Jalan Enam

13.5K 113 3
                                    

Hasrat, gairah, nafsu berselang seling melebur membakar rasa.
Kami berpelukan di ranjang masih saling melumat bibir lawan.a

Olesan lembut bibir merah merekah Bella itu bikin tubuhku bagaikan disentak aliran listrik berjuta volt, seandainya dia adalah sebuah baterai hidup, aku sudah langsung tercharge dgn energi hingga penuh.

Bibir mereka berdua saling mengelus, saling menimang, beruntai, berjalin, menikmati sentuhan pelan dan nikmat yang tak bisa diungkap dgn kata.

"Mmmhh" desah Bella manja, dia memejamkan mata dan membiarkan bibirku menari di atas bibirnya yang lembut, membiarkan bibirku menyelimuti bibirnya yang ranum.

Lama berpagutan bibir kami tak saling lepas, aku mulai mengeluarkan lidahku. Lidahku bikin Bella makin tak berkutik dan tenggelam sepenuhnya dalam pelukanku.

"Gheaaa? " tanya Bella ketika bibir kami terlepas sejenak. "Hmm, apa Bell? " ucapku lirih. Bella tak segera menjawab karena kembali menikmati lidah dan bibirku, gadis itu melumatnya.

"Aku..mmm...mau tanya" bisik Bella antara desah dan lirih
"Apaaa...? " balasku sambil kembali bibirku menggelayut di bibir sang Bella tetapi kali ini gadis itu menolaknya.

"Iiih...aku kok nakal sih! Aku kan mau tanya sesuatu yang penting, jangan digangguin dulu! " ucap Bella manja mendayu.

"Hehehe...bibir kamu menggemaskan, mungil dan mengundang, aku jadi tidak tahan" balasku sambil tersenyum cuek, "emang kamu mau tanya apaan sih? " lanjutku

"Bagian mana dari tubuhku yang paling kamu suka? Akan langsung aku berikan sekarang juga" tanya Bella sambil menggigit bibir bawahnya dengan mata sayu.

"Aku suka semuanya"

"Lah, gombal!"

"Hmmm, apa ya?" balasku seperti berpikir, "aku suka dari ujung kaki sampai ujung rambut" lanjutnya pelan.

"Dasar gombal, aku nggak percaya. Mana ada yang suka ujung kaki aku" balas Bella manja.

"Aku suka!"

"Bohong"

"Loh kok gak percaya? Mau aku buktiin! " Aku membalik badannya dgn cepat tanpa mempedulikan protes Bella yang tertawa manja.

"Ghea, aku kan cuma becanda!" protes Bella sambil tertawa.

Aku membuktikan kesungguhanku dgn menciumi jempol dan jemari kaki Bella.

Gadis cantik itu adalah gadis yang amat memperhatikan kebersihan. Sehingga aku tidak sedikitpun merasa jijik karena kaki Bella begitu sangat mulus dan bersih. Mirip kaki seorang bayi yang lembut dan suci. Aku mencium dan menjilat-jilat kaki Bella dgn sepenuh hati.

Bella bergetar karena rangsanganku ini. "Ghea udah...udah, aku percaya...aku percaya" pintanya dilanda kobaran gairah.
Sambil tersenyum puas aku mengelus lembut betis sang bidadari.

Tentu aja aku tidak berhenti sampai di situ aja. Aku mulai mengeluskan tanganku dari bawah ke atas, naik ke arah paha mulus Bella.

Kaki bella yang jenjang membuatku terkagum-kagum, begitu mulus, indah dan putih, sangat sedap dipandang.

Bella memiliki karunia yang sangat lengkap dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, semua indah dan sempurna. Tapi bidadari itu kini tengah dilanda nafsu birahi yang meledak-ledak, dia tidak mau tanganku cuma mengelus-elus betis dan pahanya aja, gadis itu ingin lebih. Begitu pula aku.

Kami kembali memposisikan diri berhadapan, berpelukan di ranjang. Bella menyambar bibirku dan melumatnya ganas. Aku membalasnya tak mau kalah. Lidah-lidah kami tak diam, bergerak saling membelit dan menjilat. Apartemen 507 menjadi panas membara terbakar gairah kami berdua. Masih saling melumat bibir dan bertukar saliva. Panjang dan lama.

"Boleh aku membukanya...hmm?" pintaku saat lumatan kami terputus.

"Hmm, kamu juga buka..." balas Bella lirih. Kutatap sejenak wajah Bella yg cantik mulus, bersemu merah merona karena gairah.

"Iyaa, kamu bukain ya. Aku yg buka pakaian kamu..."

" He-eh..." desah Bella mengangguk.

Aku bergerak berlutut di ranjang. Kubantu Bella untuk bangkit mengikutiku, kami sama-sama berlutut, berhadapan. Kukecup kening Bella lembut, "kamu gak nyesel?" tanyaku sebelum meneruskan gelora gairah. Bella menggelengkan kepalanya dengan mata sayu. Seolah memintaku untuk terus menuruti hasrat. Bella mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi. Isyarat buatku untuk melucuti tanktop-nya. Kulakukan.

Aku menatap nanar dua bulatan payudara Bella yg montok membulat terpampang jelas didepanku. Aku kian bergelora.

(mau ditambahkan ilustrasi takut di banned....)

Putingnya kecil coklat kemerahan, mengeras tegak seiring gairah si empunya. Indah sekali tak terbayangkan sebelumnya. Getar "kejantanan"ku meninggi, kian mengeras. Bella sedikit membusungkan dadanya sehingga kedua bukit dadanya kian terekspos. Gadis itu tahu belaka bahwa aku sedang mengagumi buah dadanya.

Bella pun, menarik kausku perlahan tapi pasti hingga terlepas. Membuangnya ke sembarang arah. Ia meraih dadaku dengan kedua tangan. Pelan kepalanya mendekati dadaku, mengecup bagian kanan dan kiri bergantian. Aku menegang oleh ulahnya. Belum pernah aku mengalaminya. Semenit kemudia ia hentikan kembali ke posisi semula.

"Badan kamu bagus..." bisiknya lirih. Senyum manis mengembang di bibirnya.

"Kamu juga Bell, badan kamu bagus..." balasku tak kalah lirih.
Deru nafas terdengar lebih cepat.

Tanganku menggapai hotpants yg  dikenakannya, akan kuturunkan. Bella menahannya, "barengan sama celana kamu..." ucapnya dalam desah. Aku mengangguk tersenyum. Kubiarkan tangan-tangan Bella melepas kancing jeansku dan menurunkan resleting nya. "Sudah..." bisiknya dekat telingaku.

"Heh, iya..." balasku. Kami bekerja bersama saling menurunkan celana jeans dan hotpants lawan. Perlahan kami berdiri agar lebih memudahkan. Jeansku sudah berada di ujung kakiku. Demikian pula hotpants Bella.

Kami kembali berlutut saling berpelukan hangat. Bibir-bibir kami saling berlumatan panas. Lidah Bella begitu lincah membelit lidahku. Aku tak membalas perlakuan lidahnya terhadap lidahku. Konsentrasi ku berada di bongkahan pantat Bella yg kencang membulat yg sedang kuremas-remas. Lincah dan mantap aku meremas-remas "boncengan" Bella. Membuat gadis itu terlonjak menggeliat dilanda nikmat. Ia melepas kuluman bibirnya, nafasnya memburu. Tubuh sintal Bella sedikit bergetar mengejar gairah. Matanya kian sayu berbanding terbalik dengan hasrat sexualnya yg menggebu-gebu.

Aku menyudahi remasan di pantatnya. Memandangnya penuh gairah, "Bella, kamu yakin akan melakukan ini...?" tanyaku. Tanganku memegang pipinya, aku sedikit ragu.

"Yakin, Ghea...kenapa?" sahutnya.

"Kamu masih perrr..." Bella segera menutup mulutku dengan kecupan ringan, "aku melakukannya dengan pacarku...!" jelasnya.

"Oh..."

"Gak usah ragu, aku ingin kamu menemani ku malam ini..."

"Tapi pacarmu...?"

"Sementara lupakan dia, hmm..."

"Aku gak..." belum selesai ucapanku, "aahhh... Bellaaa..." lenguhku. Dengan agresif Bella mengelus-elus kejantananku yg berdiri tegak dibalik celana dalamku.

"Besarrr...hhh..." ucap Bella dalam desah, entah kenapa...
Kami saling berpandangan, seperti janjian sambil berpelukan kami merebahkan diri ranjang.

Kami kembali saling berpagutan bibir kali ini lebih panas dan terasa ganas. Penuh hasrat gairah yg harus dituntaskan.

DI SUDUT SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang