Jalan Dua Puluh Tujuh

3.6K 42 0
                                    

Seorang pria setengah baya duduk di kursi kerja yg mewah dan pasti empuk. Berbahan kulit kualitas tinggi. Matanya menatap tajam seorang pria usia pertengahan 30-an.

"Apapun yg diminta kamu kerjakan! Jangan sampai gagal, aku mengandalkan mu!" ujar pria setengah baya.

"Siap, Pak! Saya kerjakan perintah!"

"Gunakan seluruh sumber yg ada upayakan dengan maksimal. Aku tidak ingin melihat anakku gagal!"

"Baik, Pak!"

"Perintahkan anak buahmu yg terbaik untuk mendampingi sekaligus menjaganya!"

"Saya usul, Mahardhika, Pak?"

"Oke, dia yg paling tepat! Lakukan, kamu boleh pergi." perintah pria setengah baya itu. Tegas, mantap tak bisa dibantah.
Pria pertengahan 30-an itu segera beranjak dari kursinya. Setelah menganggukan kepalanya pelan tanda hormat ia berlalu dari hadapan pria paro baya tersebut.

Didalam mobil yg melaju pelan, pria pertengahan 30-an menghubungi nomor seseorang. Dijawab dari seberang sana.

"Segera dampingi putra mahkota, jaga jangan sampai terjadi apa-apa padanya!" perintahnya.

"Tugas saya disini...?" jawab seseorang, lawan bicaranya.

"Serahkan pada Agung, tugasmu kawal putra mahkota! Berangkat sekarang, bawa apa-apa yg kamu butuhkan!" Pria pertengahan 30-an itu menginjak rem pelan, lampu merah. "Urusan lain biar Dina yg urus nanti dia hubungi kamu!" lanjutnya.

"Oke, boss, saya kerjakan!" jawabnya patuh.

"Baiklah, selamat bertugas!" Segera pria pertengahan 30-an itu memutus pembicaraan.

|©©©||©©©|

Jauh dari kebisingan kota metropolitan. Sepasang pria dan wanita sedang asik bercumbu rayu, memadu kasih, menuntut birahi. Terdengar dengus nafas keduanya disertai desah dan lenguh yg mendayu. Si pria dengan posisi misionaris sibuk menggerakkan batang kemaluannya di lubang kemaluan wanita. Keduanya hampir tiba meraih puncak kenikmatan duniawi. Terus dan terus berpacu. Hingga pada masanya, keduanya melenguh kencang. Terdengar liar dan lantang. Kejantanan si pria amblas masuk di lorong kemaluan si wanita. Tubuh keduanya menggelepar-gelepar menahan getaran nikmat peesenggamaan.

Setelah semenit berlalu, keduanya terdiam masih menikmati saat-saat puncak kenikmatan yg akan berlalu. Tubuh keduanya telanjang bulat berkeringat. Deru nafas mengalun perlahan menurun dan terus menurun sampai batas normal.

Si pria menjatuhkan tubuhnya disisi pasangannya. "Nikmat sekali, sayang?" bisiknya lirih ditelinga si wanita. Wanita itu mengangguk lalu menatap wajah si pria. " Selalu luar biasa.... sayang" balasnya gembira. Keduanya tersenyum renyah. Meski baru saja bergumul, namun keduanya tampak membawa angan masing-masing.

Tak bisa aku selalu dengan pelcaur ini, bagaimana jika pacarku tahu! Habislah mesin uangku...! Namun nikmat yg kudapat dari perempuan satu ini melebihi batas perkiraan ku!

Andaikan aku gagal mendapatkan pria ini, aku tak tahu harus mencari kepuasan sex dan uang dari mana lagi... Kuat di ranjang, tampan dan kaya, perpaduan yg membangkitkan gairah. Baik gairah hidup juga gairah birahi....

Seperti terskenario, keduanya mengulang kembali pergumulan birahi yg panas. Bahkan kini lebih panas, lebih liar dan tak tertahankan.

Sepasang mata mengintai dengan tajam aksi kedua pasangan lain jenis itu. Lekat dan ketat ini memperhatikan keduanya, tak lepas walau satu kejap pun. Pemilik mata itu memulai aksinya mengabadikan pertempuran birahi lewat kamera ponselnya. Kamera ponsel keluaran terbaru dengan lensa kamera tercanggih. Tak ada nafsu syahwat terlintas dari pemilik mata elang itu. Perintah adalah tugas yg wajib dijalankan dan dituntaskan. Ia tak akan pernah menolak setiap perintah dari tuannya. Dan ia tak akan pernah kembali bila belum menjalankan tugas yg diperintahkan....!

💤💤💤 sepertinya malam telah berganti pagi. cukup untuk kali ini, dilanjut bila kopi telah tersedia....

nantikan cerita yg lain "menapak senja" rilis kapan²

DI SUDUT SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang