Jalan Dua Puluh Empat

4K 54 0
                                    

Gak sengaja, pagi-pagi pas kamu pake baju kantor, aku ngeliat...keren kok, Ghe.." jelas Tante Ninin manja.
"Ooo, tapi bukan pelarian kan Tan?" tanyaku.
"Pelarian dari apa...?"
"Ya dari masalah Tante, maksudku perkawinan..." jawabku cepat takut si cantik ini tersinggung, "sebab setau ku dulu Tante bukan tipe seperti itu, lari dan melampiaskan kepada hal lain..." lanjut ku.
"Kamu masih paham diriku, Ghe! Aku salut..." jawab tante Ninin manja. Tanpa sengaja atau memang sengaja, Tante Ninin menggerakkan sedikit pantatnya. Mengenai kepala kejantananku. Akibatnya fatal, membangunkan macan tidur. Perlahan namun pasti kejantananku berdiri tegak, bersentuhan dengan bulatan pantat Tante Ninin. Janda muda nan cantik itu terkejut, "ahhh!" teriaknya tertahan.
"Kenapa tan?" tanyaku panik.
"Punya kamu udah berdiri lagi...nyenggol pantat ku...!" terang Tante Ninin. Meledekku.
Aku cepat meraba liang senggamanya, "punya Tante juga udah basah lagi..." balasku.

“Eh, nggak, nggak kok, Ghe!” kata Tante Ninin gelagapan, mukanya merah padam, menambah kecantikannya.

“Tante cantik deh kalau lagi bohong,” godaku.

“Kamu jangan kurang ajar ya, Ghe!" kata Tante Ninin berlagak marah.

“Iyalah...orang gak basah kok dibilang basah! Kamu juga sih Ghee....” candaku.

“Iya deh, aku ngaku?” akhirnya Tante Ninin mengakuinya. “Tapi kamu memang kurang ajar, Ghe. Mosok punyaku basah diumumin...!” katanya kemudian. Dasar perempuan, gak mau ngalah.

“Biarin, wong punya Tante emang basah.” kataku sambil membelai liang senggamanya.

“Kamu kebablasan, Ghe!“ seru Tante ninin sambil membalikan badannya. Kami beehadapan.

Aku kaget dengan responnya. Langsung aku diam, apa aku salah lagi? Tante Ninin susah ditebak bikin pusing saja. Aku masih terlentang diam, sementara dia mulai bergerak mengangkangi tubuhku. Bisa kulihat sisa-sisa spermaku masih menetes-netes di celah-celah belahan liang senggamanya.

“Ini, kubalas kekurang-ajaranmu!” seru Tante Ninin. Dia lalu memegang kejantananku yang telah berdiri ngacung. Kemudian dijilat dan langsung ditelannya tanpa rasa jijik. Mendapat perlakuan seperti itu, kejantananku kian mapan berdiri tegak menjulang.

“Tante, jadi berdiri lagi, gimana ini?” rengekku pura-pura lugu.

“Bodo amat, emang aku pikirin!” balas Tante Ninin sambil menggenggam kejantananku erat. Dia langsung naik ke atas tubuhku, liang senggamanya berada tepat di depan kejantananku. Tanpa permisi, Tante Ninin menurunkan tubuhnya, batang kemaluankuu langsung amblas ditelan liang kemaluannya.

“Tantee, ughh… sakit, Tan!” kataku.

“Biarin, rasakan pembalasan atas kekurang-ajaranmu!” kata tante Ninin sambil mulai bergoyang tak beraturan. Teteknya yang kenyal membulat bergoyang ke kanan dan ke kiri kayak mau jatuh. Aku nikmati pertunjukan ini.
Janda muda seksi itu seperti kesetanan. Aku rasakan meskipun badannya montok sintal, kalau sudah begini rasanya enteng. “Ghea! jangan diam kayak orang bego gitu, remas tetekku!” teriaknya gemas. Aku diam saja, mosok aku dikatakan bego?!

“Kalau kamu kurang, rasakan ini!” kata Tante Ninin, pacarku itu sambil menghentikan goyangannya. Terasa ada pijatan kuat yang menjepit batang kontolku, seolah-olah membetot dan menyedot spermaku. Dia melakukannya berulang-ulang hingga membuatku merintih dan menggelinjang keenakan. Anjritttt...enaknya, pikirku.

“Tante...enak banget... aku tak kuat!” teriakku tertahan. Segera kugapai gundukan payudaranya dan kuremas-remas dengan penuh nafsu.

“Gimana empotan kegelku, Ghe?” kata tante Ninin sambil tersenyum.

“Enak banget, tan, lagi dong!” pintaku sambil memilin-milin putingnya.
Tante Ninin langsung mengeluarkan jurus empotannya yang bikin kejantananku panas dingin tak karuan. Aku nikmati sambil merem melek dan meremas-remas terus tonjolan buah dadanya berulang-ulang.

“Ghe, kamu kuat juga, biasanya mantanku kalau aku ginikan langsung nyembur.” puji Tante Ninin.

“Darah muda, Tan...” sahutku.

“Hmmm, Ghe, gantian!, Ayo goyang. Aku udah mau nyampai, kita barengan lagi.” ajak janda cantik tanpa anak itu.

Tanpa diminta lagi, aku mainkan liang vagina Tante Ninin. Kubalik tubuh sintalnya hingga ia sekarang berada di bawah, lalu aku hajar liang senggamanya bertubi-tubi. Tante Ninin mengimbangi dengan memutar pinggulnya berlawanan arah dengan genjotan tubuhku. Kami terus melakukannya hingga akhirnya ada sesuatu yang mau mendesak keluar dari dalam batang kemaluanku.

“Tante, aku mau nyampe. Siram dong punyaku!” kataku sambil balik lagi telentang, Tante Ninin kembali berada di atas tubuhku. Dia tanpa kompromi langsung menggoyang, dan aku mengikutinya. Hingga akhirnya...

“Aaahhh, Ghe, akuuu... mau keluar!” erang Tante Ninin.

“Aku juga... barengan ya, Tan?” kataku menyahut. Kuikuti goyangan Tante Ninin sambil menyodok vaginanya semakin dalam saat sesuatu yang basah dan hangat menyembur keluar, mengguyur kejantananku hingga terasa semakin licin dan lengket.

“Aaahhh...ooouhhh, akuuu...keluarrr, Ghee...!” erang Tante Ninin tertahan. Tubuh sintalnya terkejang-kejang seiring semprotan cairan dari dalam liang vaginanya.

Aku yang juga sudah di ujung orgasme, langsung membalik dan mengenjotnya tanpa ampun, dan baru berhenti saat spermaku yang kental menyembur untuk yang kedua kali di dalam liang senggama Tante Ninin.

Kami kembali roboh berpelukan. Karena kecapekan dan kepuasan, aku tertidur di atas tubuh montok Tante Ninin. Kejantananku tetap menancap di lubang senggamannya. Setengah jam kami tidak sadar. Kami terbangun bersamaan saat merasakan kejantananku menciut dan akhirnya lepas dengan sendirinya. Aku terlentang seperti tidak ada tenaga.

“Ghea, kamu mau lagi?“ tawar Tante Ninin sambil tersenyum.

“Siap, tan, sampai pagi pun siap!” kataku mantap. Kalau dikasih yg enak-enak aku tak akan menolak. Mubazir!

“Uh, maunya! Udah tidur dulu ya,, sudah jam dua!.” pinta Tante Ninin sambil mengecup pipiku, "besok lagi...hmmm?" lanjutnya.

“Sekali lagi ya Tan.... please...” pintaku memelas.

“Besok aja aku kasih lagi, sekarang tidur ya sayang...!” kata Tante Ninin sambil berdiri dan keluar dari kamar. Masih dengan tubuh sintal yg tanpa penutup tubuh, bugil. Tak berapa lama ia kembali.

Akhirnya aku nurut. Terlihat Tante Ninin memungut celanaku dan menyuruhku untuk memakainya, sementara dia masih tetap telanjang. Aku pakai celana pendekku dan duduk sambil istirahat melihat mbak Lasmi yang masih telanjang bulat. Tante Ninin mengambilkan minum untukku.

“Ini, minum dulu, terus tidur.” perintahnya sambil duduk di sebelahku, tetap telanjang bulat.

" Tante tidur sini aja ya...” kataku maksudnya bercanda.
“Iya, aku tidur sini...yuk, tidur!” kata tante Ninin.
“Iya, tanteee..…” sahutku. Dengan tubuh telanjang bulat Tante Ninin langsung masuk kedalam selimut. Disusul olehku. Kami pun terlelap karena lelah....!

DI SUDUT SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang