Jalan Dua Puluh Delapan

3.6K 45 1
                                    

💦 lanjutan episode yg sempat tertunda, ini pasti tuntas. mau komen atau vote dipersilahkan....💦

Tante Ninin mengarahkan kejantananku menuju liang senggamanya. Liang kenikmatan yg sudah merekah siap untuk diterobos. Aku tak diam, kuraih kedua bulatan payudaranya yang montok membulat itu. Kuremas-remas perlahan. Tante Ninin sebat melumat bibirku. Pantatnya diangkat sedikit, memusatkan "jamur" ku pada belahan liang senggamanya. Blesss...

Perlahan kejantananku melesak lebih dalam ke liang senggama Tante Ninin. Seirama gerakkan menurun tubuh janda cantik tanpa anak itu. Wanita itu mengerang dilanda nikmat dan Slebbb...! Seluruh batang kejantananku melesak dijepit oleh liang vagina Tante Ninin. Aku melenguh dengan tubuh menggeliat, nikmatnya luar biasa. Liang senggama itu begitu licin, hangat dan ketat menjepit.

"Ooouhh..mentok, Ghee! Tante, enak bangettt....sssshhh..." erangnya campur desis tak jelas.
Tante Ninin menggerakkan pinggulnya menaik-turunkan pantatnya. Sehingga kejantananku bergerak keluar masuk di lorong hangat nan nikmat miliknya. Tubuh sintal wanita itu melonjak-lonjak bak kuda betina liar. Sesekali ia mengulum bibirku, berlumatan. Penuh gelora birahi yg membara. Aku tetap meremas-remas buah dadanya sembari memainkan puting teteknya yg menjengit dengan jari jemariku.

Lenguh, erang, desah ditingkahi deru nafas yg menggebu terdengar nyata. Pun ditimpali oleh beradunya dua alat kelamin kami. Plok...plok...plok...! Keringat mulai menetes dari tubuh kami. Tubuh yg kerap menggeliat-geliat. Pinggul Tante Ninin terus bekerja, maju mundur. Tangan Tante Ninin meraih belakang kepalaku, meremas-remas rambutku. Sesaat kemudian ia mengarahkan kepalaku ke arah dadanya. "Aaaaahhh, Ghee...! Iseppp...tetek tante, Ghee! Ssshh..." pintanya dalam desah.

Cepat aku menjulurkan lidah menjilati puting susu janda cantik tanpa anak itu. Bergantian kiri dan kanan. Tante Ninin kian mengerang dilanda nikmat. "Aaaaahhh...terusss... Ghee...ssshhh!" Sambil mendorong kepalaku lebih tenggelam diantara kedua bulatan payudaranya. Puting kecil kemerahan semu coklat itu telah kukulum-kulum lembut. Dibawah alat kelamin kami terus menyatu dengan ketat. Sesekali Tante Ninin melakukan goyang kegelnya. Membuatku jadi blingsatan tak karuan. Enak sekali, luar biasa.

Bermenit-menit berlalu, Tante Ninin merasa ingin menggapai puncak kenikmatannya. Gerakan pinggulnya kian liar, binal dan ganas. "Oooh, Ghee...tantee..mau sampeee...ssssh!" lenguhnya. "Isep tetekkuuu...Ghee, yg kenceng...!" lanjutnya meminta agar lebih intens mengerjai buah dadanya. Aku menurutinya. Dan yg didaki pun tiba. Tubuh sintal Tante Ninin mengejang, kepalanya mendongak dengan mata terbeliak. Wanita itu mencapai orgasmenya. "Aaaahh...enakkk... Gheaa...! Ssshh, Tante sampeee.... oooohhh!" erang Tante Ninin liar. Liang vaginanya menjepit ketat kejantananku yg amblas di dalamnya.

Tubuh sintal Tante Ninin perlahan melemah, ambruk di dalam dekapan ku. Nafasnya tersengal-sengal memburu. Wajahnya memerah malah terlihat segar merangsang. Tante Ninin berusaha menguasai pernafasannya, "Tante enak, Ghe! Kamu belum mau...hmmm?" bisik tante Ninin lirih. Aku menggelengkan kepala. Janda cantik tanpa anak itu tersenyum manis, "lagi, Ghe! Tante mau lagiii...!" pintanya genit nakal. Aku pun tersenyum, " ayo, Tan..." jawabku mantap.

Kembali kami bergumul panas. Beberapa posisi bercinta kami lakukan. Berpindah dari kasur, ke sofa dan kembali ke kasur. Kami rasakan bersama kenikmatan bersenggama. Kami resapi sampai habis rasanya tenaga yg kami miliki. Entah berapa kali Tante Ninin mencapai orgasme. Aku tiga kali. Benar-benar pagi yg indah. Liar dan binal. Beberapa saat kemudian kami pun tertidur pulas.

Kami terbangun pukul 13.16 setelah kelelahan menggapai kenikmatan. Tidur lelap dengan tubuh masih telanjang bulat. Tante Ninin yg terjaga lebih dulu. Kemudian ia membangunkan ku.
Tante Ninin mengecup bibirku lembut, "enak sayang...?" tanyanya pelan.

"Luar biasa, Tan. Makasih ya...!" balasku lantas mengecup keningnya.

"Sama-sama, sayang. Tante juga keenakan..." Tante Ninin mengusap-usap dadaku, "mandi yuk, terus anterin Tante beli sepatu...hmm?" lanjutnya.

"Ayo, mandi bareng..."

"Iya, tapi gak main lagi ya. Tante laper..." bisiknya manja.

"Kita makan dulu aja, baru beli sepatu" tawarku

"Itu lebih baik...yuk, mandi!" ajak Tante Ninin bangkit dari rebahan. Aku segera menyusul. Kami beranjak ke kamar mandi. Membersihkan sisa-sisa pertempuran panas tadi.

|©©©||©©©|

DI SUDUT SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang