...?" tanyaku.
"Aku malu tau....ayo dong..." jawab tante Ninin lirih dilanda nafsu.
“Kok basah banget, tan?” kataku penuh nafsu. Kupandangi bibir vaginanya yang terlihat merah mengkilat karena terlumasi cairan. Pun klitorisnya yg menjengit berdiri nongol diantara bibir-bibir senggamanya. "Gheaaaa!" seru wanita cantik itu, "nikmati, Ghe! Jangan diliatin aja, berbuatlah sesukamu...hmm...” lanjut Tante Ninin tanpa menjawab pertanyaanku. Dia membuka kakinya makin lebar, membuat belahan liang senggamannya makin jelas terlihat. Lorongnya yang sempit berwarna merah cerah, hampir kekuningan. Terasa berkedut-kedut ringan saat aku merabanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DI SUDUT SENJA
RomanceCerita romansa khas "penghayal" yg berkelana dalam remang akal. Banyak adegan cerita dewasa, lolos sensor. Alur mengalir cepat lambat, plot maju mundur. Kreasi khayalan belaka, bukan yg sebenarnya. Dibawah 20 tahun tolong untuk tidak mengintip cerit...