Jalan Dua Belas

6K 68 2
                                    

Siang itu seusai bel tanda istirahat berbunyi, dari kantin aku bergegas menuju kelas. Ruang kelas ku khusus sebab aku peserta didik kelas akselerasi, hanya 2 tahun. Tiba-tiba seorang siswi cantik menghadang perjalananku. Aku terkejut, bengong berpikir ada apa ini. Siang-siang dihadang gadis cantik.

Siswi itu lebih mendekat menghampiri ku. "Kamu Ghea, kan? Anak program akselerasi?" tanyanya dengan suara merdu.

"Iya, ada apa, kamu siapa?" balasku bertanya.

"Aku, Dea, kelas 12 IPS!" jawabnya sambil melempar senyum, "aku minta nomer mu?" lanjutnya to the point.

"Buat apa?"

"Aku ada PR, kamu kan pintar, aku mau tanya-tanya ke kamu...boleh kan?"

"Oh, boleh...kirain ada apa" sergahku lega. Kupikir gadis cantik itu berbuat iseng belaka. Aku menyebutkan nomer ponsel ku. Dea langsung mencatat di gawai miliknya. Setelah dicatat aku bergegas meninggalkan Dea karena kelas pasti sudah dimulai.

Dua hari kemudian, Dea menelpon pada malam hari. Kami bicara banyak hal. Mulai dari pelajaran, minat sampai urusan makanan favorit. Ternyata Dea gadis yg ramah, suka ngobrol. Tanpa terasa kami berdua ngobrol via telepon selama 2 jam lebih. Sampai panas kupingku menanggapi obrolannya.

Hari-hari berikutnya kami makin dekat makin akrab. Sampai suatu hari di hari Sabtu sepulang sekolah aku "menembak"nya. Diterima dengan senang hati oleh Dea. Cinta? Entahlah aku tak tahu, yg kutahu bersama Dea selalu nyambung. Dan juga dorongan kuat dari temanku Sogol. Kebetulan rumah Sogol tak jauh dari rumah Dea. Pemuda itu tinggal di perumahan kelas menengah sedang rumah Dea di luar perumahan namun lebih besar dan mewah.

Begitulah akhirnya aku dan Dea pacaran. Tiap malam minggu aku ke rumahnya, "apel". Biasanya kami hanya ngobrol di ruang keluarga. Kebetulan kedua orang tua Dea bisnis papan tengah, sibuk cari duit. Atau kami hang out keluar pulang jam 2 pagi. Malah pernah pacaran di kamar pribadi Dea. Tapi tak melakukan apa-apa, aku masih takut...baru pertama kali pacaran.

Pernah suatu waktu di malam minggu, Dea yg lebih agresif mengajarkanku berciuman, berlumatan bibir. Memintaku meremas-remas payudaranya dari luar kausnya. Biasa awalnya, karena ketagihan aku minta lebih. Kuberanikan diri memasukkan tanganku ke balik kausnya, meremas kedua buah dadanya yg kenyal. Dea tak marah, malah mengerang. Bahkan aku sudah berani mengelus-elus kawasan selangkangannya dari luar....penasaran pun ketagihan.

Terus berlanjut dari malam minggu ke malam minggu yang penting jangan sampai ketahuan orangtuanya. Bisa gawat, bahaya nanti di suruh ijab qobul. Aku masih mau sekolah.

Sabtu itu saat di kelas, aku mendapat pesa WA dari Dea. Kedua orangtuanya sedang pergi ke luar negeri, rumahnya sepi. Janjian hang out dibatalkan olehnya, mending pacaran di rumah katanya. Aku sih mau saja, aku menerima pembatalannya.

Pukul 19.45 aku sudah tiba dirumah Dea, gadis cantik itu menyambutku. Langsung mengajakku ke kamarnya. Otakku mendadak terang, pasti bakalan enak nanti. Batinku sambil tersenyum, senyuman khas iblis, hehehe...! Kami bercakap-cakap sejenak. Dea menyediakan makan malam, ia menyuruhku makan malam. Masakan special katanya dia yg masak sendiri. Kami pun makan malam berdua. Setelahnya kembali ke kamar tidur Dea.

Percakapan kami pun berlanjut, dan kami tak lagi konsentrasi dalam pembicaraan yg sambil nonton acara tv. Lama-lama tubuh kamipun semakin berdekatan. Mungkin karena dingin akibat hembusan AC. Entah apa yang menggerakkan tubuhku ini, kakiku yang satu tiba-tiba menindih kaki Dea. Dea diam saja kala pahaku agak nyenggol-nyenggol pahanya yang mulus itu. Meski begitu pembicaraan kamipun semakin hangat, Dea  kadang kadang mencubitku ketika aku cerita lucu masa kecilku Kami sering ketawa-ketawa. Bahkan tangannyapun kini terus berada di pahaku, aku jadi merinding merasakan lembutnya telapak tangan Dhea di pahaku. Kejantananku terasa memberontak. Sesak. Lenganku yang menyentuh lengan Dea pun serasa dialiri listrik

Kuberanikan diri mengusap tangannya dan akhinya kami saling bergengaman.

“Tanganmu kog dingin Ghe?” tanya Dea ketika memegang tanganku.

“Iya De, gak tau nih, padahal aku gak pernah berkeringat di telapak tanganku.” jawabku

Dea pun meremas lagi tanganku dan tiba-tiba kepalanya disandarkan di pundakku. Sambil tiduran gitu aku bisa mencium wangi rambutnya. Akhirnya tanganku pun mencoba melingkari kepalanya dan Dea sedikit mengangkat kepalanya dan kini benar2 berbantal tangan dan ketiakku. Aku memberanikan diri mengelus-elus pundak kirinya. lama-lama aku cium keningnya dan Dea diam saja. Entah setan apa yang menuntun ciumanku pun merambat turun ke pipinya dan hinggap di bibinya yang lembut. Kulumat bibirnya dengan lembut. Awalnya Dea diam aja. Tapi lama-lama gadis itu merespon bukan cuma berciuman bibir tapi juga memainkan lidahnya. Lama kami ciuman bibir, kulihat mata Dea terpejam.

Secara naluriah pun tanganku akhirnya bergerak ke dadanya.. aku sedikit bergetar ketika tanganku benar-benar telah berada di gundukan dadanya. Lalu dengan lembut kuremas payudara Dea. Dea pun melenguh sambil kembali menyerang bibirku. Aku yang sangat belum pengalaman agak kaget mendapat serangan itu. Kami sudah dalam keadaan tidur miring dan saling mendaratkan ciuman. Tangan kamipun semakin tak terkontrol. Tanganku sibuk meremas dan membelai payudara Dea yang masih terindung di balik kaus dan branya, sementara tangan Dea dgn berani merembet ke bawah mengelus batang kemaluanku yang sudah tegang sejak sedari tadi.

Lama2 tanganku pun mencoba menyingkap ke balik kaosnya, menelusuri perutnya yang rata dan akhirnya aku benar-benar bisa merasakan kelembutan payudara Dea. Payudaranya benar-benar montok membulat dan lembut namun sekal. Dea pun mendesah ketika aku mulai memilin2 punting pentilnya.

“Ohh.. Shshh.. terus mas.. uh..”lenguh Dea sambil menggeliat keenakan, akupun semakin semangat meremas payudaranya. Aku baru kali ini merasakan lembutnya payudara seorang gadis. Selama ini aku hanya bisa membayangkan bisa meremas dan menghisap payudara cewek, apalagi kalo aku nonton Bokep, keinginan untuk meremas payudara cewek semakin tinggi.

Dea tanpa ragu membuka kaosnya. Maka terpampanglah di depanku payudara Dea yang ranum dibalik Bra Merah... indah sekali. Bra hitamnya semakin memperindah buah dadanya. Kembali aku meremasnya dengan lembut, ku congkel keluar kedua bulatan buah dada itu dari cup branya. Ingin aku menghisap punting susu Dea, kudekatkan kepalaku ke susunya lalu kuciumi bagian atas payudara itu. Karena gemas pertama kali lihat pentil payudara yg montok mulus, tanpa sengaja aku menggigit bagian atas payudaranya dan menghisapnya sehingga meninggalkan bekas merah disitu. Sebat Dea pun membuka branya melempar bra itu sembarangan. Tampak buah dada Dea  menyembul dengan montok membulat. Tidak terlalu besar tapi sangat proporsional dengan tubuh montok gadis itu. Kulitnya putih dengan aerola kemerah-merahan menuju ke coklat. Puntingnya agak kecil. Sangat mengairahkan. Berani, Dea  menyodorkan teteknya ke arahku dan akua segera menghisap punting susunya. Ku jilat-jilat sekitar punting susunya. Dea tiba-tiba mendorong kepalaku lebih dalam menyeruak di payudaranya..

“Oouhhh... terus isap Ghe.. oh enak banget.... isap yang kuat Ghe...Oouhh “ Pinta Parmi

Tanganku yang satupun meremas dengan kuat payudara yang satu lagi. Sementara tangan Dea terus menggosok-gosok penisku yang tegang yang masih bersembunyi dibalik celana. Aku sangat bernafsu dan kemudian kutindih tubuh montok Dea. Naluriah berpadu anafsu, aku merasa semakin-nikmat dan semakin nikmat dan tiba-tiba aku merasa tubuhku semakin menegang dan panas.

“Oh.. uh.. Dea..aa.. nikmat banget tubuh kamu....” cercauku dan beberapa detik kemudian aku merasakan sebuah ledakan nikmat di tubuh ini. Semprotan-semprotan nikmat keluar dari batang kemaluanku.. rasanya aku sudah orgasme sebelum penetrasi. Dea  sepertinya merasakan gelinjang nikmat tubuhku yang sedang menindihnya

“Oh.. enak banget..Desa.... “ lenguhku sambil kelonjotan menikmati sensasi Orgasme pertamaku itu, “aku sangat terangsang, aku merasakan kenikmatan yang luar biasa.” lanjutku kemudian...

Beberapa saat aku masih menindih tubuh Dea. Dan gadis cantik itu mengecup bibirku dan mengelus-elus kepalaku. Perlahan gejolak orgasme mulai menurun, kurebahkan badanku kesamping tubuh sintal pacarku itu. Aku merasakan celanaku basah. Dea segera bangun berusaha melolosi celanaku. Gadis itu tersenyum manis.

“Celana dalammu basah, Ghe?” seru Dea.

💦💦dilanjut next page...

DI SUDUT SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang