Jalan Sebelas

5.8K 81 0
                                    

Hening, tanpa kata-kata. Lama dalam kebisuan yg terjadi.

"Baiklah..." ucap tante Ninin membuka suara. Ia menatap wajahku, hanya kecewa yg ia dapati dari raut wajahku.

Tiba-tiba Tante cantikku ini memeluk ku. Kedua tangannya melingkar di leherku. Wajah kami berhadapan dekat sekali. Aku hanya terdiam menerima perlakuannya. Tante Ninin mengecup bibir lembut.

"Kita jalani bersama, Ghe! Tante gak bisa membohongi hati Tante kepadamu. Entah kenapa aku tak pernah bisa melupakanmu... bahkan saat kita berpisah dulu." jelas Tante Ninin. Bulir air matanya merebak, menetes membasahi pipinya.

Hatiku tergetar mendengar pengakuan nya. Kutatap matanya dalam-dalam mencari kebenaran akan pengakuannya. Ia mengangguk pelan, mengerti akan arti tatapanku.

"Kita jalani bersama tante, apa adanya dan apapun yg terjadi..." ucapku lirih.

"Iya, sayang..." bisik tante Ninin pelan, "kita jalani bersama, aku dan kamu." lanjutnya.

Akhirnya aku bisa bernafas lega, mendapat pengakuan sayang dari Tante Ninin. Selanjutnya kami pun ngobrol ringan sambil bercanda sampai mataku lelah karena mengantuk.

"Tante...?"

"Iya, Ghea sayang..."

"Lakukan lah apa yg pernah Tante lakukan terhadap Ghea dulu..."

"Kamu mau Tante melakukan apa?"

"Aku ngantuk, aku minta lakukanlah seperti dulu Tante lakukan saat aku mulai mengantuk...mau tan?"

Tante Ninin tersenyum manis, mengangguk mengerti apa yg kuminta, "tidurlah, biar Tante melakukan apa yg biasa Tante lakukan saat kamu mau tidur dulu...hmmm.."

Aku merebahkan tubuhku dengan posisi menyamping memeluk guling. Tante melakukan hal yg sama, dibelakang tubuhku. Tangan kanannya meraih satu telingaku dan mulai mengelus-elus nya lembut. "Tante tidur sini ya, temani aku...?" pintaku sambil memejamkan mata.

"Iya sayang, Tante tidur sini. Sekarang kamu tidur ya...tidur yg nyenyak..." balas Tante Ninin.
Aku tak menjawab karena sudah setengah terlelap.
Sambil terus mengelus-elus kupingku lembut, Tante Ninin sesekali ngelus-elus rambut gondrong ku.

-000-000-

Aku merasa kedepan hari-hari akan semakin bergairah dengan kehadiran Tante Ninin yg menemani dan mengisi hatiku. Telah ada hati yg akan mendampingiku mengisi hari. Sayup-sayup terdengar lagu dari kejauhan...

ku pernah terjatuh, ku pernah ditinggalkan

pupus cerita, tinggallah impian
maha sempurna Tuhan
kirimkan kau untukku, kekasih yang tulus
dan kisah kelamku, kini hilang terhapus

sayang, gondelono atiku
yen takdire gandeng, yo bakale gandeng
Tuhan, terima kasih, hadirkan penjaga hatiku
yang s'lalu setia menemaniku
(widodari)

Masih dikantor, aku masih terduduk di depan layar laptop. Beberapa menit yg lalu aku menerima telepon dari Sogol, teman SMA ku dulu. Ia mengabarkan akan membantuku menyelesaikan kasus tanah sawah milik keluarga ku yg digadaikan salah satu penggarapnya. Sogol berjanji akan menuntaskan masalah itu dan akan melaporkan nya pada ku kurang dari 8 hari.

Aku menggelengkan kepala, tersenyum membayangkan masa SMA. Aku dan Sogol memang berkawan dekat. Ia termasuk siswa yg ditakuti di sekolah. Jagoan berantem, jika seminggu tidak gelud bisa pusing kepala Sogol. Sekarang ia bekerja di sebuah kantor pengacara terkemuka. Aku selalu menganggap Sogol bukan sekedar teman tapi sahabat sejati. Ia selalu ada saat aku membutuhkan. Sogol lah orang pertama yg mendorongku pacaran dgn Dea...! Nama Dea langsung terlintas di benakku, aku tersenyum kecut sendiri.

next page memori tentang dea, gadis SMA yg cantik dan "liar"
baca terus, komen dan vote silahkan.

DI SUDUT SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang