Jalan Dua Puluh Tiga

4.5K 52 2
                                    

Kuikuti perintah Tante Ninin. Segera aku memposisikan diri dan menghisap benda itu. Tante Ninin mengarahkan jilatanku yang tak beraturan dengan membuka bagian atas liang senggamanya. Karena memang lubang itu berbibir tebal. Njemumuk! Maka kian terpampanglah daging kecil berwarna merah sebesar biji kacang miliknya, "aaahhh...ssss, Ghee, jilatiii...itilnyaaa...jilati Ghe!" pintanya dengan tubuh menggeliat.

Aku langsung menjilati dan kumainkan benda itu dengan lidahku. Tubuh tante Ninin melonjak menggeliat-geliat diterjang kenikmatan. Janda cantik itu hanya bisa mendesah,  ”Ooohhh, iya, begitu, Ghe! Jilat terus....oooohh...sedot...eeehg lumat itilku, Ghe!”
Aku mainin terus itil itu. Terasa ada cairan yang membasahi liang kemaluan Tante Ninin dengan aroma yang khas, benar-benar menambah sensasiku. Desah dan erang wanita itu kian sering terdengar.

Semakin kupercepat jilatanku, semakin Tante Ninin tidak tahan. Hingga akhirnya ia menarik tubuhku dan kembali menciumiku bertubi-tubi. Terasa teteknya yang bulat kenyal padat mengganjal tepat di dadaku.
“Ghee,  masukin punya kamu. Setubuhi aku! Tusuk lobang punyaku, Ghe!” ucap tante Ninin seperti tante girang. Dia segera menggenggam dan mengocok-ngocok pelan batang kejantananku, dari ujung hingga ke pangkalnya. Aduh, rasanya geli dan nikmat sekali. Aku jadi nggak sabar lagi.

Kaki Tante Ninin kukangkangkan lebar-lebar, aku coba langsung memasukan kejantananku ke liang senggamanya, tapi meleset terus.
“Eeehhgg...punyamu gede banget, Ghe! Pelan-pelan, sayang....” ujar tante Ninin sambil tersenyum, dia membimbing penisku untuk memasuki liang senggamanya yang sudah basah. Digesek-gesekannya kepala kejantananku yg bulat membesar bak jamur di bibir senggamanya, makin lama semakin terasa basah, hingga ketika kudorong pelan, sudah bisa agak sedikit masuk, meski masih tetap sulit. Liang senggama janda tanpa anak itu terasa sangat sempit. Dia dengan sabar terus membimbing kejantananku, "Pelan-pelan aja, Ghe!. Punyamu gedeee...bangettt..ssshhhh...!" bisik tante Ninin gembira. Entah gembira kenapa, aku tak peduli.
“Punya tante sempit banget, punyaku susah masuk...muat nggak sih,  tan?” tanyaku kaya orang bego.

Tante Ninin tidak menjawab. Dia hanya tersenyum sambil terus membimbing kejantananku memasuki lubang senggamanya. Aku sendiri terus menekan dengan pelan, hingga akhirnya kejantanankuu masuk semakin dalam, semakin dalam... sudah setengah terbenam, kutekan terus... lagi, lagi, dan lagi, dan akhirnya... tinggal sedikit lagi, lalu... penuh nafsu, blees! kutekan kejantananku keras-keras hingga semuanya terbenam ke dalam liang senggama Tante Ninin yg tembem.
“Auw, pelan-pelan, Ghe! Perih, sssshh… sakit tau!!” teriak Tante Ninin tertahan. Tapi tubuh sintalnya menggeliat-geliat keenakan.. Aku hanya diam, membiarkan kejantananku tetap menancap ketat di liang vaginanya. Terasa nikmat kurasakan, kejantananku seperti dijepit sesuatu yang tidak tergambarkan; hangat, basah, geli, lengket, dan berkedut-kedut. Melenguh keenakan, kunikmati hangatnya liang senggama Tante Ninin..
“Ghea, punya ku jadi penuh banget, punyamu mantap!” teriak Tante Ninin keenakan pula.
“Ehm, punya tante juga enak banget! Masih sakit, tan?” tanyaku sambil memainkan puting susunya.
“Sebentar, Ghea, sayang....jangan digerakin dulu....! Biar kelamin kita kenalan dulu....punyamu terlalu besar, punyaku jadi kaget.” balas Tante Ninin teesendat.
”Iya, tannn....” aku mengangguk.

Kita tetap dalam posisi seperti itu selama kurang lebih lima menit, hingga kemudian Tante Ninin berkata, ”Ghe, aku siap digoyang.” bisiknya mesra bercampur genit.

Aku pun mulai menggerakkan pinggulku naik-turun dengan pelan penuh perasaan. Aku melakukannya dengan teratur. Aduh, nikmat sekali rasanya. Kejantananku rasanya dijepit erat oleh liang kemaluan Tante Ninin yang sempit dan licin. Makin cepat kucoblos, makin erat memek itu mencekik kejantananku. Aku terus menggerakkannya keluar-masuk, turun-naik, kadang memutar dan kutekan dalam-dalam dengan penuh nafsu, menggesek dinding kelamin Tante Ninin hingga membuatkami merintih keenakan.

"Aduhhhh, enakkk..nyaaa Ghe! Sssshh.. enak sekali! Yang cepat... terus, ya begitu, Ghe!" bisik tante Ninin sambil mendesis-desis. Kupercepat lagi genjotanku. Suara liang senggama Tante Ninin makin kecepak-kecepok, menambah semangatku. "Ooouhh, Ghee, aaahhh...., aku mau muncak... terus... terus...sssshhh!" rintihnya. Tubuhnya menggelinjang menggeliat menahan nikmat. Tubuh sintal pacarku yg juga tanteku yg janda cantik tanpa anak pula. Tante Ninin juga menggoyangkan pinggulnya kesana kemari. Mengimbangi gerak kejantananku yang bergerak di lorong sempitnya, liang senggama!

Aku juga sudah mau keluar, ada sesuatu yang mau meledak di ujung kejantananku. Aku percepat goyanganku, dan kejantananku merasa akan segera muncrat. Kubenamkan dalam-dalam ke dalam vagina Tante Ninin sampai amblas, mentok seluruhnya. Pangkal kejantananku berdenyut-denyut, spermaku muncrat, menyembur berkali-kali di dalam vagina sempit Tante Ninin.

Bersamaan dengan itu, Tante Ninin mengejang. Terasa basah di ujung kejantananku. Rupanya dia juga orgasme. Kami berangkulan kuat-kuat, nafas kami seakan berhenti. Saking nikmatnya, dalam beberapa detik, nyawaku seperti melayang entah kemana. Aku ambruk di atas tubuh montok nan sintal Tante Ninin untuk beberapa saat menikmati sisa-sisa kenikmatan yang masih mendera....

Setelah rasa itu hilang, barulah kucabut kejantananku dan berbaring di sisinya. Kami berdiam diri, mengatur napas kami masing-masing. Tiada kata-kata yang terucapkan, ciuman dan belaian kami yang berbicara.

“Terima kasih, Tan, atas hadiahnya. Tidak akan terlupakan,” bisikku di telinganya.

“Iya, Ghea,  aku juga puas. Aku bisa keluar lepas, tanpa beban!.” balas Tante Ninin lirih. Ia memutar tubuhnya, memunggungi ku. Aku menatap tatto di antara kedua bahunya, di bawah batang lehernya yg mulus.

 Aku menatap tatto di antara kedua bahunya, di bawah batang lehernya yg mulus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(ilustrasi tatto tante ninin)

“Tattonya ketutupan semua ya, Tan?” tanyaku pura-pura tidak tahu. Wanita itu tak segera menjawab cuma mendehem, "hmmm...!" Ia menarik satu tanganku untuk memeluk tubuh sintal nya. Aku langsung menurutinya. Kupeluk erat tubuhnya sambil kuciumi tatto di punggungnya itu.
"Pengen aja biar keren! Kamu juga punya kan dipunggung...?" ucap tante Ninin. Sambil mengelus-elus tanganku yg merangkul tubuhnya.
"Iya ada, kok Tante tahu sih....padahal aku gak pernah buka kaus lho...?" balasku heran.
"Gak sengaja, pagi-pagi pas kamu pake baju kantor, aku ngeliat...keren kok, Ghe.." jelas Tante Ninin manja.

" jelas Tante Ninin manja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(ilustrasi tatto ghea)

up banyak. lanjutannya kapan² ya, agak sibuk....😊

DI SUDUT SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang